22 September 2010

The Girl in The Cafe

Suatu hari, di tahun awal millenium ke tiga, sebuah pertemuan internasional digelar di Reycjavik. Disambut oleh hujan salju dan demonstrasi ratusan orang yang datang dari berbagai negara. Kedatangan setiap wakil dari negara peserta konferensi itu pun, tak henti-hentinya mereka caci. Konon, International Summit itu dihadiri para petinggi keuangan dari delapan negara besar di dunia (G8 = Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Italia, Prancis, Rusia, Jepang, dan China). Mereka bertemu untuk membahas tentang kebijakan keuangan luar negeri masing-masing negara.
Seperti konferensi-konferensi mereka sebelumnya, mereka akan membahas bagaimana cara dan kerjasama dalam memperkuat perekonomian negara mereka. Mereka yang duduk dalam pertemuan itu pula yang selama ini dikenal sebagai ”negara donor” bagi negara-negara miskin di seluruh dunia. Oleh karena itu, mereka nanti juga akan memperdebatkan prioritas agenda ekonomi, termasuk pemberian hutang, perdagangan, dan bantuan yang akan mereka bagi-bagi kepada negara-negara miskin di dua pertiga belahan bumi lainnya. Itu pun setelah mereka yakin, tidak akan ada goncangan yang berarti di negara mereka akibat ”bantuan kemanusiaan” itu. Dapat dikatakan, di mulut dan tangan kedelapan orang itulah, kendali atas ekonomi dunia berada. Konyol dan ironi memang, masa depan ratusan negara dan jutaan orang ditentukan oleh kebijakan ekonomi segelintir negara. Tapi itulah yang terjadi.

16 September 2010

Pesan Singkat Einstein


Mengapa ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan membikin hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sedikit kepada kita? Jawaban yang sederhana adalah karena kita belum lagi belajar bagaimana menggunakannya secara wajar.

12 September 2010

MERAWAT DESA TERPENCIL

Ada ribuan desa di Indonesia yang masih termasuk dalam kategori terpencil. Baik dilihat dari aspek geografis, sosial maupun ekonomi. Secara geografis, bentangan alam seperti gunung, sungai, dan laut menjadikan penghalang alami yang memang tidak mudah disiasati. Dampak lanjutannya adalah biaya yang super besar untuk membangun infrastruktur seperti transportasi (darat, laut, udara) maupun komunikasi. Wajar jika secara sederhana indikator keterpencilan geografis dapat ditandai dengan tidak adanya jalan penghubung yang memadai dan tentu saja sulitnya mendapat sinyal komunikasi serta aliran listrik yang mampu menembus desa-desa tersebut. Di luar prasarana pendidikan dan kesehatan yang pastinya juga sangat minim.

08 September 2010

Lebaran : Jangan Lupakan Guru-Guru Kita !

Lebaran yang fitri telah membawa sebagian dari kita kembali ke kampung halaman. Sebagian yang lain  mungkin tetap berada di tempat, karena memang belum atau tidak beranjak dari kampung kelahirannya. Akan tetapi, dimanapun kita berada saat lebaran tidak menjadi halangan untuk silaturahmi, bukan?


Kawan, dari sekian banyak orang yang kita temui, kenal, dekat dan kemudian benci atau sayang, pastinya terselip nama-nama yang telah berjasa besar bagi kehidupan kita pribadi. Saya yakin, kita mampu menjadi diri kita saat ini pastinya berkat kasih sayang orang lain yang kebetulan mampir mengisi perjalanan hidup kita.


05 September 2010

Bumi Cinta : Dari Seks Bebas, Atheisme, Hingga Komunisme Rusia


Cerita tentang keteguhan iman di tengah gempuran nilai-nilai yang amoral dan asusila menjadi ruh utama dalam novel terbaru Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy), Bumi Cinta. Di dalam novelnya kali ini, Kang abik menampilkan secara cukup cantik pergolakan ideologis di tengah-tengah kisah cinta  segi empat. Ya, seperti dalam novel-novel kang Abik sebelumnya, tokoh utama dalam novel ini, Ayyas, adalah seorang pemuda muslim yang hampir sempurna secara sifat dan sikap. Hampir seperti Al Quran berjalan. Namun memang itulah maksud penulisnya, membumikan ayat-ayat Al Quran melalui perwujudan tokoh utama dalam panggung ceritanya.

Agar Tidak Mati Gaya Saat Lebaran!

Lebaran yang dinanti-nanti telah tiba di depan mata. Segala kelelahan dari perjalanan kembali ke kampung halaman akan segera tertebus saat berjumpa dengan handai taulan nanti. Namun, apa jadinya jika di hari yang super penting itu kita malah mati gaya? untuk menghindarinya, ada beberapa hal yang mungkin bisa kita siasati.
Satu, Mati Gaya Karena Penampilan!
Hampir semua dari kita sangat memperhatikan penampilan. lebih-lebih saat lebaran. kita juga sangat sadar, bahwa bukan hanya kita yang sibuk dengan penampilan diri sendiri. Tetapi orang lain juga sibuk memperhatikan penampilan kita. Parahnya, mereka bukan hanya memperhatikan, tapi juga membanding-bandingkan penampilan kita.


04 September 2010

Menulislah Sebelum Bicara !


Mungkin judul diatas terdengar aneh. Masak mau bicara aja harus ditulis dulu? Kurang kerjaan aja. Tapi sebelum disangkal, yuk coba kita renungkan bersama.
Di dunia maya, apalagi bagi yang sedang hangat-hangatnya belajar ngeblog atau mengelola sebuah website, pasti sering dikeluhkan betapa sulitnya harus menulis setiap hari. Menulis memang beda dengan makan, yang sudah menjadi kebutuhan dasar sehari-hari. Menulis jika dipaksakan, akan cenderung membuat syaraf-syaraf di otak kita tegang. Apalagi kalau dibumbui syarat “harus keren”, wah makin gak jadi kita menulis. Sebaliknya, menulis juga akan menjadi mimpi belaka kala ditunda-tunda. Besok ah, nanti ah, lusa ah..akhirnya tinggal Ahhh…nya saja yang jadi, tulisannya mah enggak terwujud barang sekalimat.