1 Agustus 2012
Dear Arafa
Nuhbahtra,
Seperti baru
kemarin melihatmu “terjun bebas” dari rahim bunda. Kulitmu yang merah,
tangisanmu yang memecah gelembung ketegangan menjadi rona kebahagiaan pada
setiap wajah orang di keluarga kita. Semua masih tergambar jelas. Benar-benar seperti
baru kemarin.
Bundamu saja masih serupa ketika pertama ayah meminangnya. Padahal
hampir 4 tahun sudah kami berdua bersama, dan tiga tahun sudah kita hidup
serumah bertiga.
Kehadiranmu
tiga tahun lalu memang bak gempa, khususnya dalam kehidupan ayah. Semua hal
berubah begitu cepat dan drastis. Khususnya dalam cara ayah memandang dunia. Ibarat
dalam sebuah nyenyak yang terbuai mimpi, kamu membangunkanku hingga tak sempat
tertidur lagi. Lebih gagah dari itu, kamu justru hadir bak “cermin hidup” bagi
ayah. Tidak saja kerumitan yang membahagiakan, kamu juga hadir memberi
pelajaran buat ayah. Pelajaran tentang kehidupan.