23 February 2013

Implementasi Teknologi Tepat Guna untuk Pemberdayaan Masyarakat : Peluang, Strategi dan Tantangan


Implementasi Teknologi Tepat Guna untuk Pemberdayaan Masyarakat : Peluang, Strategi dan Tantangan[1]
Oleh :
Yanu Endar Prasetyo, S.Sos, M.Si[2], Rohmah Lutfiyanti, S.TP[3], Rima Kumalasari, S.TP. MM[4]

Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
JL. K.S. Tubun No 5 Kabupaten Subang – Jawa Barat 41213
Telp : 0260-411478, 41288 Fax : 0260-411239

(Link berita terkait acara ini : DRPM UI, Technology for the poor-UI)

“I have no doubt that it is possible to give a new direction to technological development, a direction that shall lead it back to the real needs of man, and that also means : to the actual size of man. Man is small, and, therefore, small is beautiful.”
[E.F. Schumacher, technology with a human face]

A.   Latar Belakang : Pemanfaatan TTG untuk Pemberdayaan Masyarakat
Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG) LIPI telah berkiprah dalam kegiatan implementasi dan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) untuk pemberdayaan masyarakat sejak tahun 1979 dengan embrio “proyek TTG” yang digagas oleh Lembaga Fisika Nasional (LFN). Setelah itu, pada tahun 1987 proyek TTG berkembang menjadi “Balai Pengembangan TTG” dibawah Puslitbang Fisika Terapan. Tidak berhenti sampai disitu, pada tahun 1998 Balai Pengembangan TTG berubah lagi menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Besar Pengembangan TTG dan kemudian menjadi “Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG) LIPI” sejak tahun 2005 sampai dengan sekarang[5]. Dalam perjalanannya, B2PTTG telah banyak melakukan kegiatan implementasi TTG, terutama di wilayah pedesaan, mulai dari wilayah paling Barat hingga Timur Indonesia. Beberapa bidang teknologi pokok yang terus diterapkan dan dikembangkan hingga saat ini adalah bidang pangan dan energi.

10 February 2013

Bioresources Untuk Ekonomi Hijau

(kiri) para narasumber dalam diskusi dan peluncuran buku biresources untuk pembangunan ekonomi hijau (kanan) Kepala LIPI, Prof. Lukman Hakim, memberikan sambutan.

(kiri) Prof. Emil Salim sedang memberikan pemaparan terkait isu-isu strategis dalam pembangunan ekonomi hijau dan gagasan untuk mengubah paradigma pembanguan dari yang hanya pro-growth (one-track economy) menjadi berwawasan sosial dan lingkungan (triple track economy) (kanan) buku dari bappenas dan yang diluncurkan oleh LIPI

 beragam produk hasil pemanfaatan bioresources dari LIPI

berita terkait acara diatas klik disini : 
b. LIPI

Menulislah dengan Konsisten!


Konsisten – atau agar nampak lebih alim kita sebut saja dengan istiqomah – itu memang satu kata yang mudah untuk diucapkan, namun tak kepalang berat ketika dijalankan. Buktinya, baru dua kali pertemuan rutin saja saya sudah demikian telat menuliskan hasil “rangkuman” diskusinya. Padahal pada pertemuan perdana, ketika semangat dan harapan demikian membuncah, selesai pertemuan OPS itu, malam harinya langsung saya tulis dan posting laporannya. Hmm, maklum, mungkin selain terbaginya pikiran pada beberapa hal lain, mungkin juga karena konsisten itu memang tidak bermakna statis pada satu frekuensi tertentu saja, melainkan sebuah proses kontinu yang suka tidak suka mengalami pasang-surut gelombang (ngeles). Alasan lainnya, jelas saya bukan wartawan yang harus dikejar waktu untuk secepat mungkin menuliskan berita, tetapi saya penulis biasa yang bebas kapan saja mau menulis dan kapan tidak.

Baiklah, langsung ke intinya saja ya. Pertemuan OPS II kemarin (27/01/13) rencananya akan menghadirkan 3 orang narasumber yang unik dan berbeda satu sama lain, yaitu kang Fauzi (general manager Pasundan Ekspres) yang berlatar pemimpin media cetak di Subang, lalu kang Kaka Suminta (penulis buku Keajaiban Bawah Sadar, tigamaha 2012) yang berlatar hipnoterapis dan Ibu Euis Herni Ismail (penulis kumpulan puisi “Demprut”) yang berlatar seorang tenaga pendidik di SMA 2 Subang. Tentu latar belakang beliau-beliau itu tidak tunggal, tetapi sangat kaya dan mewakili beragam warna kehidupan. Namun kapasitas narasumber tersebut diundang di forum OPS adalah untuk berbicara tentang satu hal yang menjadi benang merah perekat ketiga warna latar yang berbeda itu, yaitu : dunia tulis-menulis.