12 July 2014

#MENULISEKARANG #Library Award STIESA 2014

Menjadi penulis caranya mudah: menulislah, mengaranglah. Jangan tunda, sekarang juga! Sebab jika engkau menunda menulis, sama artinya engkau menunda takdirmu menjadi seorang penulis. Menulis dimana? Dimana saja! Bisa di selembar kertas yang ada di depanmu, di balik catatan kuliahmu, atau bila perlu di dalam gadget kesayanganmu. Apalagi jika kamu punya buku harian khusus untuk menampung segala rupa ceritamu, itu lebih bagus. Jika engkau enggan bekerja dua kali, menulislah langsung di komputermu. Jangan lupa di save as seberapa pun pendek hasil tulisanmu. Lanjutkan esok hari jika mau dan ada waktu, atau bikin lagi yang baru sesukamu. Kalau kamu diberkahi dengan tinggal di lingkungan yang terhubung dengan internet setiap saat, aku sarankan kamu membuat sebuah blog untuk menampung hasil tulisanmu itu. Berantakan juga tidak masalah, toh bisa kamu hapus lagi setiap saat kamu mau. Kalau bingung cara bikin blog, bisa juga di dalam notes facebook-mu. Atau kalau masih bingung juga silakan tanya caranya pada teman sebelahmu, aku yakin banyak yang sudah tahu.

08 July 2014

Media Pasca Pilpres

Oleh : Yanu Endar Prasetyo, 
dimuat di Inilah Koran (8/7/2014)



Salah satu faktor yang menyebabkan pemilihan presiden RI tahun 2014 ini terasa memanas adalah kuatnya peran propaganda politik media. Media massa yang seharusnya menjadi sarana informasi publik yang netral, objektif dan independen, justru berlomba menjadi corong kampanye bagi kedua pasang kandidat Capres dan Cawapres. Media yang seharusnya menjadi pilar penegak demokrasi, justru ramai-ramai “membunuh” demokrasi itu sendiri dengan munculnya media fitnah seperti tabloid Obor Rakyat. Hampir semua media terbelah sesuai dengan afiliasi politik pemilik modalnya, baik itu secara tersamar maupun secara kasar. Publik dibuat bingung dalam menyaring demikian banyak informasi yang jauh dari prinsip berimbang. Meskipun sebenarnya, memang demikianlah sifat asli dari industri media itu sendiri. Banyak kepentingan, kecil atau pun besar, yang mampu menembus dan menyandera meja redaksi yang seharusnya sakral itu. Lantas, bagaimana wajah media-media ini pasca pesta Pilpres nanti?