20 August 2007

Inspirasi

"Pasti ada saja resiko dan biaya akibat dari keputusan kita mengambil tindakan, tetapi ketahuilah, harganya jauh lebih murah dibandingkan resiko dan biaya jangka panjang yang ditimbulkannya akibat kenyamanan kita untuk tidak bertindak"

John F. Kennedy - President of USA, 1960 - 1963

Anjing Berseragam !

Diambil dari milist HMI_FISIP_Tercinta, Based on true story !

DOG with Uniforms

Dear Rekan sekalian, Mungkin sebagian dari kita ada yg sudah tahu bahwa hukum di Indonesia ini benar2 BIADAB. Bayangkan, semua bisa dibeli dengan UANG.... Kemarin tgl 29 Juli 2007, saya ingin menjenguk teman saya yg katanya sudah 2bln ini msk penjara karena NARKOBA. Waktu bertemu dengan dia, kondisinya sangat berubah. Badannya kurus sekali, matanya merah, dan yang lebih tragis lagi dia seperti org kelaparan. Dia cerita tentang kejadian yg menimpanya. Tgl 9 Juni 2007, Teman saya ini pergi kedaerah kota untuk suatu keperluan. Sesampainya di jalan ternyata ada razia polisi. Kebetulan dia yang bawa mobilnya dan ada 1 teman lagi, jadi mereka berdua. Waktu pemeriksaan mereka berdua disuruh keluar dari mobil, mobil mereka digeledah. Dan betapa kagetnya teman saya itu waktu polisi memberitahu bahwa ada 2 butir ekstasi dibawah jok depan. Padahal semua teman saya itu bukan pemakai. Mereka juga tidak pernah pergi ke diskotik. Mereka meyakinkan polisi kalo itu semua bukan milik mereka. Mereka bersedia untuk tes darah tapi polisinya malah memarahi bahkan menampar kedua teman saya itu. Pada saat teman2 saya tidak bisa apa2 lagi, polisi mengambil semua barang2 berharga teman saya itu ( Dompet, Jam, HP ). Yang lebih parahnya lagi polisi itu menyuruh mereka untuk mengakui kalau Barang haram tersebut milik mereka. Bersumpah dengan nama Tuhan pun kayanya sudah ga mempan, akhirnya dengan pasrah teman2 saya itu mengiyakan semua perintah polisi tersebut karena kalau tidak, mungkin mereka akan dianiaya terus. Teman2 saya itu kemudian di borgol lalu disuruh masuk ke mobil polisi tersebut. Didalam mobil,polisi mulai nego harga dengan teman2 saya. Mereka disuruh menyerahkan 2juta /org mlm itu jg, maka mereka akan dilepaskan. Sewaktu teman2 saya mengiyakan permintaan mereka, TIM BUSER dari SCTV datang, jadi perjanjian itu tidak jadi terlaksana. Dengan sok gagah polisi2 itu dengan arogannya menarik teman2 saya itu kluar mobil dan memberi penjelasan ke TIM BUSER tersebut kalau teman2 saya itu adalah pemakai. Singkat cerita teman2 saya itu dibawa ke polres. Disana mereka dikurung selama 1bln dan baru kamis tgl 26 Juli 2007 kemarin mereka dipindahkan ke Rutan Salemba. Perlu diketahui juga, mereka pindah ke Rutan pun harus bayar Rp 7.000.000 /org. Ternyata penderitaan mereka blm selesai sampai disitu. Mereka blg kalau mereka mau bebas, mereka hrs membayar Rp 90.000.000 / org kepada polisi tersebut dan kasus mereka pun secara otomatis akan ditutup. Sungguh biadab sekali moral2 org2 itu. Perlu diketahui jg kalau didalam rutan itu dikasih makan sehari 2x dan nasinya bukan putih warnanya tetapi kuning. Didalam makanan tersebut sudah dicampur dengan bumbu supaya para napi akan merasakan badannya lemas. Ditiap blok2 tahanan jg bebas. Mereka ada yg memakai narkoba dan itu bisa terjadi bila mereka2 sang pengguna memberikan uang sebagai uang tutup mulut kepada petugas2 tersebut. Rekans, sewaktu saya dan teman2 saya ingin menjenguk pun tidak kalah biadab nya para petugas2 tersebut. Dari pintu depan kita lapor dan KTP kita ditaro, mereka minta uang administrasi Rp 5.000, trs pindah loket utk taro HP karna disana kita ga blh bwh hp, kita byr lagi Rp 5.000, msk pintu utk pemeriksaan badan pengunjung byr lg Rp 5.000. Sampai lah kita pada pintu terakhir dimana kita bisa bertemu dengan teman saya tersebut. Saya dan teman2 saya msk ke sebuah ruangan. Tapi sebelum kami bertemu dengan teman2 kami tersebut, kami hrs membayar Rp 10.000 untuk ongkos panggil teman saya yg di sel. 10 menit berlalu tapi teman kami tdk kunjung datang. Petugas gadungan itu dtg lagi dan memberitahu kami bahwa teman kami tdk ada di sel. Petugas itu menawarkan jasanya kembali, dia akan mencari teman2 kami bila kami membayar lagi Rp 10.000. Akhirnya dengan perasaan kesal, kami ksh lagi uang tersebut. Sumpah!!! keadaan di ruangan tersebut bnr2 mengerikan. Kotor, sumpek, bau. Ternyata itulah ruangan pertemuan antara napi dan penjenguk. Disana semua napi dan penjenguk bisa leluasa melakukan adegan2 sronok. Ciuman bibir, pegang2 alat2 vital, mereka smua tdk malu utk melakukan hal tersebut. Mungkin smua itu bentuk pelampiasan rasa rindu antara si napi dan si penjenguk. Yang lebih parahnya lagi, bagi para napi yg menerima tamu, mereka diwajibkan membayar uang Rp 50.000 ke petugas. Jadi setelah selesai bertemu dengan teman saya tersebut mereka kami beri uang Rp 100.000 utk mereka msk lagi kedalam. Kalau mereka tdk membayar, mereka akan dipukuli. Sungguh biadab nya negara kita ini!!! Perlu diketahui juga didepan pintu masuk tertulis " TIDAK DIPUNGUT BIAYA APAPUN". Tapi apa kenyataan nya???
REKANS, TOLONG FORWARD BERITA INI AGAR SEMUA BISA MEMBACA DAN SEMOGA JD PELAJARAN UNTUK KITA SEMUA UNTUK BERHATI2, TERUTAMA BAGI KITA2 YG MENGGUNAKAN MOBIL DIMALAM HARI. KITA HRS BERHATI2 KALAU ADA RAZIA. USAHAKAN SEWAKTU KITA DIPERIKSA, KITA MELIHAT TANGAN2 JAIL PARA POLISI2 BIADAB TERSEBUT.

15 August 2007

Siapapun Kita, Harus Ikut Memerangi Kemiskinan !

(Pesan dari film The Girl in The Cafe)

Suatu hari, di tahun awal millenium ke tiga, sebuah pertemuan internasional digelar di Reycjavik. Disambut oleh hujan salju dan demonstrasi ratusan orang yang datang dari berbagai negara. Kedatangan setiap wakil dari negara peserta konferensi itu pun, tak henti-hentinya mereka caci. Konon, International Summit itu dihadiri para petinggi keuangan dari delapan negara besar di dunia (G8 = Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Italia, Prancis, Rusia, Jepang, dan China). Mereka bertemu untuk membahas tentang kebijakan keuangan luar negeri masing-masing negara. Seperti konferensi-konferensi mereka sebelumnya, mereka akan membahas bagaimana cara dan kerjasama dalam memperkuat perekonomian negara mereka. Mereka yang duduk dalam pertemuan itu pula yang selama ini dikenal sebagai ”negara donor” bagi negara-negara miskin di seluruh dunia. Oleh karena itu, mereka nanti juga akan memperdebatkan prioritas agenda ekonomi, termasuk pemberian hutang, perdagangan, dan bantuan yang akan mereka bagi-bagi kepada negara-negara miskin di dua pertiga belahan bumi lainnya. Itu pun setelah mereka yakin, tidak akan ada goncangan yang berarti di negara mereka akibat ”bantuan kemanusiaan” itu. Dapat dikatakan, di mulut dan tangan kedelapan orang itulah, kendali atas ekonomi dunia berada. Konyol dan ironi memang, masa depan ratusan negara dan jutaan orang ditentukan oleh kebijakan ekonomi mereka. Tapi itulah yang terjadi.
Memasuki millenium baru, gonjang-ganjing ekonomi dunia semakin tidak menentu. Ditambah dengan kemiskinan yang luar biasa melanda Afrika dan negara-negara dunia ketiga lainnya. Faktanya, setiap hari, ada 30.000 orang mati akibat kondisi kemiskinan yang ekstrim. 15.000 anak-anak di seluruh negara miskin mati setiap harinya. Artinya, setiap 3 detik, satu anak mati kelaparan. 800 juta orang hidup dengan kurang dari 1 $ per harinya. Itu di negara-negara miskin. Tentu berbeda dengan kondisinya dengan negara-negara lain yang makmur. Di Skotlandia, hewan seperti sapi saja mendapatkan subsidi hingga 12 ribu pounds per tahun. Jika mereka manusia, mereka bisa keliling dunia memakai pesawat eksekutif dengan uang subsidi itu. Padahal, jika uang untuk subsidi sapi itu dialihkan pada yang membutuhkan, maka 150.000 ribu ibu miskin tidak akan mati sia-sia. Adalah Lawrence, salah satu anggota senior tim keuangan Inggris yang gelisah akan fakta itu. Ia sadar sepenuhnya, di depannya telah berkumpul delapan orang yang keputusannya bisa menyelamatkan jutaan nyawa itu. Jika mereka mau peduli, setidak-tidaknya, dunia akan lebih baik dalam 159 tahun ke depan, batinnya. Dia pun satu dari sedikit orang yang kemudian memboyong proposal Millenium Goals, dengan agenda utamanya, mengurangi angka kemiskinan di dunia!
Namun, apalah artinya seorang Lawrence tua, pendiam, yang hanya seorang anggota tim keuangan. Keputusan tetap di tangan para menteri ”bandit” yang menjadi atasannya. Kalaupun ngotot berjuang, dia pasti akan dipecat. Dia tidak punya banyak pilihan. Apalagi setelah melihat konferensi itu bergeser arah menjadi ajang tarik-manarik kepentingan busuk dan keserakahan ekonomi masing-masing negara. Meski mereka tahu, jutaan nyawa bisa mereka selamatkan dengan sebuah kebijakan Millenium Goals tersebut, namun mereka enggan membahasnya. Hingga seorang gadis, Gina namanya, yang menjadi teman sekamar Lawrence di hotel, berhasil masuk pada sebuah jamuan makan malam, menjelang pertemuan terakhir konferensi G 8 itu. Tak seorang pun mengira dia akan berbuat sesuatu yang membuat semua hadirin malam itu tersentak kaget. Di tengah pidato sambutan salah seorang pemimpin G 8, tiba-tiba Gina menyela gelak tawa pemimpin itu di atas podium. Dengan sikap tenang namun memendam amarah yang sangat, Gina membeberkan fakta kemiskinan di luar sana. Semua hadirin terdiam. Suasana menjadi benar-benar hening. Belum pernah ada orang, bahkan pejabat, yang berani mencela sambutan seorang menteri. ”Tik, Tik, Tik...” Ibu jari dan jari tengahnya menghitung hingga tiga kali, ”Satu anak telah mati di luar sana”, kata Gina. Kemudian Ia mengulanginya tiga kali. Semua yang ada di sana hanya diam. Diantara mereka yang masih memiliki hati nurani pun merasa malu atas pertemuan mewah yang tidak membawa perbaikan apapun bagi dunia. Sebelum Gina bicara lebih lanjut, ia telah diseret keluar oleh para penjaga keamanan. Tidak ada yang tahu, bahwa Gina hanyalah gadis biasa, yang tidak berpendidikan. Bahkan, ia baru saja keluar dari penjara. Sampai akhirnya dia bertemu Lawrence dan bisa masuk untuk ”mengacau” pertemuan penting itu.
Singkat cerita, keesokan harinya, saatnya delapan negara menentukan keputusan, proposal Millenium Development Goals itu pun disetujui, setelah melalui debat panjang yang mengharukan. Akhirnya, meski agak terlambat, mereka sadar, bahwa setiap generasi selalu melahirkan orang-orang hebat. Dan generasi ini membutuhkan orang hebat yang mampu menjadikan kemiskinan itu menjadi menjadi ”tinggal sejarah”.
Siapa tahu, Andalah orang itu !