Tiga hari yang lalu ku dapet telepon dari salah satu script hunter sebuah penerbit besar di SOlo. Seneng banget rasanya...katanya :
"Mas Yanu, jujur saja..sebenarnya marketing tertarik..judulnya menarik dan belum pernah ada yang menerbitkan buku seperti ini.."
tambah seneng dan dag dig dug dengernya..trus..trus..
"cuman, kelihatannya ada di bagian isi yang harus diperbaiki di sana sini..."
ya sudah, masih dengan perasaan seneng, ku berharap nggak banyak yang akan ditambal sulam dalam bakal bukuku itu...
sampai pagi tadi...
script hunter itu datang menghampiriku..
dengan senyuman ramah dan khas itu, dia bilang :
"ini mas yanu, silakan dibaca-baca sendiri penilaian dari bagian marketing dan publishing.."
Ups...ternyata bukan hanya tambal sulam, tapi tambal dan tambal....komentarnya macem-macem.
yang kurang mendalam risetnya lah, kurang dalam informasinya lah, kurang banyak informannya lah, kurang kuisionernya lah (padahal itu hasil studi kasus kualitatif), kurang pantas dibaca untuk umum lah, kurang
..kurang..dan kurang...
yah, memang untuk mempertahankan reputasi...dan tidak "menyakiti" hati penulis ingusan sepertiku, penolakan harus dengan cara yang paling halus..hehehe...
mereka kasih nilai tujuh (skala sepuluh) untuk naskah bukuku..artinya diterima dengan catatan (kayak LPJ aja)..sabar..sabar...sabar :)
untuk menghibur diri aku berapologi, semua penulis besar pasti pernah merasakan yang namanya ditolak penerbit, So..ngapain juga pusing..ditolak satu penerbit, seratus penerbit lain menunggu penuh harap.
kata pepatah bijak:
"ketika kita sibuk meratapi satu pintu yang tertutup, jangan-jangan kita telah melewatkan kesempatan, sebab, sesungguhnya di saat yang sama pintu lain sedang terbuka lebar"
Semangat.
No comments:
Post a Comment