19 April 2009
Klub Penulis Subang
Hari ini, sabtu 19 April 2009, adalah hari bersejarah buat klub ini.
berangkat dari usaha nekad untuk kepingin berkomunitas, ternyata membuahkan sambutan yang bagiku luar biasa. Keinginan awal cuman sederhana : memiliki kelompok penulis. Apa sebab? sepertinya aku belum benar-benar menemukan duniaku di kota yang sudah setahun ini aku pijak, subang. Kota ini bisa dideskripsikan hanya degan 4 huruf : S – E – P – I . Baik sepi dari hingar bingar hiburan, sepi dari lalu-lalang moda transportasi, lebih-lebih –yang paling menyedihkan – sepi dari gempita intelektual. Kota ini mendadak ramai hanya ketika lebaran haji. Tidak nampak perang gagasan atau huru-hara intelektualitas yang tajam. Tidak ada “tokoh” kharismatis atau kelompok-kelompok ideologis yang bisa dianut dan dirunut gagasan-gagasan segarnya. Yang jelas, siapapun yang haus diskusi, seminar, perdebatan, atau perbincangan a la aktivis mahasiswa, subang bukanlah tempatnya!
Pelajaran hidup no 1, bahwa niat saja tidak pernah cukup. Menggerutu akan keadaan justru hanya akan membuat frustasi. Perlu upaya bergerak ke sana-sini, untuk mempopulerkan ide kita. sebab, ternyata di luar sana banyak juga orang yang mengalami keresahan yang sama dengan kita. hanya saja, sama-sama diam dan tak bergerak. Akhirnya, setelah tolah-toleh, bantuan pertama datang dari slawi, jawa tengah, tepatnya dari febrie hastianto, kawan senior lama jaman kuliah doeloe. Tanpa ba bi bu, silabus klub penulis slawi datang, dan seperti keajaiban gagasan, silabus itu meletup menjadi proposal : klub penulis subang.
Tapi, kemana dan siapa yang pertama kali harus membaca proposal ini? ragu meyelimuti. Tak ada lembaga, tak ada institusi, dan yang paling menggetarkan : tak ada dana. Tapi, kondisi inilah yang memberiku pelajaran hidup no 2, bahwa ide yang menyala kuat tidak akan padam oleh tiadanya uang. Dengan keterbatasan yang ada, Kopdar (kopi darat) komunitas blogger subang menjadi keajaiban kedua. Tanpa ragu, aku datang untuk ikut meramaikan dan berkenalan dengan pegiat-pegiat blog di subang ini. hasilnya : al madalizie Ahmad, Senniatussa’adah bergabung. Dari Ahmad kudapat teman-teman kecil yang lain, anton, piki, dll. Dari sejawat ada wawan, dan linda yang sedang hamil 7 bulan. Semuanya adalah orang-orang luar biasa yang kemudian mengikatkan diri dalam hobi yang sama : menulis.
Meskipun pertemuan selanjutnya ada anggota yang berguguran (semoga dugaan ini salah) seperti wiwit, lia, iip, namun tidak menyurutkan semangat. Dua kali berkumpul di “green-house-kopti” kita, keajaiban ketiga datang : tawaran untuk mengisi diklat. Syahdan pak Akhmad , guru SMPN 2 Subang, yang sekaligus adalah pengelola forum perpustakaan dan majalah sekolah, resah dengan tiadanya pembinaan intelektual yang memadai bagi para siswa. Beliau pun mengajukan proposal diklat ke sekolah dan meminta bantuan klub sebagai fasilitator. Alhamdulillah, pelajaran hidup no 3, niat yang baik, bertemu orang yang tepat, dan mengambil setiap peluang yang ada, adalah kunci mengundang dewi fortuna.
Akhirnya, momen-momen pertama itu pun terjadi..
oh ya, hampir lupa, kang annas nasrullah adalah orang yang sudah dan akan memberikan sentuhan lain dari komunitas penulis ini. Pemuda pewarta yang nggak ada matinya ini, kami harap akan membukakan jendela klub dengan orang-orang di luaran sana, thanks bro (juga buat temenmu dari www.vivanews.com itu , hehehe). Semoga setiap keterbatasan makin menguatkan kita untuk tetap bertahan dan terus mempertahankan apa yang sudah kita mulai ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
sip lah. terutama kalo febrie hastiyanto disebut-sebut. semoga klub penulis subang memacu klub penulis slawi untuk bergerak juga.
ReplyDeleteKang Yanu, dan rekan Klub Penulis Subang, klo mau gabung jadi anggota gimana caranya? saya berminat gabung di KBS.
ReplyDeleteInfonya tolong kirim ke email saya kang sivalintar@yahoo.com
salam kenal. maju terus Subang
ReplyDeletesalam,
jejak annas
www.bakudara.comp