Oleh : Yanu Endar Prasetyo
Potensi kabupaten Subang tidak hanya terletak pada
kekayaan sumber daya alamnya saja, melainkan juga tersembunyi pada potensi
sumber daya manusianya yang tak kalah besar. Salah satunya adalah potensi
inovator-inovator akar rumput. Siapa itu inovator akar rumput? Mereka adalah
orang-orang yang mampu menyelesaikan masalah keseharian yang dihadapinya dengan
ide, kreativitas, teknologi dan inovasi yang diciptakannya sendiri atau secara berkelompok.
Kreativitas tersebut kemudian diakui dan digunakan pula oleh komunitas atau
masyarakat di sekitarnya. Orang-orang kreatif seperti ini tidak selalu dikenal,
bahkan seringkali tersembunyi. Mereka juga kerap tidak mendapat fasilitas,
bantuan atau pendanaan dari lembaga formal seperti pemerintah dan swasta. Mereka
adalah orang-orang yang bekerja dalam “sunyi”, tanpa hingar bingar pemberitaan
namun kreativitasnya menjadi solusi bagi orang-orang di sekitarnya.
Jumlah inovator akar rumput atau grassroots ini tentu saja sangat banyak, hanya saja mereka belum
ditemukan. Karena kebanyakan kita tidak terlalu peduli dengan keberadaan
mereka. Kita sering memakai hasil karya mereka, misal motif batik ganas khas Subang di seragam yang kita
(PNS) kenakan, tapi kita tak pernah tertarik untuk mencari tahu siapa yang
membuat desain batik tersebut? Dimana ia tinggal? Apakah ia masih terus
membatik atau sudah berhenti karena kekurangan modal usaha? dan seterusnya. Contoh
lain kita sering melihat pertunjukan musik tradisional ketika pesta-pesta
hajatan atau seremonial besar. Tapi kita tak kunjung penasaran dengan alat
musik yang digunakan itu siapa yang menciptakan? Taruhlah toleat asli Subang. Seruling
dengan suara khas bak saxophone itu tak banyak yang tahu bagaimana nasib sang
penemunya? Pun demikian dengan para penemu resep-resep makanan tradisional,
obat-obatan herbal khas wilayah tertentu dan lain sebagainya. Keacuhan kita terhadap
eksistensi inovator akar rumput itulah yang menyebabkan iklim berinovasi dan
kreativitas di lingkungan kita menjadi rendah.
Permasalahan inilah yang menjadi salah satu pokok bahasan
dalam kegiatan Lokakarya Pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM)
Se-Kabupaten Subang tahun 2015 (29/7/15). Acara yang digelar oleh Diskominfo
Kab. Subang ini berlangsung sederhana dan penuh keakraban dengan lesehan di
Warung Nangka, Cijambe ini dihadiri oleh para relawan KIM dari berbagai Kecamatan
di Kabupaten Subang. Mengapa inovasi akar rumput relevan dengan keberadaan KIM?
Karena KIM memang memiliki peran sebagai pencari, pengumpul dan penyebar
informasi di wilayahnya sebagai kepanjangan tangan dari Diskominfo. Posisi dan
peran ini dipandang strategis sebagai salah satu ujung tombak dalam pendataan
inovasi dan inovator akar rumput yang tersebar di Kabupaten Subang. Relawan KIM
harus memiliki kepekaan yang lebih tajam untuk mendapatkan informasi terkait
keberadaan para inovator akar rumput lengkap dengan inovasi-inovasi yang mereka
ciptakan.
Lalu untuk apa informasi tersebut? Tentu saja dampak informasi
keberadaan inovator dan inovasi akar rumput ini akan sangat besar jika dikelola
dengan baik. Salah satunya adalah inovasi tersebut dapat dilindungi hak
ciptanya oleh pemerintah daerah, dapat dikembangkan lebih lanjut melalui
pendampingan dari SKPD terkait, dapat diangkat menjadi salah satu produk
unggulan khas Kabupaten Subang, dapat mempromosikan sang inovator sehingga dikenal
lebih luas dan memberikan manfaat langsung maupun tidak langsung terhadap
pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Bukankah Gapura Emas ini bisa diraih jika ekonomi masyarakat bergerak? Maka dengan
ekonomi berbasis pada kreativitas dan inovasi inilah kita akan mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi secara langsung. Basis dari itu semua tentu saja adalah
pendataan, pendokumentasian dan penyebarluasan informasi yang dihasilkan oleh
KIM itu sendiri.
Mimpi dan gagasan menggerakkan inovasi akar rumput ini
bukan isapan jempol belaka. Kita bisa belajar dari India yang merupakan jantung
gerakan inovasi akar rumput dunia (grassroots
innovation movement). Hari ini mereka telah berhasil mendorong daya
kreativitas dan inovasi akar rumput itu mendarah daging dalam berbagai aspek
kehidupan, seperti pendidikan, kebudayaan, lingkungan, sains dan teknologi.
Mereka juga berhasil membuktikan bahwa jika inovator akar rumput ini mampu
berjejaring dengan kelembagaan formal seperti pemerintah, lembaga litbang dan
dunia usaha, maka hasil-hasil inovasi mereka juga akan mampu menembus pasar
global. Melalui Honey Bee Network yang memayungi gerakan inovasi akar rumput di
India, para inovator grassroots yang
semula tak dikenal (no name), tak
bersuara (voicelesss), tersembunyi (no face) kini jadi memiliki harga diri,
kebanggaan, keuntungan finansial dan diatas semua itu mereka dengan hasil
temuannya mampu menjadi solusi dan manfaat bagi sesama manusia yang
membutuhkan. Melihat tumpukan data dan informasi hasil inovasi Bangsa India,
kita bak berdiri di bahu raksasa di mana kita bisa melihat orang-orang biasa,
perempuan, anak-anak, orang tua, orang desa, anak putus sekolah, nelayan dan
para difabel sekalipun ternyata mampu menjadi seorang inovator yang hebat.
Saya yakin di sekitar kita banyak tersembunyi para
inovator dan orang-orang hebat tersebut. Maka di pundak para relawan KIM
inilah, kita menantikan informasi, data, dokumentasi dan hasil penelusuran
mereka kelak mampu mengangkat kreativitas urang Subang ke level yang lebih
tinggi.
Mari Data, Datangi dan Telusuri!
No comments:
Post a Comment