02 April 2012

Blogger Subang Masuk Desa, Why Not?


“Jika Ilmu Pegetahuan itu tidak berguna (membawa manfaat), maka tinggalkanlah” demikian kira-kira pernyataan yang saya kutip dari Hokky Situngkir, peneliti brilian dari Department of Computational Sociology, Bandung Fe Institut dan penerima penghargaan Achmad Bakrie Award IX 2011. Ungkapan itu rasa-rasanya akan menyindir siapapun yang saat ini sedang ongkang-ongkang menikmati zona nyamannya. Apalagi jika dia seorang intelektual, amat “berdosa” rasanya jika seorang intelektual tidak membaktikan apa yang dimilikinya, termasuk ilmu, harta, dan keringatnya untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Senada dengan ungkapan Gramsci (penggagas intelektual organik) yang menyatakan bahwa “memang banyak intelektual di sekitar kita, tetapi  hanya sedikit dari mereka yang mampu membawa perubahan”.


Itu pula barangkali (dan semoga) yang mendorong rekan-rekan Komunitas Blogger Subang untuk terus berusaha menyalakan API semangat untuk perubahan Subang yang lebih baik. Berisi orang-orang dari beragam latar belakang, Komunitas Blogger Subang sejak awal didirikan memiliki satu semangat yang (dengan terseok-seok) terus digaungkan, yaitu semangat untuk saling berbagi. Semangat berbagi ini memang harus disadari oleh setiap anggotanya. Jika tidak, maka saya jamin komunitas ini tidak bakal panjang usia. Sebab, jika masing-masing orang bermental “hanya ingin menerima tanpa memberi dan berbagi”, maka yang terjadi adalah pembusukan dan pengeroposan dari dalam diri sendiri.

Konsep berbagi dalam sebuah komunitas blogger tentu saja berbeda dengan komunitas lainnya. Bagi seorang Blogger yang hobi tulas tulis melalui blog maupun media sosial, berbagi yang paling utama adalah melalui tulisan itu sendiri. Lewat tulisan ia menyampaikan pesan, kegelisahan, gagasan, kritik, pengetahuan dan kegalauannya kepada dunia. Prinsipnya sederhana saja, jika seorang blogger membaca (fenomena ataupun bacaan) yang baik, dengan cara yang benar dan kritis, pikirannya bersih dari prasangka, niatnya tulus untuk sesama, maka apa yang dia tulis pun akan bermanfaat dan berguna. Persis seperti ungkapan di awal tulisan ini. Tetapi jika sebaliknya yang terjadi, sebanyak apapun kita menulis di blog, membuat status atau berkicau di media sosial, mungkin hanya akan mubazir dan justru menjadi sampah di dunia maya. Barangkali euforia narsistik di media sosial atau blog harus segera kita akhiri. Sudah saatnya blog atau media sosial ini menjadi alat untuk perubahan dan peningkatan kualitas hidup yang lebih nyata.

Blogger Subang Masuk Desa

Dengan kesadaran semacam itu, maka sekalipun Komunitas Blogger Subang ini diisi oleh beragam profesi dan latar belakang tidak menyurutkan niat untuk terus membuat program-program kegiatan yang kreatif dan bermanfaat, khususnya bagi masyarakat kabupaten Subang. Justru kekuatan komunitas ini terletak pada keragaman anggotanya itu sendiri. Ada politisi, bikrokrat, jurnalis, mahasiswa, pengusaha, peneliti dan pelajar. Meskipun pada saat tertentu keragaman itu juga menjadi sebuah kelemahan. Namun, bayangkan jika berbagai elemen itu dikombinasikan dalam sebuah “orkestra” pengabdian masyarakat, maka bukan tidak mungkin tercipta “musik dan lagu” kesejahteraan dan kemajuan yang merdu. Bersyukur, niatan untuk orkestra pengabdian masyarakat itu telah lahir dari Kopi Darat pengurus KBS kemarin (Minggu, 31/03/2012) yang diadakan di R.M. Bale Desa.

Tiga program kegiatan lahir, yaitu Blogger masuk Sekolah (BS), Blogger masuk Kampus (BK), dan Blogger masuk Desa (BD). BS dan BK merupakan lanjutan dari kegiatan di tahun-tahun sebelumnya. Antusiasme pelajar terhadap dunia internet dan penulisan di Kabupaten Subang memang harus terus dikawal dengan berbagai kegiatan positif, seperti pesantren multimedia, pelatihan menulis, pelatihan pembuatan blog dan lain sebagainya. Ajakan menulis bagi para pelajar ini disisi lain juga ajakan untuk bergaya hidup positif. Seperti kita tahu, banyak pelajar saat ini yang menghabiskan waktunya untuk bermain game online hingga tingkat kecanduan yang sangat parah. Tidak masalah jika kecanduan game online membuat mereka menjadi programer atau pembuat game, tetapi yang terjadi adalah justru sekolah mereka berantakan dan masa depan terancam. Bukankah dengan ajakan menulis ini kita tidak hanya menawarkan kesenangan dan pertemanan, melainkan juga uang, pekerjaan, dan masa depan.

Sedangkan BD adalah program baru. Terinspirasi dari kondisi ketimpangan sosial di kabupaten Subang. Banyak pemuda-pemudi subang yang tinggal di pelosok desa dan tidak tersentuh oleh kegiatan-kegiatan semacam ini. Kita tidak ingin mereka, baik pemuda, petani, maupun masyarakat pada umumnya, menjadi anak tiri untuk kegiatan tulis menulis ini. Mereka juga berhak untuk tahu dan bisa mengakses internet maupun menulis dengan baik dan benar. Bukan hanya memperkenalkan dunia luar kepada mereka, melainkan juga memperkenalkan apa yang mereka (desa) miliki kepada dunia luar. Memang bukan sebuah kegiatan yang “wah”, tetapi dengan Blogger masuk Desa maka kita akan menjadi lebih peka, lebih membumi, dan lebih mengenal siapa diri kita. Sekali-kali jangan berpikir bahwa kita datang untuk mengajari mereka, melainkan kitalah yang harus lebih banyak belajar dari mereka. Wallahu’alam.

9 comments:

  1. mantap, maju terus BloggerSubang. salam

    ReplyDelete
  2. waah maju terus urang subang, ayoo bergotong royong :D

    ReplyDelete
  3. pengen join dong sama blogger subang. aku di semarang jadi gag tau nih kalo ada komunitas blogger subang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. dengan blog, jarak tak akan menjadi masalah hehehe....meskipun di semarang, syifa tetap bisa menyumbangkan pikiran, pengalaman, tulisan, gagasan dan apapun untuk teman2 bloggersubang disini...selamat bergabung, mulai sekarang :)

      Delete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete