“Jika
Ilmu Pegetahuan itu tidak berguna (membawa manfaat), maka tinggalkanlah” demikian kira-kira pernyataan yang saya kutip
dari Hokky Situngkir, peneliti brilian dari Department
of Computational Sociology, Bandung Fe Institut dan penerima penghargaan Achmad
Bakrie Award IX 2011. Ungkapan itu rasa-rasanya akan menyindir siapapun yang
saat ini sedang ongkang-ongkang menikmati
zona nyamannya. Apalagi jika dia seorang intelektual, amat “berdosa” rasanya
jika seorang intelektual tidak membaktikan apa yang dimilikinya, termasuk ilmu,
harta, dan keringatnya untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Senada
dengan ungkapan Gramsci (penggagas intelektual organik) yang menyatakan bahwa “memang banyak intelektual di sekitar kita,
tetapi hanya sedikit dari mereka yang
mampu membawa perubahan”.
Itu pula barangkali (dan semoga) yang mendorong
rekan-rekan Komunitas Blogger Subang untuk terus berusaha menyalakan API semangat
untuk perubahan Subang yang lebih baik. Berisi orang-orang dari beragam latar
belakang, Komunitas Blogger Subang sejak awal didirikan memiliki satu semangat
yang (dengan terseok-seok) terus digaungkan, yaitu semangat untuk saling berbagi.
Semangat berbagi ini memang harus disadari oleh setiap anggotanya. Jika tidak, maka
saya jamin komunitas ini tidak bakal panjang usia. Sebab, jika masing-masing
orang bermental “hanya ingin menerima tanpa memberi dan berbagi”, maka yang
terjadi adalah pembusukan dan pengeroposan dari dalam diri sendiri.
Konsep berbagi dalam sebuah komunitas blogger
tentu saja berbeda dengan komunitas lainnya. Bagi seorang Blogger yang hobi
tulas tulis melalui blog maupun media sosial, berbagi yang paling utama adalah
melalui tulisan itu sendiri. Lewat tulisan ia menyampaikan pesan, kegelisahan,
gagasan, kritik, pengetahuan dan kegalauannya kepada dunia. Prinsipnya
sederhana saja, jika seorang blogger membaca (fenomena ataupun bacaan) yang
baik, dengan cara yang benar dan kritis, pikirannya bersih dari prasangka,
niatnya tulus untuk sesama, maka apa yang dia tulis pun akan bermanfaat dan
berguna. Persis seperti ungkapan di awal tulisan ini. Tetapi jika sebaliknya
yang terjadi, sebanyak apapun kita menulis di blog, membuat status atau berkicau
di media sosial, mungkin hanya akan mubazir dan justru menjadi sampah di dunia
maya. Barangkali euforia narsistik di media sosial atau blog harus segera kita
akhiri. Sudah saatnya blog atau media sosial ini menjadi alat untuk perubahan
dan peningkatan kualitas hidup yang lebih nyata.
Blogger
Subang Masuk Desa
Dengan kesadaran semacam itu, maka sekalipun
Komunitas Blogger Subang ini diisi oleh beragam profesi dan latar belakang
tidak menyurutkan niat untuk terus membuat program-program kegiatan yang
kreatif dan bermanfaat, khususnya bagi masyarakat kabupaten Subang. Justru kekuatan
komunitas ini terletak pada keragaman anggotanya itu sendiri. Ada politisi,
bikrokrat, jurnalis, mahasiswa, pengusaha, peneliti dan pelajar. Meskipun pada
saat tertentu keragaman itu juga menjadi sebuah kelemahan. Namun, bayangkan jika
berbagai elemen itu dikombinasikan dalam sebuah “orkestra” pengabdian
masyarakat, maka bukan tidak mungkin tercipta “musik dan lagu” kesejahteraan
dan kemajuan yang merdu. Bersyukur, niatan untuk orkestra pengabdian masyarakat
itu telah lahir dari Kopi Darat pengurus KBS kemarin (Minggu, 31/03/2012) yang
diadakan di R.M. Bale Desa.
Tiga program kegiatan lahir, yaitu Blogger
masuk Sekolah (BS), Blogger masuk Kampus (BK), dan Blogger masuk Desa (BD). BS
dan BK merupakan lanjutan dari kegiatan di tahun-tahun sebelumnya. Antusiasme pelajar
terhadap dunia internet dan penulisan di Kabupaten Subang memang harus terus
dikawal dengan berbagai kegiatan positif, seperti pesantren multimedia,
pelatihan menulis, pelatihan pembuatan blog dan lain sebagainya. Ajakan menulis
bagi para pelajar ini disisi lain juga ajakan untuk bergaya hidup positif. Seperti
kita tahu, banyak pelajar saat ini yang menghabiskan waktunya untuk bermain game online hingga tingkat kecanduan
yang sangat parah. Tidak masalah jika kecanduan game online membuat mereka
menjadi programer atau pembuat game, tetapi yang terjadi adalah justru sekolah
mereka berantakan dan masa depan terancam. Bukankah dengan ajakan menulis ini kita
tidak hanya menawarkan kesenangan dan pertemanan, melainkan juga uang,
pekerjaan, dan masa depan.
Sedangkan BD adalah program baru. Terinspirasi dari
kondisi ketimpangan sosial di kabupaten Subang. Banyak pemuda-pemudi subang
yang tinggal di pelosok desa dan tidak tersentuh oleh kegiatan-kegiatan semacam
ini. Kita tidak ingin mereka, baik pemuda, petani, maupun masyarakat pada
umumnya, menjadi anak tiri untuk kegiatan tulis menulis ini. Mereka juga berhak
untuk tahu dan bisa mengakses internet maupun menulis dengan baik dan benar. Bukan
hanya memperkenalkan dunia luar kepada mereka, melainkan juga memperkenalkan
apa yang mereka (desa) miliki kepada dunia luar. Memang bukan sebuah kegiatan
yang “wah”, tetapi dengan Blogger masuk Desa maka kita akan menjadi lebih peka,
lebih membumi, dan lebih mengenal siapa diri kita. Sekali-kali jangan berpikir
bahwa kita datang untuk mengajari mereka, melainkan kitalah yang harus lebih banyak
belajar dari mereka. Wallahu’alam.
mantap, maju terus BloggerSubang. salam
ReplyDeletemerdeka dan merdeka seterusnya.. :)
ReplyDeletejaya selalu blogger indonesia.
ReplyDeletewaah maju terus urang subang, ayoo bergotong royong :D
ReplyDeletehayuuuuk.....tarik maangg...:)
Deletepengen join dong sama blogger subang. aku di semarang jadi gag tau nih kalo ada komunitas blogger subang.
ReplyDeletedengan blog, jarak tak akan menjadi masalah hehehe....meskipun di semarang, syifa tetap bisa menyumbangkan pikiran, pengalaman, tulisan, gagasan dan apapun untuk teman2 bloggersubang disini...selamat bergabung, mulai sekarang :)
Deletemajulah terus hehehe
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete