30 July 2015

Peran KIM dalam Pemetaan Inovasi Akar Rumput



Oleh : Yanu Endar Prasetyo
 
Potensi kabupaten Subang tidak hanya terletak pada kekayaan sumber daya alamnya saja, melainkan juga tersembunyi pada potensi sumber daya manusianya yang tak kalah besar. Salah satunya adalah potensi inovator-inovator akar rumput. Siapa itu inovator akar rumput? Mereka adalah orang-orang yang mampu menyelesaikan masalah keseharian yang dihadapinya dengan ide, kreativitas, teknologi dan inovasi yang diciptakannya sendiri atau secara berkelompok. Kreativitas tersebut kemudian diakui dan digunakan pula oleh komunitas atau masyarakat di sekitarnya. Orang-orang kreatif seperti ini tidak selalu dikenal, bahkan seringkali tersembunyi. Mereka juga kerap tidak mendapat fasilitas, bantuan atau pendanaan dari lembaga formal seperti pemerintah dan swasta. Mereka adalah orang-orang yang bekerja dalam “sunyi”, tanpa hingar bingar pemberitaan namun kreativitasnya menjadi solusi bagi orang-orang di sekitarnya.

Jumlah inovator akar rumput atau grassroots ini tentu saja sangat banyak, hanya saja mereka belum ditemukan. Karena kebanyakan kita tidak terlalu peduli dengan keberadaan mereka. Kita sering memakai hasil karya mereka, misal motif batik ganas khas Subang di seragam yang kita (PNS) kenakan, tapi kita tak pernah tertarik untuk mencari tahu siapa yang membuat desain batik tersebut? Dimana ia tinggal? Apakah ia masih terus membatik atau sudah berhenti karena kekurangan modal usaha? dan seterusnya. Contoh lain kita sering melihat pertunjukan musik tradisional ketika pesta-pesta hajatan atau seremonial besar. Tapi kita tak kunjung penasaran dengan alat musik yang digunakan itu siapa yang menciptakan? Taruhlah toleat asli Subang. Seruling dengan suara khas bak saxophone itu tak banyak yang tahu bagaimana nasib sang penemunya? Pun demikian dengan para penemu resep-resep makanan tradisional, obat-obatan herbal khas wilayah tertentu dan lain sebagainya. Keacuhan kita terhadap eksistensi inovator akar rumput itulah yang menyebabkan iklim berinovasi dan kreativitas di lingkungan kita menjadi rendah.

Permasalahan inilah yang menjadi salah satu pokok bahasan dalam kegiatan Lokakarya Pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Se-Kabupaten Subang tahun 2015 (29/7/15). Acara yang digelar oleh Diskominfo Kab. Subang ini berlangsung sederhana dan penuh keakraban dengan lesehan di Warung Nangka, Cijambe ini dihadiri oleh para relawan KIM dari berbagai Kecamatan di Kabupaten Subang. Mengapa inovasi akar rumput relevan dengan keberadaan KIM? Karena KIM memang memiliki peran sebagai pencari, pengumpul dan penyebar informasi di wilayahnya sebagai kepanjangan tangan dari Diskominfo. Posisi dan peran ini dipandang strategis sebagai salah satu ujung tombak dalam pendataan inovasi dan inovator akar rumput yang tersebar di Kabupaten Subang. Relawan KIM harus memiliki kepekaan yang lebih tajam untuk mendapatkan informasi terkait keberadaan para inovator akar rumput lengkap dengan inovasi-inovasi yang mereka ciptakan. 

Lalu untuk apa informasi tersebut? Tentu saja dampak informasi keberadaan inovator dan inovasi akar rumput ini akan sangat besar jika dikelola dengan baik. Salah satunya adalah inovasi tersebut dapat dilindungi hak ciptanya oleh pemerintah daerah, dapat dikembangkan lebih lanjut melalui pendampingan dari SKPD terkait, dapat diangkat menjadi salah satu produk unggulan khas Kabupaten Subang, dapat mempromosikan sang inovator sehingga dikenal lebih luas dan memberikan manfaat langsung maupun tidak langsung terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Bukankah Gapura Emas ini bisa diraih jika ekonomi masyarakat bergerak? Maka dengan ekonomi berbasis pada kreativitas dan inovasi inilah kita akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara langsung. Basis dari itu semua tentu saja adalah pendataan, pendokumentasian dan penyebarluasan informasi yang dihasilkan oleh KIM itu sendiri.

Mimpi dan gagasan menggerakkan inovasi akar rumput ini bukan isapan jempol belaka. Kita bisa belajar dari India yang merupakan jantung gerakan inovasi akar rumput dunia (grassroots innovation movement). Hari ini mereka telah berhasil mendorong daya kreativitas dan inovasi akar rumput itu mendarah daging dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, kebudayaan, lingkungan, sains dan teknologi. Mereka juga berhasil membuktikan bahwa jika inovator akar rumput ini mampu berjejaring dengan kelembagaan formal seperti pemerintah, lembaga litbang dan dunia usaha, maka hasil-hasil inovasi mereka juga akan mampu menembus pasar global. Melalui Honey Bee Network  yang memayungi gerakan inovasi akar rumput di India, para inovator grassroots yang semula tak dikenal (no name), tak bersuara (voicelesss), tersembunyi (no face) kini jadi memiliki harga diri, kebanggaan, keuntungan finansial dan diatas semua itu mereka dengan hasil temuannya mampu menjadi solusi dan manfaat bagi sesama manusia yang membutuhkan. Melihat tumpukan data dan informasi hasil inovasi Bangsa India, kita bak berdiri di bahu raksasa di mana kita bisa melihat orang-orang biasa, perempuan, anak-anak, orang tua, orang desa, anak putus sekolah, nelayan dan para difabel sekalipun ternyata mampu menjadi seorang inovator yang hebat.

Saya yakin di sekitar kita banyak tersembunyi para inovator dan orang-orang hebat tersebut. Maka di pundak para relawan KIM inilah, kita menantikan informasi, data, dokumentasi dan hasil penelusuran mereka kelak mampu mengangkat kreativitas urang Subang ke level yang lebih tinggi. 

Mari Data, Datangi dan Telusuri!

No comments:

Post a Comment