Hakekat Pekerjaan
“Sejarah adalah sejarah perwujudan diri manusia. Sejarah tidak lebih dari penciptaan diri manusia melalui proses bekerja dan produksi”
(Karl Marx [1])
Manusia, menunjukkan eksistensinya melalui pekerjaannya. Dengan bekerja, manusia menjadi nyata. Sejarah kehidupan manusia berisi catatan hasil-hasil dari proses bekerja dan produksi manusia itu sendiri. Oleh karenanya, sebelum memasuki belantara pemikiran Marx yang luas, kita akan memulai dengan memahami hakekat kerja terlebih dahulu. Karena, setiap teori yang dihasilkan Marx tidak lepas dari proses produksi (kerja) manusia.
Manusia memiliki banyak sebutan, diantaranya homo socius, homo academicus, homo politicus, simbolic animal dan lain sebagainya. Intinya, manusia itu adalah makhluq ganda yang aneh. Di satu pihak, manusia sebagai makhluq alami, ia membutuhkan alam untuk hidup. Namun di pihak lain, alam itu hadir sebagai sesuatu yang asing bagi manusia. Sehingga, manusia harus menaklukkan alam itu sendiri untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Hal ini tentu berbeda dengan binatang yang ketika hidup langsung cocok dan dapat memanfaatkan alam tersebut. Meskipun, dalam kerjanya, binatang lebih dituntun oleh desakan naluri. Dalam menaklukkan alam tersebut, manusia bekerja dengan bebas dan universal. Bebas, maksudnya ia dapat bekerja tanpa terdesak kebutuhan yang segera, misalnya manusia membuat makanan tidak hanya karena ia lapar, namun bisa juga untuk dijual, dipamerkan dalam pesta, sebagai hiasan, atau dimakan sendiri. Universal berarti manusia mengunakan berbgai cara untuk mencapai tujuan yang sama. Bentuk rumah laba-laba dari tahun ke tahun, abad ke abad akan tetap seperti itu. Namun, manusia mampu membuat rumah dari kayu, batu, bata, atau semen, dan merangkainya dengan indah sesuai selera estetika dan kebebasannya menjadi bentuk yang berbeda-beda. Inilah yang membedakan manusia dari binatang, dan menjadikannya makhluq yang khas. Bekerja berarti bahwa manusia mengambil bentuk alami dari objek alami dan memberikan objeknya sendiri. Dan pekerjaan itu sendiri adalah hakekat manusia.
Dengan bekerja, manusia mengobjektivasikan diri ke dalam alam. Secara sederhana, manusia dapat melihat dirinya melalui hasil kerjanya. Seperti seniman (pekerjaan yang dikagumi Marx) pembuat patung, ia membuktikan diri sebagai seniman melalui hasil patung buatannya. Sebab apa yang ada di kepalanya, kini telah menjadi nyata dalam bentuk patung pahatan tangannya. Dan dengan itu, ia mendapat petunjuk dan kepastian tentang bakat dan siapa dirinya. Fungsi lainnya, pekerjaan memiliki dimensi historis yang mampu membuktikan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Orang akan senang dan puas ketika hasil pekerjaannya dibutuhkan dan bermanfaat bagi orang lain. Dari rasa dibutuhkan inilah, kita merasa diakui sebagai layaknya manusia. Dalam sebuah kalimat yang singkat, Marx menjelaskan bahwa melalui kegiatan individualku, aku langsung membenarkan dan merealisasikan hakekatku yang benar, kemanusiaanku, dan kesosialanku [2].
[1] Erich Fromn, ibid.hal 35
[2] Franz-Magnis. Ibid. hal 94
“Sejarah adalah sejarah perwujudan diri manusia. Sejarah tidak lebih dari penciptaan diri manusia melalui proses bekerja dan produksi”
(Karl Marx [1])
Manusia, menunjukkan eksistensinya melalui pekerjaannya. Dengan bekerja, manusia menjadi nyata. Sejarah kehidupan manusia berisi catatan hasil-hasil dari proses bekerja dan produksi manusia itu sendiri. Oleh karenanya, sebelum memasuki belantara pemikiran Marx yang luas, kita akan memulai dengan memahami hakekat kerja terlebih dahulu. Karena, setiap teori yang dihasilkan Marx tidak lepas dari proses produksi (kerja) manusia.
Manusia memiliki banyak sebutan, diantaranya homo socius, homo academicus, homo politicus, simbolic animal dan lain sebagainya. Intinya, manusia itu adalah makhluq ganda yang aneh. Di satu pihak, manusia sebagai makhluq alami, ia membutuhkan alam untuk hidup. Namun di pihak lain, alam itu hadir sebagai sesuatu yang asing bagi manusia. Sehingga, manusia harus menaklukkan alam itu sendiri untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Hal ini tentu berbeda dengan binatang yang ketika hidup langsung cocok dan dapat memanfaatkan alam tersebut. Meskipun, dalam kerjanya, binatang lebih dituntun oleh desakan naluri. Dalam menaklukkan alam tersebut, manusia bekerja dengan bebas dan universal. Bebas, maksudnya ia dapat bekerja tanpa terdesak kebutuhan yang segera, misalnya manusia membuat makanan tidak hanya karena ia lapar, namun bisa juga untuk dijual, dipamerkan dalam pesta, sebagai hiasan, atau dimakan sendiri. Universal berarti manusia mengunakan berbgai cara untuk mencapai tujuan yang sama. Bentuk rumah laba-laba dari tahun ke tahun, abad ke abad akan tetap seperti itu. Namun, manusia mampu membuat rumah dari kayu, batu, bata, atau semen, dan merangkainya dengan indah sesuai selera estetika dan kebebasannya menjadi bentuk yang berbeda-beda. Inilah yang membedakan manusia dari binatang, dan menjadikannya makhluq yang khas. Bekerja berarti bahwa manusia mengambil bentuk alami dari objek alami dan memberikan objeknya sendiri. Dan pekerjaan itu sendiri adalah hakekat manusia.
Dengan bekerja, manusia mengobjektivasikan diri ke dalam alam. Secara sederhana, manusia dapat melihat dirinya melalui hasil kerjanya. Seperti seniman (pekerjaan yang dikagumi Marx) pembuat patung, ia membuktikan diri sebagai seniman melalui hasil patung buatannya. Sebab apa yang ada di kepalanya, kini telah menjadi nyata dalam bentuk patung pahatan tangannya. Dan dengan itu, ia mendapat petunjuk dan kepastian tentang bakat dan siapa dirinya. Fungsi lainnya, pekerjaan memiliki dimensi historis yang mampu membuktikan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Orang akan senang dan puas ketika hasil pekerjaannya dibutuhkan dan bermanfaat bagi orang lain. Dari rasa dibutuhkan inilah, kita merasa diakui sebagai layaknya manusia. Dalam sebuah kalimat yang singkat, Marx menjelaskan bahwa melalui kegiatan individualku, aku langsung membenarkan dan merealisasikan hakekatku yang benar, kemanusiaanku, dan kesosialanku [2].
[1] Erich Fromn, ibid.hal 35
[2] Franz-Magnis. Ibid. hal 94
No comments:
Post a Comment