Tergerak dari saking seringnya melirik foto wajah plus nama-nama caleg yang nampang (sembarangan) di pinggir jalan, tiba-tiba saya tergelitik untuk iseng bertanya kepada istri (kebetulan orang sunda), "kenapa nama-nama orang sunda itu koq diulang-ulang ya?". saya sebutkan contoh seperti : yayat supriyatna, yaya sunarya, engkos koswara, Anan trisnan,dan sebagainya (maaf bila ada yang namanya disebut, tidak ada unsur untuk melecehkan atau membuat mainan, sekedar contoh)
Dari jawaban yang diberikan istri saya jadi paham, bahwa ternyata ada diantara nama-nama yang diulang itu, bukan nama sebenarnya. sebagai contoh, seorang lelaki sunda, tatakala dia lahir, oleh indung (ibu) dan bapak-nya dia diberi nama : RUSKENDI. begitu bayi itu tumbuh, menjadi anak-anak, kemudian remaja, dan terus-menerus bersosialisasi menjadi orang dewasa, maka hasil dari pergaulan itu kemungkinan besar memberinya nama baru sesuai dengan panggilan kesehariannya. Para tetangga, teman, atau siapapun yang dia kenal akan memanggilnya dengan panggilan yang mudah diucap-lisankan, seperti ENDI ! kalo ibunya berteriak menyuruh, maka akan memanggil..ENDIIII......SINI, BANTU IBU!
si RUSKENDI yang kemudian dipanggil ENDI dalam keseharian itu, lambat laun akan dikenal oleh semua teman, tetangga, maupun kerabatnya sebagai si ENDI. Dan tatkala dewasa, karena sudah terlanjur dikenal sebagai ENDI, maka oleh si pemilik nama, dilekatkanlah sekalian nama itu menjadi nama depannya : ENDI RUSKENDI.
konon, dalam KTP si RUSKENDI tadi, ia akan menuliskan juga ENDI RUSKENDI, meskipun di akta hanya ada RUSKENDI. contoh nyata saya lihat langsung ketika membeli rumah dari seseorang yang kebetulan, nama asli + pergaulan tadi, digabung menjadi satu di KTP. mungkin, ada puluhan atau ratusan orang subang (baca:sunda) yang memiliki pengalaman yang sama : terpaksa atau tidak, menambah nama aslinya dengan panggilan pergaulan.
fenomena unik ini (masih dalam satu versi), mungkin menjadi salah satu cikal-bakal dari keunikan nama-nama sunda yang selalu punya irama repetitif, ada pengulangan, dan dominan oleh aksara atau vokal "a". di Jawa, huruf "a" memiliki banyak versi vokalnya, bisa menjadi " a penuh atau setengah o ". masih ingat iklan mbah maridjan, "Rosa-Rosa!" begitu katanya. Kalau Urang Sunda yang membacanya bisa jadi rosa (nama penyanyi hits ayat-ayat cinta itu), tapi kalo memakai aksen jawa "a"-nya menjadi setengah o, dan berarti "kuat-kuat".
mungkin benar, mungkin tidak, tapi itulah kebudayaan. semakin kita mendalami kebudayaan suatu masyarakat, kita akan menemukan keunikan yang kadang bisa menjadi anekdot antar budaya yang bisa bermuatan kritik, sinisme, seni, provokasi, bahkan bisa menjadi asumsi dasar wawasan nusantara kita, bahwa bangsa kita memang ditakdirkan untuk bersahabat dengan perbedaan dan keragaman (majemuk).
Satu lagi uniknya salah satu teman kantor saya yang Sunda asli, katanya :
"SIAPA BILANG ORANG SUNDA TIDAK BISA NGOMONG "F", ITU PITNAH !"
:)
kalo yanu, nama sundanya apa ya. yanu suyanu. yanu suyayan. apa yanu yununu, he-he-he.
ReplyDeleteistri dah isi berapa bulan?
This comment has been removed by a blog administrator.
Deletehehehe....bisa aja bro.
ReplyDeleteorang jawa mah disini punya "tempat" tersendiri yang belum akan "diusik" ke-"mapan"-annya....entah sampai kapan..? (konon, ada mitos sunda yang mengatakan kalo lelaki jawa menikah dengan perempuan sunda, maka keluarga yang terbentuk akan baik dan lenggeng. sebaliknya, kalo lelaki sunda menikahi perempuan jawa, diproyeksi keluarga itu akan berantakan...namanya juga mitos, percaya atau tidak)
istri
Raden Wijaya, Raja Pertama Majapahit, hasil pernikahan Laki-laki Sunda dan Perempuan Jawa... Keluarganya tidak berantakan
Deleteo, ya. gimana dengan tragedi gajah mada, perang bubat, dan dyah pitaloka. kabarnya tak ada nama jalan gajah mada di bandung?
ReplyDeleteistri kenapa tu, kok terpenggal. asli sunda po? sip dong. dibuatin karedok tiap hari, ha-ha-ha. mampir blogku lagi ya.
@masmpep...
ReplyDeletebukan hanya di bandung..
nama gajah mada tidak akan ditemui di jalan seantero tatar sunda (jawa barat).
klo ga salah itu inisiatif ayahnya dyah pitaloka buat mnghormati kmatian putrinya...
dan sbetulnya, TKP perang itu harusnya dijadikan batas tanah sunda n tanah jawa.. tapi pmerintah belanda (atau pmerintah kita ya?) tdk mamakai aspek historis melainkan aspek administratif utk mnentukan batas wilayah jabar-jateng.
@duniaidealku...
iya, sy org sunda n suka dapet nasehat kaya gitu...
wallahualam bissowab..
Sejarah melahirkan anak kisah yang seperti itu. Namun, jangan sampai hal tersebut memenjarakan kita dalam ruang rasis yang sentimen..
ReplyDeletesetuju!
DeleteNama Sunda ada banyak ragamnya, tidak hanya yang berirama. Contohnya:
ReplyDeleteWiranatakusumah, Wiraatmaja, Adiwilaga, Subagja, Wargahadibrata, Atmanagara, Iskandardinata, Adiwinata, Sutisnawinata, Hadikusumah.
betul sekali :)
Deletesepakat gan, keragaman Indonesia memang luar biasa. Meskipun sakhespere pernah bertanya "apalah arti sebuah nama?", tetap saja nama menjadi identitas yang menunjukkan akar historis, martabat, dan bagian penting dari kehidupan seorang manusia...:)
ReplyDelete- peace, love, & respect -
Keren mas,,
ReplyDeleteInformasi yang menghibur, hehe
makasih Anjar!
DeleteMungkin juga nama yg diulang itu juga merepleksikan nilai-nilai dalam kasundaan yang membedakan "manusa (anak yg baru terlahir ke bumi) dan Jalma/Jelema (sosok terlahir dengan yang tlh berilmu, wawasan & pengetahuan".
ReplyDeletewow, dalam sekali maknanya!
Deletehahahaha...
ReplyDeletehidup indonesia sj sy mah mas..
hehehe...
aq download balada ulu2 mas..
dhy2 S. Sopyan
. nama" sunda yang terkenal.
ReplyDelete-rojali
-usman
-otong
-masitoh
-juminah
-kosasih
-mahmud
-subagja
-ginanjar
-ade
wah, benar juga ini!!
Deletekeren sekali nih gan informasinya, semoga bermanfaat gan salam kenal aja gan
ReplyDeleteterima kasih, salam kenal juga untuk rental mobil di meda hehe :)
ReplyDeleteNama Anda harus diganti Prasetya...
ReplyDeletehehehe...tepatnya diganti menjadi "yana prasetya" yaaa :)
Delete