11 January 2018

Memodelkan Segregasi Sosial di Perkotaan

Yanu Endar Prasetyo
email: yepw33@mail.missouri.edu 

Thomas Schelling, salah seorang peraih hadiah nobel pada tahun 1969, 1971, 1978, mempelajari tentang dinamika segregasi sosial [1], yaitu sebuah kondisi sosial dimana mereka yang memiliki identitas atau karakteristik yang berbeda (misal orang kulit putih dan kulit hitam, orang kaya dan miskin, professor dan mahasiswa) cenderung untuk “menjauhi” satu sama lain. Asumsi dasarnya adalah orang cenderung merasa “nyaman” apabila berdekatan dengan orang lain yang memiliki banyak kemiripan (similarities) dengan dirinya. Pandangan ini kemudian menuntunnya untuk melakukan berbagai kajian tentang segregasi sosial, termasuk bagaimana faktor rasial (perbedaan warna kulit) ini mempengaruhi pola perumahan atau pola tinggal orang kota, Khususnya di Amerika Serikat.

Seperti kita ketahui, Amerika Serikat memiliki sejarah panjang terkait dengan persoalan rasisme. Tidak hanya terjadi di masa perbudakan saja, namun jejak-jejak peninggalan sentimen rasisme ini masih mengendap dan menjadi masalah publik sampai saat ini, utamanya dipicu oleh banyaknya perlakuan atau kebijakan yang dianggap diskriminatif bagi orang atau komunitas kulit hitam dan berwarna lainnya. Dalam konteks segregasi sosial di perkotaan, salah satu indikator dari lebarnya jurang pemisah antar ras ini dapat ditelusur melalui pola perumahan (neighborhood) di perkotaan AS yang cenderung mengelompok antara perumahan orang kulit putih dan kulit hitam.


Contohnya seperti perumahan penduduk di St. Louis City, Missouri. Di kota ini mayoritas warga kulit hitam tinggal di daerah utara, sementara mayoritas warga kulit putih tinggal di wilayah selatan. Wilayah utara terkenal dengan kemiskinan dan kriminalitas yang tinggi, sementara wilayah selatan terkenal sebagai lingkungan perumahan orang kaya (lihat penelitian saya sebelumnya tentang farmers markets dan segregasi sosial di Missouri).

Dari teori dan temuan Schelling tentang kecenderungan alamiah segregasi sosial tersebut, dibangunlah sebuah model yang dikenal dengan sebutan Schelling’s Model[2] atau Model Segregasi Perkotaan. Dalam Agent-Based Modeling (ABM), Schelling’s Model digambarkan dalam sebuah lingkungan dimana di dalamnya ada agen berwarna merah dan hijau (lihat gambar). Setiap titik agen menggambarkan individu, katakanlah warna merah sebagai representasi dari orang kulit putih dan warna hijau sebagai representasi orang kulit hitam. Setiap agen akan bergerak dan berjalan dengan pola sederhana yaitu mereka akan berusaha tinggal berdekatan dengan sebanyak mungkin warna yang sama dan menghindari agen dengan warna berbeda.

Variabel lain yang dimasukkan dalam model ini adalah tingkat kebahagiaan (happiness) dari agen itu sendiri. Jika ia berada dekat dengan warna yang sama maka kebahagiannya akan meningkat dibanding jika ia tinggal di lingkungan sekitar yang berbeda warna. Dalam kondisi kedua, dia akan memutuskan untuk berpindah “rumah”. Keputusan agen untuk tetap tinggal” (diam) atau “berpindah” (bergerak) inilah yang kemudian menjadi “ambang toleransi” agen atau individu dalam menerima perbedaan (dalam hal ini perbedaan rasial) dari tetangga terdekatnya.

Dari sinilah kemudian simulasi ini terus bergerak sampai pada periode waktu tertentu yang bisa diatur sesuai keinginan penelitian. Hasilnya, dapat dilihat bagaimana pola segregasi sosial itu terbentuk dalam rentang waktu tertentu. Model ini relatif sederhana dan cukup mapan untuk mewakili bagaimana ABM bekerja dan mensimulasikan teori segregasi sosial perkotaan ini. Tidak hanya untuk kasus Amerika, namun juga bisa dikembangkan untuk kasus-kasus lainnya yang lebih kompleks dan beragam.

Kembali ke artikel sebelumnya:

Lanjutkan ke artikel berikutnya:
Memodelkan Dinamika Opini Politik
Memodelkan Perilaku Konsumen
Memodelkan Jejaring Industrial
Memodelkan Manajemen Rantai Pasok
Memodelkan Pasar dan Pasokan Listrik
Memodelkan Manajemen Pengelolaan Sumber Daya Alam






[1] Baca artikel Baldwin et. al (2013) disini
[2] NetLogo segregation model

No comments:

Post a Comment