26 April 2009

Berkreativitas Lewat Komunitas




Awal tahun 2009, selain diwarnai antiklimaks dari proses pemilu legislatif, juga menjadi penanda tersendiri bagi bergeliatnya komunitas anak muda di Subang, Jawa Barat. Diawali pada tanggal 28 Maret, sebuah acara kecil digelar oleh para blogger di kota kabupaten ini. Bukan hal baru memang, namun untuk ukuran masyarakat Subang, tentu saja momen ini memiliki makna berbeda. jika dibandingkan dengan kota besar yang mengapitnya, seperti Bandung, Purwakarta, dan Jakarta, kehadiran komunitas blogger yang kemudian menggelar “kopi darat”, menandakan setitik asa untuk menunjukkan bahwa kawula muda di tatar subang ini belum mati.

Kopi darat perdana itu, selain menjadi wahana perkenalan dan pertemuan para pecinta dunia maya, juga menjadi ruang pertukaran ide dan gagasan yang segar. Keberagaman latar belakang dan motif menjadi blogger, mengilustrasikan bahwa komunitas ini bisa mempersatukan cukup banyak unsur dan elemen dalam masyarakat. Ada yang berprofesi menjadi wartawan, dosen, guru, pelajar, penjual/pecinta barang antik, mantan anggota KPU, pelajar, penjaga warnet, peneliti, mahasiswi, hingga pengangguran pun secara egaliter duduk setara, dan mengikatkan diri lewat hobi. Ada yang memang berdomisili di Subang, ada pula yang bekerja di luar kota, tetapi tetap memiliki kaitan historis dan kepedulian dengan Subang. Gayung pun bersambut, setahun terakhir ini, warnet-warnet di Subang telah menjamur bak cendawan di musim hujan.

Tidak hanya berhenti disini, beragam program kegiatan nyata pun direncanakan, slogan anti pornografi didengungkan, visi untuk peduli dunia pendidikan, ekonomi, dan sosial disatukan, dan yang terpenting komunitas ini mempunyai tekad mengambil peran dalam kehidupan bermasyarakat. Dibuktikan dengan lahirnya portal dan situs-situs yang jika ditelusuri, secara tidak langsung telah ikut mempromosikan kota Subang. Dari para punggawa komunitas kecil nirlaba ini, lahir portal kota subang yang menginformasikan potensi wisata dan event-event di subang. Ada juga yang mengkhususkan diri pada info usaha kecil, jasa konsultasi kejiwaan, dan berita-berita dari Subang. Lebih lengkap dan up to date, jika dibandingkan dengan situs resmi milik pemerintah. Namun sayangnya, pemerintah daerah sepertinya belum menyadari manfaat besar dari lahirnya komunitas semacam ini.

Klub Penulis Subang

Senada dengan spirit komunitas ini, lahir pula di waktu yang sama Klub Penulis Subang. Orientasi utama kelompok studi ini adalah dalam hal pengembangan minat menulis dan penerbitan. Baru saja muncul di permukaan, Klub Penulis Subang yang digawangi hanya beberapa peneliti, penulis, pelajar, dan mahasiswa ini, mendapat kesempatan untuk mengelola forum perpustakaan dan majalah di sebuah SMP negeri di Subang. Tentu saja ini mengindikasikan penerimaan masyarakat Subang terhadap komunitas-komunitas kreatif semacam Komunitas Blogger Subang dan Klub Penulis Subang, cukup baik dan menjanjikan.

Alangkah dinamisnya, seandainya komunitas-komunitas berbasis hobi yang lain, seperti komunitas sepeda motor dan kesenian yang banyak menjamur di kalangan pemuda, atau komunitas pecinta lingkungan, juga memiliki orientasi perjuangan yang jelas. Sebab, kelompok-kelompok yang muncul dari bawah, jika mereka berhasil membangun suatu aktivitas dan entitas yang bermanfaat bagi masyarakat, bukan tidak mungkin akan mampu mendorong perubahan dan kemajuan yang lebih cepat. Di sisi lain, dengan bergabung dalam komunitas-komunitas tertentu, dapat menjadi saluran aspirasi yang efektif kepada pembuat kebijakan. Dengan catatan, setiap komunitas tentu saja harus menunjukkan dan membuktikan terlebih dahulu prestasi dan manfaatnya bagi khalayak.

Lahirnya komunitas-komunitas alternatif di tengah kebekuan dan rutinitas pedesaan, bisa menjadi harapan akan lahirnya pendidikan-pendidikan alternatif. Seperti maraknya diskusi-diskusi, seminar, diklat, forum-forum, hingga kegiatan-kegiatan nyata yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Pemuda-pemuda kreatif dan penuh gagasan, akan lahir dari komunitas semacam ini. Pada tahap selanjutnya, karya cipta kreatif, seperti musik dan lagu dari komunitas kesenian, jasa pembuatan website dari komunitas blogger, buku-buku dari klub penulis, pernak-pernik dan aksesoris dari tiap komunitas, akan menjadi sebuah industri kreatif yang mengakar.

Mungkin hal itu masih jauh dari kenyataan, namun bukan pula impian kosong belaka. Jika kiprah para pemuda-pemuda Subang ini tetap eksis dan menemukan jalur perkembangannya, maka pelan tapi pasti, harapan itu akan mampu terwujud. Tinggal, bagaimana mengatasi hambatan-hambatan yang seringkali menggerogoti konsistensi pemuda. Setidaknya ada dua hambatan yang ada di depan mata, pertama, hambatan finansial. Mungkin pula ini hambatan bagi setiap komunitas yang baru muncul. Modal semangat besar, tanpa diikuti oleh kecerdasan menghasilkan finansial, akan membuat komunitas tak bertahan lama. Cara pandang yang harus dipakai adalah bagaimana hobi komunitas tersebut juga bisa menghasilkan timbal balik bagi anggotanya. sehingga, komunitas tidak begitu saja ditinggal oleh satu per satu anggotanya.

Kedua, hambatan psikologis. Tidak semua pegiat komunitas memiliki mental yang kuat. Naik turunnya semangat anggota, sindiran dan cercaan dari luar, manajemen waktu, dan hambatan situasional lainnya, harus bisa dibaca dan diantisipasi sedini mungkin oleh komunitas. Jangan sampai ekspektasi terlalu tinggi dari kemampuan yang dipunyai, sebab hanya akan menghasilkan sesal dan kecewa belaka. Semoga, geliat dari komunitas kecil ini akan terus menggelinding dan membuka mata siapapun, bahwa masih ada pemuda-pemuda yang menenggelamkan diri dan menjadi pelopor aktivitas-aktivitas kreatif, sekalipun dalam serba keterbatasan dan kesunyian sebuah “desa”.

2 comments:

  1. sering bermunculan komunitas kreatif di subang, tetapi tidak bertahan sampai lama..
    padahal jika di kembangkan dan dimajukan akan lebih menarik, menjadikan subang kota yang penuh kreatifitas oleh pemuda pemudinya yang ingin memeajukan kota ini.
    terimakasih :)

    ReplyDelete