02 October 2010

Bogor, Sebuah Catatan...

Hmmm…sambil menunggu dosen masuk, biar ga bête, saya isi waktu dengan bikin coretan ini..
Bogor..ya, judulnya singkat, tapi ceritanya bakalan bisa panjang. Tahu kenapa? Karena setelah saya merenung-renung, khususnya ketika berlama-lama terjebak di dalam angkot, ternyata saya punya ikatan emosional yang unik dengan kota ini. Ya, saya baru menyadari ikatan itu setelah beberapa tahun kemudian. Yang jelas, ini bukan tentang ikatan keluarga atau kekerabatan, tapi ini tentang arti sebuah kota yang berlalu lintas di alam sadar dan kadang-kadang di bawah sadar.
Pertama kali saya ke bogor adalah tahun 2005. Emmm, kalau tidak salah setelah usai mengikuti sebuah intermediate training tingkat nasional dari organisasi pergerakan yang saya ikuti kala itu. Ya, bersama tiga orang teman lainnya (mba yuni, mas ibnu, dan wetty) kami mengunjungi kebun raya bogor (emang baru itu yang dikenal dari sebuah kota bernama bogor).  Agenda ini sebenarnya diluar rencana sama sekali. Entah karena apa, kalau tidak salah setelah jalan-jalan ke UI, akhirnya sekalian dilanjut ke Bogor. Sampai di stasiun yang menurut saya waktu itu padet det dengan pedagang kaki lima, anehnya saya langsung merasa akrab begitu saja. Padahal saya tidak tahu mana utara dan mana selatan? Serasa di kota yang udah lama kenal (lain ceritanya ketika nyampe di subang…tempat tinggal saya sekarang). Padahal, pemandangan angkot yang bikin semrawut dan macet sebuah kota itu, baru pertama kali saya liat. Ngga ada angkot sebanyak itu di kampong saya, bahkan di Surabaya sekalipun. Tapi saya cuman senyum-senyum saja.

Well, kesan pertama bener-bener biasa aja, tapi menjadi tak biasa karena sekarang saya merasa semacam didorong takdir untuk berkenalan dengan kota ini.
Kunjungan kedua, sungguh diluar dugaan. Kala itu sekitar akhir tahun 2007. Tepatnya ketika mengikuti seleksi tulis untuk masuk di lembaga tempat saya mengabdi sekarang. Ya, gedung herbarium biologi…persis di depan kebun raya bogor (depan sebelah mana mang? Yang pernah kesana pasti bingung, karena pintu depannya emang banyak..hehehe). Ujian di bogor ini, setelah waktu yang lama, mengingatkan saya akan perkenalan sebelumnya. Angkot-angkot itu masih banyak, tidak berubah seperti dua tahun sebelumnya. Yang berbeda kali ini, saya diberi kesempatan merasakan secara langsung julukan kota bogor : HUJAN !!
Busyet deh pokoknya, sejak menginjakkan kaki di bogor untuk kedua kalinya, langit seperti ikut menangis (beuh, dramatis pisan). Hujan datang bertubi-tubi, mulai dari gerimis, terang dikit, langsung diguyur lagi dengan ujan deras, begitu terus dari pagi sampai malam. Tiga hari berturut-turut. Pepatah “sedia payung sebelum hujan” jadi gak berlaku, karena hujannya udah datang lebih dulu sebelum saya sempet beli payung L.
Tiga hari yang dingin itu, saya menemukan banyak fenomena unik lainnya. Anak payung! Ya, mereka yang biasa dikenal sebagai OJEG PAYUNG. Karena saya liat sebagian besar ojeg payung itu adalah anak-anak dan remaja, maka saya sebut mereka anak payung. Mereka ramai-ramai di perempatan, tepi jalan, di depan mall dan di sepanjang pemberhentian angkot yang popular. Barangkali mereka mengubah aktivitasnya, dari yang biasanya ngamen di pintu angkot, menjadi ojek payung di musim hujan. Enak juga keliatannya, kalo gak nyanyi, ya main ujan-ujanan..dapet duit lagi, hehehe (ada gak ya yang mikir kayak gitu?? )
Kembali ke tes saya tadi, tak disangka tes pertama di bogor ini telah meniupkan angin keberuntungan bagi saya. Terbukti, hingga tes terakhir atau yang kelima, saya masih bisa lolos dan pada akhirnya terpilih menempati formasi yang saya lamar. Hmm, jelas itu sebuah rejeki dari hasil kerja keras dan doa orang tua yang gak pernah berhenti mengalir. Tapi saat saya rekonstruksi ulang pemaknaannya sekarang…hmmm, saya tersenyum sambil bergumam “lagi-lagi bogor, bogor lagi lagi”.
Nah, kunjungan ketiga, ya sekarang ini ni. Saya benar-benar akan berada di bogor (kalo umur panjang) dalam waktu yang cukup lama. Sekitar dua tahunan, untuk menyelesaikan tugas belajar di kampus hijau. Detik ini juga, pas saya nulis, saya sedang duduk di bangku kuliah yang so far menyenangkan dan cukup dinamis. Thanks buat temen-temen di sps SPD 2010 yang cool banget dah pokoknya.
Wah, bu dosen sudah datang…harus segera ditutup nie corat coretnya.
Intinya, kota bogor telah memberi kenangan yang (ternyata baru disadari) sangat berarti buat saya.
Oke, sampai ketemu di cerita-cerita lain tentang bogor dan sekitarnya…salam.


5 comments:

  1. Pepatah “sedia payung sebelum hujan” jadi gak berlaku, karena hujannya udah datang lebih dulu sebelum saya sempet beli payung.

    hahaha. padahal pake daun pisang weh atuh mas. hooho.
    tapi seru banget euy. baca ini, saya jadi ingin ke bogor juga.

    ReplyDelete
  2. kalau kesan pertama pas menginjakan kaki di subang gimana??? heu..

    ReplyDelete
  3. hahahaha...bisa aja si akang ini, tapi emang bener, bagi sebagian orang, pertama kali naik angkot di bogor pasti bete...tapi begitu terbiasa...waahh, bisa jadi tempat merenung paling oke lho...apalagi buat blogger kayak mamang, pasti banyak ide :)

    ReplyDelete
  4. kesan pertama di subang...hmmm, tunggu tanggal mainnya...

    ReplyDelete
  5. Menarik mas. Bogor dan Bandung dua kota yang magis, namun belum cukup saya jelajahi. Ke Bogor pun belum pernah. Mudah-mudahan suatu saat.
    Selamat. Untuk pendidikan yang lebih tinggi lagi. Semoga bermanfaat. Dan menjadi wakaf.

    ReplyDelete