Dewi hujan. Demikian saya
memanggil anak kedua saya yang baru lahir hari minggu kemarin (230912). Bukan
karena dia kehujanan pas lahir, tetapi karena hujan seketika turun sesaat
setelah ia hadir di dunia ini. Hujan malam itu menjadi sangat istimewa setelah
berbulan-bulan kota Subang dirundung kemarau panjang. Bukan hanya di Subang,
hampir di seluruh negeri memang sedang dilanda kepanasan. “Dinding neraka
bocor”, demikian beberapa teman mengumpamakan suasana panas dan kering itu.
Hujan malam itu adalah hujan pertama yang berlangsung sampai pagi hari.
Benar-benar hujan yang tidak hanya membawa kesegaran, namun juga harapan baru.
Pun dewi hujanku, ia tidak hanya
hadir membawa kesegaran baru ditengah keluarga kecil kami, tetapi dalam dirinya
melekat harapan baru. Harapan tentang masa depan yang lebih panjang. Ya,
terutama karena dia adalah seorang perempuan. Simbol kehidupan, lambang
kesuburan. Dalam dirinya mengalir darah penerus peradaban. Dewi hujanku tepat
jatuh ditanah yang tandus dan lalu menghidupkan. Ia membasahi jiwaku,
perasaanku, dan hatiku seketika seperti seolah aku sendiri yang baru saja
dilahirkan. Bahagia.
Afira Amartatya. Itulah nama yang kami sandangkan padanya. Afira
adalah nama pemberian eyang-nya dari Blitar. Kami mengartikannya sebagai
“keberuntungan”, mirip dengan Zafira dalam bahasa Arab. Sementara Amartatya
kami ambil dari tradisi Hindu atau india, “Amrta”, yang berarti “air abadi”. Dewi Hujanku adalah keberuntungan kami yang
abadi. Kami ingin keberuntungan selalu bersahabat dengannya. Pun dengan jejak
langkahnya kelak yang akan mengabadi dan menyejarah. Amin.
Biodata :
Afira Amartatya
Status : Anak Kedua
Tanggal lahir : Minggu Kliwon, 23 September 2012
Jam Lahir : 21.30 WIB
Berat : 3,1 Kg
Panjang : 49 cm
Jenis Kelamin : Perempuan
No comments:
Post a Comment