(Pengalaman
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Teknologi Tepat Guna di Indonesia)
Oleh
: Yanu Endar Prasetyo[1]
e-mail
: yanuendar@yahoo.com / yanu002@lipi.go.id
ABSTRAK
Secara common sense, teknologi dianggap dapat memudahkan dan memecahkan
permasalahan manusia. Oleh karena itu, implementasi Teknologi Tepat Guna (TTG) dianggap
sebagai terobosan dalam upaya penanggulangan dan pengentasan kemiskinan,
khususnya dalam mendorong pemberdayaan masyarakat (community empowerment) melalui aktivitas-aktivitas ekonomi yang
berujung pada modernisasi produksi dan peningkatan pendapatan individu maupun
masyarakat di pedesaan. Cara pandang seperti inilah yang paling banyak dianut
saat ini, dimana kemiskinan dilihat sebagai kondisi minimnya pendapatan suatu
golongan masyarakat (monetary approach/MA)
sehingga diperlukan peranan TTG untuk memberikan nilai tambah dalam kegiatan
ekonomi mereka. Namun demikian, kajian ini mencoba menegaskan bahwasanya cara
pandang dan definisi tentang kemiskinan seperti diatas akan berimplikasi secara
serius terhadap pemilihan pola intervensi TTG dan menentukan pula golongan
miskin (poor) dan non-miskin (non-poor) mana yang akan menjadi sasaran
pemberdayaan masyarakat? Melalui pengalaman kegiatan pemberdayaan masyarakat
berbasis TTG di Kab. Belu (NTT), Kab. Subang (Jabar) dan Kab. Enrekang (Sulsel)
makalah ini akan membedah kerangka paradigmatik tentang kemiskinan dan
implikasinya terhadap pola intervensi TTG dalam menanggulangi kemiskinan di
pedesaan.
[1] Mahasiswa
S2 Sosiologi Pedesaan IPB 2010, Staf Peneliti di Balai Besar Pengembangan
Teknologi Tepat Guna (B2PTTG)-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Abstrak Makalah Untuk Konferensi Nasional Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI), UMM Malang 19-20 Oktober 2012.
No comments:
Post a Comment