10 September 2015

TOL CIPALI & PELUANG EKONOMI BAGI KABUPATEN SUBANG


PELUANG DAN TANTANGAN
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS, PARIWISATA DAN INDUSTRI KECIL
DI KABUPATEN SUBANG

Oleh :
Drs. Sukirno, MS[1] & Yanu Endar Prasetyo, S.Sos. M.Si[2]
Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


ABSTRAK

Jalan Tol Cipali telah diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 13 Juni 2015. Jalan bebas hambatan yang melewati belasan desa di Kabupaten Subang ini juga telah dilewati para pemudik pada lebaran tahun 2015 lalu. Hampir 1 juta kendaraan melewati Tol Cipali sepanjang arus mudik dan balik tersebut. Kehadiran Tol ini tentu saja memberi dampak, baik positif maupun negatif, terhadap perekonomian di kabupaten Subang. Dampak positif tentu saja terbukanya peluang pasar baru bagi produk-produk khas Subang, bertambahnya kunjungan wisatawan yang lewat maupun bermalam, dan lain sebagainya. Peningkatan mobilitas manusia sewajarnya diikuti dengan peningkatan jumlah uang yang dibelanjakan di Kabupaten Subang. Dampak kurang baiknya mungkin saja dirasakan oleh para pelaku ekonomi di jalur Pantura dan jalur Kalijati-Sadang yang terindikasi menurun jumlah wisatawan yang melewatinya. Kajian tentang dampak ekonomi ini kehadiran Tol ini sesuatu yang penting dan menarik. Jika kehadiran jalan tol dianggap sebagai peluang, maka perlu road map pengembangan agribisnis berbasis komoditas lokal di kabupaten Subang yang dikoneksikan dengan potensi pariwisata dan industri kecil di wilayah Kabupaten Subang secara komprehensif. Pemanfaatan teknologi dan inovasi untuk pengembangan komoditas unggulan menjadi mutlak diperlukan dalam rangka mendukung percepatan pengembangan agribisnis, pariwisata dan industri kecil di Kabupaten Subang.

Kata Kunci : Tol Cipali, Agribisnis, Pariwisata, Industri Kecil, Subang

   


A.            TOL CIPALI : PELUANG DAN TANTANGAN SOSIAL-EKONOMI

Pengembangan daya saing ekonomi daerah tidak akan lepas dari pilihan sektor apa yang akan diunggulkan dan sangkut pautnya dengan persoalan tenaga kerja di daerah tersebut. Persoalan ketenagakerjaan itu sendiri akan selalu bertumpu pada masalah ketersediaan tenaga kerja (supply side) dan kebutuhan tenaga kerja (demand side). Disamping itu, pengembangan sektor unggulan di setiap daerah memiliki pertimbangan spesifik yang khas dan berbeda-beda antar daerah. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sekaligus masalah yang dipecahkan, misalnya keterbatasan infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, angka pengangguran, menurunnya kualitas lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan pada masa sebelumnya dan lain sebagainya. Terkait dengan kendala keterbatasan infrastruktur, saat ini Kabupaten Subang justru sedang bertambah kuantitas dan kualitas insfrastrukturnya, salah satunya adalah kehadiran jalan Tol Cipali yang telah diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 13 Juni 2015. Jalan Tol Cipali[3] ini terbentang dari Cikampek sampai dengan Cirebon dan melewati belasan desa di Kabupaten Subang. Kehadiran infrastruktur jalan tol ini, sesuai dengan masalah peluang peningkatan daya saing daerah, tentu membawa peluang dan dampak sekaligus terhadap segenap aspek kehidupan masyarakat Kabupaten Subang.       
Menyambut kehadiran jalan tol tersebut – terlepas dari berbagai masalah hukum, pembebasan lahan, dan sebagainya yang masih belum sepenuhnya tuntas – pemerintah daerah perlu membuat peta jalan (road map) dan konsep pengembangan ekonomi masyarakat yang bersifat strategis, khususnya dalam pengembangan sektor ekonomi yang terkait langsung dengan potensi unggulan kabupaten Subang seperti pariwisata, agribisnis dan industri kecil demi menyongsong kehadiran Tol Cipali. Hal inilah yang disebut sebagai faktor daya dukung daerah (factor endowment). Dalam kerangka pemikiran penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Penelitian Kependudukan LIPI (Nawawi, dkk. 2007:8), pengembangan sektor unggulan ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal sebagaimana tergambar dalam bagan dibawah ini :


 
















Gambar 1. Relasi antara pengembangan ketenagakerjaan di daerah dengan faktor-faktor lainnya ((Nawawi, dkk. 2007:8)

B.   POTENSI KHAS KABUPATEN SUBANG

Dengan melihat bentang alam Kabupaten Subang, maka secara umum Subang memiliki potensi yang kuat pada tiga bidang, yaitu agro (pertanian) yang dikenal dengan jargon “lumbung padi” serta “kota nanas”, kemudian tourism (periwisata) dengan icon utama Ciater dan Gunung Tangkuban Perahu serta Marine (Kelautan/Pesisir) yang disimbolkan dengan masyarakat Pantura Subang yang bahkan sekarang sedang dibangun pelabuhan skala besar. Berikut beberapa potensi Agribisnis di Kabupaten Subang berdasarkan komoditas yang berpeluang untuk dikembangkan lebih lanjut baik dari sisi pasca panen maupun manajemennya sebagai produk unggulan khas Subang maupun untuk dikembangkan menjadi industri berbasis Agro-Tourism-Marine (ATM) :
·      AGRO :
1.        Singkong
2.        Oncom Dawuan
3.        Nanas
4.        Empon-Empon
5.        Kopi, Teh dan Karet
6.        Pisang
7.        Rambutan
8.        Buah Mangrove
9.        Lidah Buaya/Aloevera
10.    Sapi Potong dan Perah
11.    Aren (gula semut)
·      TOURISM
1.        Restoran, rumah makan dan kuliner khas Sunda
2.        Wisata edukasi perkebunan teh
3.        Eco-Wisata Air Terjun/Curug dan arung jeram
4.        Wisata kolam renang/waterpark
5.        Wisata pemancingan
6.        Hutan Kota Ranggawulung
7.        Wisata Olah Raga (Sepeda Gunung)
8.        Wisata Budaya (Sisingaan, Seni Pertunjukan, Ruat Laut dll)
9.        Hotel dan Penginapan
10.    Wisata Sejarah (Wisma Karya, peninggalan P&T Land, Museum, dll)
11.    Sentra Kerajinan Ukiran, Batik dan Anyaman Bambu Subang
·      MARINE
1.        Aneka Olahan Hasil Laut (pasca panen)
2.        Tambak Ikan[4]
3.        Pelabuhan

Namun demikian, meskipun beragam potensi diatas cukup melimpah dimiliki oleh Kabupaten Subang, di sisi lain masih banyak faktor yang menjadi penghambat dalam percepatan daya saing tersebut antara lain :
1.    Rata-rata pendidikan masih rendah (rata-rata lama sekolah 7,15 Tahun[5])
2.    Migrasi tenaga kerja pedesaan/agro kepada Industri/Pabrik
3.    Infrastruktur jalan dan pasar yang tidak merata antar wilayah/kecamatan
4.    Program-program bantuan yang tidak kontinu, kurang fokus dan belum tepat sasaran
5.    Gotong royong masyarakat yang semakin memudar (Hubungan bersifat kontraktual)[6]
Serta berbagai permasalahan regulasi/kebijakan, teknis dan non-teknis lainnya.

C.  PERAN LIPI DALAM PENDAMPINGAN PROJECT AFFECTED PEOPLE (PAP) TOL CIPALI

Terkait dengan peran Pusbang TTG LIPI terhadap kehadiran jalan Tol Cipali sebenarnya sudah  pernah terwujud dalam  kerja sama peningkatan kapasitas project affected people (PAP) dengan Yayasan Ibu (Ibu Foundation) pada awal tahun 2015 ini. Dalam kegiatan tersebut diberikan berbagai pelatihan keterampilan bagi PAP yang merupakan warga terdampak langsung pembangunan jalan tol Cipali di wilayah Kabupaten Subang. Terdapat 293 orang PAP yang telah dilatih di Pusbang TTG LIPI meliputi pelatihan pengolahan pangan (Opak, Peyeum, Dodol dan Rengginang), Budidaya ternak Domba, Budidaya Lele dan Warung kelontong. Berikut daftar waktu, jenis dan peserta pelatihan kerja sama Yayasan Ibu sebagai LSM pendamping PAP dengan Pusbang TTG LIPI :

Tabel No 1. Pelatihan TTG Untuk PAP Kerja Sama LIPI-IBU Foundation
NO
Waktu Pelatihan
Jenis Pelatihan TTG
Kerja Sama Narasumber
Jumlah Peserta
1
20 Januari 2015
Peningkatan Mutu dan Diversifikasi Produk OPDR
Dinas Kesehatan
15

2
21 Januari 2015
Peningkatan Mutu dan Diversifikasi Produk OPDR
Dinas Kesehatan
3
27 Januari 2015
Peningkatan Kapasitas UKM Peternak Domba
UNPAD
42
4
28 Januari 2015
Peningkatan Kapasitas UKM Peternak Domba
UNPAD
39
5
2 Februari 2015
Peningkatan Kapasitas UKM Peternak Domba
UNPAD
31
6
3 Februari 2015
Peningkatan Kapasitas UKM Peternak Domba
UNPAD
34
7
4 Februari 2015
Peningkatan Kapasitas UKM Peternak Domba
UNPAD
31
8
11 Februari 2015
Kiat Sukses Usaha Budidaya Lele
Dinas Peternakan
28
9
12 Februari 2015
Manajemen pemeliharaan Unggas Lokal
Dinas Peternakan
7
10
17 Februari 2015
Peningkatan Kapasitas UKM Pedagang Kelontong dan Warung
STIESA
32
11`
18 Februari 2015
Peningkatan Kapasitas UKM Pedagang Kelontong dan Warung
STIESA
34
Total Peserta
293

Sayangnya, kegiatan pelatihan atau pembekalan keterampilan terhadap PAP tersebut tidak berlanjut dengan evaluasi serta pendampingan secara menyeluruh, sehingga tidak terpantau lagi bagaimana perkembangan usaha para PAP tersebut saat ini?

D.  KOMODITAS UNGGULAN DAN PELUANG PENGEMBANGANNYA

Melihat fakta dan data-data di atas, maka dapat dikembangkan skema kerja sama antara Pusbang TTG LIPI, Pemerintah Daerah Kabupaten Subang, Perguruan Tinggi dan Mitra UKM yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam rangka pengembangan produk unggulan berbasis komoditas lokal Kabupaten Subang. Skema kerja sama tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
 






























Gambar 2. Skema Kerja Sama/Program Pengembangan Agribisnis, Usaha Kecil dan Pariwisata berbasis Agro, Marine dan Tourism di Kabupaten Subang


 

















Gambar 3. Alur Teknis Pengembangan Produk Unggulan Daerah


E.       KESIMPULAN

Kehadiran Tol Cipali bisa dianggap menjadi peluang pengembangan ekonomi masyarakat di Kabupaten Subang mengingat arus mobilitas manusia yang meningkat, baik mobilitas ke luar maupun ke dalam Kabupaten Subang. Artinya, peluang perluasan kesempatan kerja pada berbagai sektor juga semakin besar. Akan tetapi, pengembangan ekonomi masyarakat tersebut sebisa mungkin harus berbasis pada potensi SDM dan SDA yang dimiliki Kabupaten Subang, seperti Agribisnis, Pariwisata dan Industri Kecil pengolahan pangan atau kerajinan. Pengembangan sektor-sektor ekonomi tersebut hanya dapat dilakukan apabila terdapat sinergi dari seluruh stake holder yang ada di Kabupaten Subang, mulai dari Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Pelaku Usaha, dan LIPI sebagai penyedia teknologi untuk pengembangan lebih lanjut. Sinergi tersebut dapat diwujudkan dalam program-program kerja sama yang nyata, fokus dan terukur sehingga memberikan dampak yang signifikan kepada peningkatan daya saing daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Nawawi, dkk. 2007. Sektor Unggulan dan Pengembangan Ketenagakerjaan di Daerah ; Studi Kasus di Kabupaten Kutai Kertanegara, Siak dan Bangka. Jakarta ; Lipi Press
Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Subang. 2011. Hari Jadi ke 63 Kabupaten Subang 1948 – 2011.
Prasetyo, Yanu Endar. 2012. Komersialisasi Sosial di Pedesaan; Studi Kasus Gantangan di Tiga Desa Miskin Subang. Bogor ; IPB (Tesis)
Aji, Yusuf. 2012. Potensi Usaha Tambak Masih Terbuka Luas. Pikiran Rakyat ; tgl 30 Januari 2012 hal 17.
Pusbang TTG LIPI. 2015. Laporan Kegiatan Pelatihan IBU Foundation. Subang ; tidak di terbitkan.


[1] Ahli Peneliti Utama Bidang Ekonomi Terapan, Pusbang TTG LIPI
[2] Peneliti Muda Bidang Social Engineering, Pusbang TTG LIPI
[3] Terdapat 8 rest area, masing-masing 4 rest area untuk kedua jalur. Rest area di Km 102 dan Km 166 adalah rest area kelas A. (toilet, tempat makan, parkir dan mushala, dan SPBU). Sedangkan rest area di Km 86 dan Km 130 adalah rest area tipe B, tidak ada SPBU di tempat tersebut. Lebar jalan di setiap jalur sekitar 5 – 7 meter, ditengahnya terdapat parit dengan kedalaman sekitar 1 meter. Di gerbang tol Cikopo tersedia 6 pintu tol dan terdapat 5 pintu cadangan yang bisa dibuka jika arus kendaraan cukup padat
[4] Luas total tambak di pantura Subang mencapai 10.000 ha, baru 8.254,28 ha yang sudah berjalan optimal. Berarti ada 1.746 ha potensi yang dapat di kembangkan (Sumber ; Pikiran Rakyat 30 Januari 2013 hal 17)
[5] Data Tahun 2010, Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Subang Tahun 2011
[6] Potret Pertukaran Sosial di Pedesaan, Tesis IPB

No comments:

Post a Comment