PELUANG DAN
TANTANGAN
PENGEMBANGAN
AGRIBISNIS, PARIWISATA DAN INDUSTRI KECIL
DI KABUPATEN
SUBANG
Oleh :
Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Email : sukirnosuki@yahoo.com dan yanu002@lipi.go.id
ABSTRAK
Jalan Tol Cipali telah diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada tanggal
13 Juni 2015. Jalan bebas hambatan yang melewati belasan desa di Kabupaten
Subang ini juga telah dilewati para pemudik pada lebaran tahun 2015 lalu.
Hampir 1 juta kendaraan melewati Tol Cipali sepanjang arus mudik dan balik
tersebut. Kehadiran Tol ini tentu saja memberi dampak, baik positif maupun
negatif, terhadap perekonomian di kabupaten Subang. Dampak positif tentu saja
terbukanya peluang pasar baru bagi produk-produk khas Subang, bertambahnya
kunjungan wisatawan yang lewat maupun bermalam, dan lain sebagainya.
Peningkatan mobilitas manusia sewajarnya diikuti dengan peningkatan jumlah uang
yang dibelanjakan di Kabupaten Subang. Dampak kurang baiknya mungkin saja
dirasakan oleh para pelaku ekonomi di jalur Pantura dan jalur Kalijati-Sadang
yang terindikasi menurun jumlah wisatawan yang melewatinya. Kajian tentang
dampak ekonomi ini kehadiran Tol ini sesuatu yang penting dan menarik. Jika
kehadiran jalan tol dianggap sebagai peluang, maka perlu road map pengembangan agribisnis berbasis komoditas lokal di
kabupaten Subang yang dikoneksikan dengan potensi pariwisata dan industri kecil
di wilayah Kabupaten Subang secara komprehensif. Pemanfaatan teknologi dan
inovasi untuk pengembangan komoditas unggulan menjadi mutlak diperlukan dalam
rangka mendukung percepatan pengembangan agribisnis, pariwisata dan industri
kecil di Kabupaten Subang.
Kata Kunci : Tol Cipali, Agribisnis, Pariwisata, Industri Kecil,
Subang
A.
TOL CIPALI :
PELUANG DAN TANTANGAN SOSIAL-EKONOMI
Pengembangan daya saing ekonomi daerah tidak akan lepas
dari pilihan sektor apa yang akan diunggulkan dan sangkut pautnya dengan
persoalan tenaga kerja di daerah tersebut. Persoalan ketenagakerjaan itu
sendiri akan selalu bertumpu pada masalah ketersediaan tenaga kerja (supply side) dan kebutuhan tenaga kerja
(demand side). Disamping itu,
pengembangan sektor unggulan di setiap daerah memiliki pertimbangan spesifik
yang khas dan berbeda-beda antar daerah. Banyak faktor yang harus
dipertimbangkan sekaligus masalah yang dipecahkan, misalnya keterbatasan
infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, angka pengangguran, menurunnya
kualitas lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan pada
masa sebelumnya dan lain sebagainya. Terkait dengan kendala keterbatasan
infrastruktur, saat ini Kabupaten Subang justru sedang bertambah kuantitas dan
kualitas insfrastrukturnya, salah satunya adalah kehadiran jalan Tol Cipali
yang telah diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 13 Juni 2015.
Jalan Tol Cipali[3] ini
terbentang dari Cikampek sampai dengan Cirebon dan melewati belasan desa di
Kabupaten Subang. Kehadiran infrastruktur jalan tol ini, sesuai dengan masalah
peluang peningkatan daya saing daerah, tentu membawa peluang dan dampak
sekaligus terhadap segenap aspek kehidupan masyarakat Kabupaten Subang.
Menyambut kehadiran jalan tol tersebut – terlepas dari
berbagai masalah hukum, pembebasan lahan, dan sebagainya yang masih belum
sepenuhnya tuntas – pemerintah daerah perlu membuat peta jalan (road map) dan konsep pengembangan
ekonomi masyarakat yang bersifat strategis, khususnya dalam pengembangan sektor
ekonomi yang terkait langsung dengan potensi unggulan kabupaten Subang seperti
pariwisata, agribisnis dan industri kecil demi menyongsong kehadiran Tol
Cipali. Hal inilah yang disebut sebagai faktor daya dukung daerah (factor endowment). Dalam kerangka
pemikiran penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Penelitian Kependudukan LIPI
(Nawawi, dkk. 2007:8), pengembangan sektor unggulan ini dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal sebagaimana tergambar dalam bagan dibawah ini :
Gambar 1. Relasi antara pengembangan ketenagakerjaan di daerah
dengan faktor-faktor lainnya ((Nawawi, dkk. 2007:8)
B.
POTENSI KHAS
KABUPATEN SUBANG
Dengan melihat bentang alam Kabupaten Subang, maka secara
umum Subang memiliki potensi yang kuat pada tiga bidang, yaitu agro (pertanian) yang dikenal dengan
jargon “lumbung padi” serta “kota nanas”, kemudian tourism (periwisata) dengan icon utama Ciater dan Gunung Tangkuban
Perahu serta Marine (Kelautan/Pesisir)
yang disimbolkan dengan masyarakat Pantura Subang yang bahkan sekarang sedang
dibangun pelabuhan skala besar. Berikut beberapa potensi Agribisnis di
Kabupaten Subang berdasarkan komoditas yang berpeluang untuk dikembangkan lebih
lanjut baik dari sisi pasca panen maupun manajemennya sebagai produk unggulan
khas Subang maupun untuk dikembangkan menjadi industri berbasis Agro-Tourism-Marine (ATM) :
· AGRO :
1.
Singkong
2.
Oncom Dawuan
3.
Nanas
4.
Empon-Empon
5.
Kopi, Teh dan Karet
6.
Pisang
7.
Rambutan
8.
Buah Mangrove
9.
Lidah Buaya/Aloevera
10.
Sapi Potong dan Perah
11.
Aren (gula semut)
· TOURISM
1.
Restoran, rumah makan dan kuliner khas Sunda
2.
Wisata edukasi perkebunan teh
3.
Eco-Wisata Air Terjun/Curug dan arung jeram
4.
Wisata kolam renang/waterpark
5.
Wisata pemancingan
6.
Hutan Kota Ranggawulung
7.
Wisata Olah Raga (Sepeda Gunung)
8.
Wisata Budaya (Sisingaan, Seni Pertunjukan, Ruat Laut dll)
9.
Hotel dan Penginapan
10.
Wisata Sejarah (Wisma Karya, peninggalan P&T Land,
Museum, dll)
11.
Sentra Kerajinan Ukiran, Batik dan Anyaman Bambu Subang
· MARINE
1.
Aneka Olahan Hasil Laut (pasca panen)
2.
Tambak Ikan[4]
3.
Pelabuhan
Namun demikian, meskipun beragam potensi diatas cukup melimpah dimiliki
oleh Kabupaten Subang, di sisi lain masih banyak faktor yang menjadi penghambat
dalam percepatan daya saing tersebut antara lain :
1.
Rata-rata pendidikan masih rendah (rata-rata lama sekolah
7,15 Tahun[5])
2.
Migrasi tenaga kerja pedesaan/agro kepada Industri/Pabrik
3.
Infrastruktur jalan dan pasar yang tidak merata antar
wilayah/kecamatan
4.
Program-program bantuan yang tidak kontinu, kurang fokus
dan belum tepat sasaran
5.
Gotong royong masyarakat yang semakin memudar (Hubungan
bersifat kontraktual)[6]
Serta berbagai permasalahan regulasi/kebijakan, teknis
dan non-teknis lainnya.
C. PERAN LIPI DALAM PENDAMPINGAN PROJECT AFFECTED PEOPLE (PAP) TOL CIPALI
Terkait dengan peran Pusbang TTG LIPI terhadap kehadiran jalan Tol Cipali
sebenarnya sudah pernah terwujud dalam kerja sama peningkatan kapasitas project affected people (PAP) dengan
Yayasan Ibu (Ibu Foundation) pada
awal tahun 2015 ini. Dalam kegiatan tersebut diberikan berbagai pelatihan
keterampilan bagi PAP yang merupakan warga terdampak langsung pembangunan jalan
tol Cipali di wilayah Kabupaten Subang. Terdapat 293 orang PAP yang telah
dilatih di Pusbang TTG LIPI meliputi pelatihan pengolahan pangan (Opak, Peyeum, Dodol dan Rengginang),
Budidaya ternak Domba, Budidaya Lele dan Warung kelontong. Berikut daftar
waktu, jenis dan peserta pelatihan kerja sama Yayasan Ibu sebagai LSM
pendamping PAP dengan Pusbang TTG LIPI :
Tabel No 1. Pelatihan TTG Untuk PAP Kerja Sama LIPI-IBU Foundation
NO
|
Waktu
Pelatihan
|
Jenis Pelatihan TTG
|
Kerja Sama
Narasumber
|
Jumlah
Peserta
|
1
|
20 Januari 2015
|
Peningkatan Mutu dan Diversifikasi Produk OPDR
|
Dinas Kesehatan
|
15
|
2
|
21 Januari 2015
|
Peningkatan Mutu dan Diversifikasi Produk OPDR
|
Dinas Kesehatan
|
|
3
|
27 Januari 2015
|
Peningkatan Kapasitas UKM Peternak Domba
|
UNPAD
|
42
|
4
|
28 Januari 2015
|
Peningkatan Kapasitas UKM Peternak Domba
|
UNPAD
|
39
|
5
|
2 Februari 2015
|
Peningkatan Kapasitas UKM Peternak Domba
|
UNPAD
|
31
|
6
|
3 Februari 2015
|
Peningkatan Kapasitas UKM Peternak Domba
|
UNPAD
|
34
|
7
|
4 Februari 2015
|
Peningkatan Kapasitas UKM Peternak Domba
|
UNPAD
|
31
|
8
|
11 Februari 2015
|
Kiat Sukses Usaha Budidaya Lele
|
Dinas Peternakan
|
28
|
9
|
12 Februari 2015
|
Manajemen pemeliharaan Unggas Lokal
|
Dinas Peternakan
|
7
|
10
|
17 Februari 2015
|
Peningkatan Kapasitas UKM Pedagang Kelontong dan Warung
|
STIESA
|
32
|
11`
|
18 Februari 2015
|
Peningkatan Kapasitas UKM Pedagang Kelontong dan Warung
|
STIESA
|
34
|
Total
Peserta
|
293
|
Sayangnya, kegiatan pelatihan atau pembekalan keterampilan terhadap PAP
tersebut tidak berlanjut dengan evaluasi serta pendampingan secara menyeluruh,
sehingga tidak terpantau lagi bagaimana perkembangan usaha para PAP tersebut
saat ini?
D. KOMODITAS UNGGULAN DAN PELUANG PENGEMBANGANNYA
Melihat fakta dan data-data di atas, maka dapat dikembangkan skema kerja
sama antara Pusbang TTG LIPI, Pemerintah Daerah Kabupaten Subang, Perguruan
Tinggi dan Mitra UKM yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam rangka
pengembangan produk unggulan berbasis komoditas lokal Kabupaten Subang. Skema
kerja sama tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Skema Kerja Sama/Program Pengembangan Agribisnis, Usaha
Kecil dan Pariwisata berbasis Agro, Marine dan Tourism di Kabupaten Subang
Gambar 3. Alur Teknis Pengembangan Produk Unggulan Daerah
E.
KESIMPULAN
Kehadiran Tol Cipali bisa dianggap menjadi peluang pengembangan ekonomi
masyarakat di Kabupaten Subang mengingat arus mobilitas manusia yang meningkat,
baik mobilitas ke luar maupun ke dalam Kabupaten Subang. Artinya, peluang perluasan
kesempatan kerja pada berbagai sektor juga semakin besar. Akan tetapi,
pengembangan ekonomi masyarakat tersebut sebisa mungkin harus berbasis pada
potensi SDM dan SDA yang dimiliki Kabupaten Subang, seperti Agribisnis,
Pariwisata dan Industri Kecil pengolahan pangan atau kerajinan. Pengembangan
sektor-sektor ekonomi tersebut hanya dapat dilakukan apabila terdapat sinergi
dari seluruh stake holder yang ada di
Kabupaten Subang, mulai dari Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Pelaku Usaha,
dan LIPI sebagai penyedia teknologi untuk pengembangan lebih lanjut. Sinergi
tersebut dapat diwujudkan dalam program-program kerja sama yang nyata, fokus
dan terukur sehingga memberikan dampak yang signifikan kepada peningkatan daya
saing daerah.
DAFTAR
PUSTAKA
Nawawi, dkk. 2007. Sektor Unggulan dan Pengembangan Ketenagakerjaan di
Daerah ; Studi Kasus di Kabupaten Kutai Kertanegara, Siak dan Bangka. Jakarta ;
Lipi Press
Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Subang. 2011. Hari
Jadi ke 63 Kabupaten Subang 1948 – 2011.
Prasetyo, Yanu Endar. 2012. Komersialisasi Sosial di Pedesaan; Studi Kasus
Gantangan di Tiga Desa Miskin Subang. Bogor ; IPB (Tesis)
Aji, Yusuf. 2012. Potensi Usaha Tambak Masih Terbuka Luas. Pikiran Rakyat ;
tgl 30 Januari 2012 hal 17.
Pusbang TTG LIPI. 2015. Laporan Kegiatan Pelatihan IBU Foundation. Subang ;
tidak di terbitkan.
[1] Ahli Peneliti Utama
Bidang Ekonomi Terapan, Pusbang TTG LIPI
[2] Peneliti Muda Bidang Social Engineering, Pusbang TTG LIPI
[3] Terdapat 8 rest area,
masing-masing 4 rest area untuk kedua jalur. Rest area di Km 102 dan Km 166
adalah rest area kelas A. (toilet, tempat makan, parkir dan mushala, dan SPBU).
Sedangkan rest area di Km 86 dan Km 130 adalah rest area tipe B, tidak ada SPBU
di tempat tersebut. Lebar jalan di setiap jalur sekitar 5 – 7 meter,
ditengahnya terdapat parit dengan kedalaman sekitar 1 meter. Di gerbang tol
Cikopo tersedia 6 pintu tol dan terdapat 5 pintu cadangan yang bisa dibuka jika
arus kendaraan cukup padat
[4] Luas total tambak di
pantura Subang mencapai 10.000 ha, baru 8.254,28 ha yang sudah berjalan
optimal. Berarti ada 1.746 ha potensi yang dapat di kembangkan (Sumber ;
Pikiran Rakyat 30 Januari 2013 hal 17)
[5] Data Tahun 2010, Bagian
Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Subang Tahun 2011
[6] Potret Pertukaran Sosial
di Pedesaan, Tesis IPB
No comments:
Post a Comment