13 December 2009

Oops, Hamil Lagi ???

Beberapa hari terakhir, di kantor sedang ramai diperbincangkan topik "hamil lagi". seorang teman mengaku telah kecolongan karena istrinya "hamil lagi", padahal anak keduanya baru berusia 5 bulan. seorang teman perempuan yang lain juga sudah "isi" lagi katanya, padahal anak pertamanya baru menginjak usia setahun-an. mendengar itu, saya pun dag dig dug, soalnya ada indikasi istri juga curiga sudah terisi lagi. padahal, putra pertama kali baru saja lewat 4 bulan. nah lho...
read more...



secara psikologis, sungguh, tidak mudah untuk menentukan sikap terbaik dalam kondisi semacam ini. ketika anak pertama diindikasikan kehamilannya, maka saya pikir hanya kebahagiaan dan kebahagiaan yang meliputi perasaan kedua orang tuanya. tetapi jika kelahiran anak kedua, apalagi dengan jarak yang "sangat" dekat, tentu ada rasa was-was lain yang menghinggapi. tentu saja ini memang tidak adil buat si calon jabang bayi (jika benar hamil), karena orang tuanya tidak menyambutnya sama seperti ketika menyambut kelahiran kakaknya. dan sungguh sikap semacam ini harus dihindari, dibuang jauh, dan kalau perlu dikubur dalam-dalam! sebisa mungkin kita harus adil pada anak-anak kita, apapun dan bagaimanapun keadaannya.

sudah banyak contoh ketika orang tuda berlaku tidak adil pada anak, berat sebelah, dan pilih kasih, maka akan berpengaruh buruk bagi perkembangan si anak. rasa iri dan denki bisa saja muncul antar saudara jikalau orang tua terlalu rajin dalam membanding-bandingkan buah hatinya satu sama lain. sungguh bukan sikap yang bijak.

setelah berkontemplasi dan merenung sejenak, saya tahu kenapa rasa was-was dan kekhawatiran itu bisa muncul. penyebabnya utamanya ternyata bahwa saya masih belum bisa sadar bahwa segala yang kita terima di dunia ini, termasuk anak, hanyalah titipan belaka. tugas kita hanyalah menjaga sekuat tenaga, tapi tidak berarti memilikinya. karena setiap jiwa akan dipanggil kembali oleh sang pemilik jiwa itu sendiri. sang pemilik jiwa juga tidak akan begitu saja menitipkan sesuatu kepada kita tanpa menyiapkan atau memenuhi kebutuhannya. ya, kebutuhannya akan dipenuhi, tak kurang tak lebih. kita hanyalah jalan, wasilah, bagi si jabang bayi itu untuk tumbuh menjadi sebagaimana takdir untuknya. kekhawatiran menerima titipan hanyalah wujud keraguan kita pada sang pemilik jiwa.

baik, mari kita sambut gembira apapun yang telah, sedang, dan akan diberikan pada kita. yakin, semuanya akan baik-baik saja kalau kita sepenuhnya sadar bahwa, kita hanya manusia, tempat salah, lupa, dan dosa. untuk itu mungkin kita harus belajar untuk menghadapi apapun kenyataannya :)

No comments:

Post a Comment