08 September 2010

Lebaran : Jangan Lupakan Guru-Guru Kita !

Lebaran yang fitri telah membawa sebagian dari kita kembali ke kampung halaman. Sebagian yang lain  mungkin tetap berada di tempat, karena memang belum atau tidak beranjak dari kampung kelahirannya. Akan tetapi, dimanapun kita berada saat lebaran tidak menjadi halangan untuk silaturahmi, bukan?


Kawan, dari sekian banyak orang yang kita temui, kenal, dekat dan kemudian benci atau sayang, pastinya terselip nama-nama yang telah berjasa besar bagi kehidupan kita pribadi. Saya yakin, kita mampu menjadi diri kita saat ini pastinya berkat kasih sayang orang lain yang kebetulan mampir mengisi perjalanan hidup kita.


Nah, di momen Lebaran yang dijiwai rasa rendah hati untuk saling kunjung dan memaafkan, maka ada baiknya kita merenungkan kembali siapa saja orang-orang yang telah menumbuh-besarkan kita di masa lalu dan masa kini. Sebab, jangan sampai kita menjadi lupa diri dan merasa keberhasilan yang telah kita raih adalah hasil jerih panyah kita sendirian. Ibarat kacang, lupa pada kulitnya, anak lupa pada induknya.

Secara personal, tentu saya tidak tahu siapa saja orang-orang yang berjasa itu. Namun secara profesi, saya rasa kita tidak boleh menghapus ingatan kita akan sosok guru. Ya, guru dalam berbagai bentuk dan wujudnya. Kita yang mengenyam sekolah selama 12 tahun, dari SD sampai SMA, tentu tidak akan lepas dari bimbingan dan bantuan seorang guru. Bahkan guru telah dijuluki sebagai orang tua kedua bagi seorang anak. Di rumah dia dididik orang tua biologis, sementara di sekolah, dia dididik orang tua ideologis, yaitu guru.

Barangkali bapak atau ibu guru yang dulu gagah, cantik, muda, dan energik, setelah kita tinggal merantau selama bertahun-tahun, ada yang keadaannya makin renta, keriput, dan bahkan sakit-sakitan. Orang yang mengajarkan kita tentang dunia dan segala isinya, bahkan akherat dengan segala konsekuensinya itu, barangkali ada yang sedang terbaring sakit dan melemah kondisi fisiknya. Tapi saya yakin, ada semangat berbagi dan mencerahkan yang tak pernah padam dari jiwa seorang guru.

Mungkin kita berpikir, "Ah, guru saya pasti sudah lupa dengan saya". Ya, mungkin Anda benar. tapi, bukankah wajar jika seorang guru yang mengajar ratusan bahkan ribuan anak didik tidak mengingat dengan baik satu per satu. Toh dia sudah membagikan ilmu yang dimilikinya dengan iklas tanpa harap balas dari kita. maka harap dimaklumi. Tetapi sungguh keterlaluan, jika kita yang menjadi pintar, kaya, dan terkenal karena tangan-tangan dingin mereka, justru melupakan keringat, petuah, dan bahkan nama mereka. Tidak pernah ada istilah bekas guru, kawan.

Atau ada diantara kita yang merasa malu berjumpa guru jaman SD, SMP, atau SMA karena merasa belum sukses. Boleh-boleh saja berpikir demikian, namun bukankah doa orang tua adalah yang doa yang terbaik. Ridho orang tua adalah ridho Tuhan juga. Jika kita percaya bahwa Guru adalah orang tua kedua kita, maka justru ketika kita merasa belum berhasil, banyak-banyaklah minta doa kepadanya. Kunjungilah guru kita, cium tangannya, dan mohonkan doa terbaik untuknya. Kedatangan seorang "bekas" murid, pastilah membanggakan hati seorang Guru. Baik si murid itu sukses ataupun masih tertunda kesuksesannya, Ia tak peduli.

Kawan, guru bagi kita banyak wujudnya. selain yang di sekolah, ada pula guru kita dalam mengaji di mushola atau di TPA-TPA. Orang yang mengajari kita mengendarai sepeda, motor atau mobil juga seorang guru bagi kita. Orang yang mengajari olahraga, seni, keterampilan hidup, bahkan yang mengajari kita hal-hal kecil sekalipun, adalah guru bagi kita. Termasuk  yang mengajari kita bagaimana rasanya menjadi orang yang sabar karena sikap-sikapnya yang menjengkelkan. Dengan demikian, semua orang yang pernah kita temui sejatinya adalah Guru bagi kita. 

Oleh karena itu, Lebaran adalah saat yang indah untuk berbagi maaf, cinta, dan kasih kepada semua orang. Karena mereka adalah guru-guru kehidupan terbaik bagi kita.

Sekali lagi, jangan ragu untuk mengetuk kembali pintu-pintu rumah guru kita, pelita hidup kita. Merekalah yang memberikan terang dalam kegelapan dan kesesatan akibat kesombongan dan kebodohan kita sebagai manusia. 

Salam sungkem untuk guru-guru Anda!

No comments:

Post a Comment