Apa
Makna “Sosial” dari “Modal Sosial” ?
Sebuah konsep dapat bermakna dan berubah melampaui arti/makna
aslinya. Namun, biasanya pemahaman kita terhadap sesuatu dapat dikembangkan
dengan mengetahui makna turunannya itu. Etimologi dari kata “sosial” seharusnya
dapat membantu kita memahami apa arti modal sosial dan bagaimana ia berbeda
dari bentuk-bentuk kapital lainnya?
Kata “sosial”
adalah salah satu kata sifat yang paling luas digunakan dalam bahasa Inggris.
Ini terkait dengan kata benda “masyarakat” yang berasal dari bahasa Latin “socius” yang berarti “teman atau kawan”. Hal ini
mengindikasikan bahwa apa itu “sosial” aslinya diturunkan dari fenomena
“pertemanan”, yang menyiratkan makna kerjasama, solidaritas, saling
respek/menghargai, dan kepekaan terhadap kepentingan umum.
Di sisi lain, saya menyarankan bahwa pertemanan
dapat dianalisis menggunakan konsep dari ekonomi dan teori permainan yang
tergambar dalam konsep “fungsi-kegunaan”
(Uphoff, 1996). Jika orang merasa asing satu sama lain, maka mereka akan
bersikap acuh tak acuh terhadap kesejahteraan yang lainnya. Dalam kondisi ini
mereka disebut memiliki fungsi kegunaan yang independen. Mereka tidak
peduli apakah orang lain lebih baik atau buruk keadaannya. Mereka tidak peduli
apakah tindakannya menolong atau merugikan orang lain. Ini adalah asumsi
standar dalam kebanyakan analisis ekonomi. Meskipun hal ini sangat
menyederhanakan analisis, namun sekarang konsep tersebut seringkali diasumsikan
menjadi gambaran nyata dari sifat alamiah manusia yang konsisten dengan ide
tentang “homo economicus”, dimana
individu mementingkan diri sendiri dan memaksimalkan keuntungan untuk diri
sendiri.
Pertemanan, sebaliknya, adalah dimana fungsi dan kegunaan setiap orang “saling tergantung secara positif”.
Artinya, mereka masing-masing orang
memberikan sumbangan positif bagi kesejahteraan yang lainnya. Mereka akan
merasa dirinya lebih baik ketika temannya lebih sejahtera, lebih bahagia, lebih
aman dan lebih dihargai. Dan akhirnya, musuh/lawan dari pertemanan ini
adalah orang-orang yang fungsi-kegunaannya “saling tergantung secara negatif”. Musuh disini adalah mereka yang memperoleh kepuasan dari
kemalangan/kesialan orang lain dan bahkan berusaha menggunakannya untuk
meningkatkan keuntungan/manfaat bagi dirinya sendiri.
Sebagaimana konsep lainnya, kita harus berpikir
dalam hal derajat/tingkatan -
tidak hanya soal jenis – melampaui klasifikasi yang sederhana. Tak seorangpun
tahu, seberapa besar kesalingtergantungan positif itu dibutuhkan oleh
masyarakat untuk eksis atau untuk hubungan antar pribadi agar tetap bertahan? Namun,
saya menyarankan bahwa kita dapat mencirikan makna “sosial” disini mengandung “beberapa derajat dari kebersamaan”,
“beberapa derajat identitas bersama/umum”, “beberapa derajat kerjasama untuk
menghasilkan manfaat bersama, tidak saja manfaat individual”. Kerjasama
yang diinginkan dan tindakan kolektif yang dilakukan tidak hanya untuk
kepentingan satu orang, karena orang lain juga dapat memperoleh manfaat darinya
disamping dirinya sendiri.
Dengan menggunakan bahasa dari teori permainan,
hubungan antar pertemanan itu menghasilkan “penjumlahan yang positif”, karena jumlah total dari kepuasan itu
meningkat ketika segala sesuatu bermanfaat bagi mereka dan tidak secara
siginifikan merugikan yang lainnya. Pertemanan mengambil kesenangan dari
keberuntungan orang lain. Sebaliknya, jika seseorang saling bermusuhan,
maka yang diperoleh adalah efek “penjumlahan
yang negatif”, dimana manfaat yang diperoleh seseorang akan mengurangi
kebahagiaan dan rasa aman dari orang lain. Keuntungan yang diperoleh seseorang,
merepresentasikan kehilangan dari orang lain (a zero-sum relationship/hubungan menang-kalah).
Apakah seseorang menjadi teman, musuh atau orang
asing dapat dengan kuat dipengaruhi oleh sejarah dan sosialisasi masa kecil.
Ini membantu untuk menentukan apakah seseorang dianggap teman atau bukan. Pada
akhir analisis, pertemanan adalah
sebuah pilihan individual. Seseorang dapat memilih untuk peduli pada
kesejahteraan orang lain atau tidak. Bahkan dalam situasi tragis dan kekerasan
terkini di Bosnia, Rwanda, dan Kosovo, kita melihat banyak contoh orang-orang
yang memilih dan menunjukkan jalan persahabatan meskipun secara institusi dan
budaya akumulasi modal sosial mereka selama berabad-abad telah dihancurkan.
Seseorang dapat - dan sering dilakukan – memutuskan
untuk peduli pada kemajuan orang lain – tetapi ia juga bersifat antagonistik
terhadapnya. sehingga mencoba untuk mencegahnya. Ketika disana ada hubungan
“sosial”, seseorang menginvestasikan sesuatu pada yang lainnya – dimana mereka
melekatkan setidaknya beberapa nilai untuk kesejahteraan orang lain. Ini menunjukkan jalan pada pemahaman yang
lebih kongkrit tentang apa saja yang terlibat dalam membentuk modal sosial.
Kenyataan tentang apa itu “sosial” adalah sangat
kompleks dan terwujud dalam kontinum yang panjang, dari “masyarakat” minimum
hingga maksimum, dengan di dalamnya terdapat pertemanan, solidaritas,
kebersamaan, timbal balik, dan fenomena lainnya yang menunjukkan masalah
derajat.
Jika orang hidup bersama – dengan catatan tidak di
dalam negara yang terus menerus perang dan konflik – maka harus ada toleransi
minimum dan kesediaan untuk hidup dan membiarkan hidup. Kondisi minimum dari modal sosial
dapat digambarkan dalam kolom sebalah kiri di tabel no 2, dimana disitu
menunjukkan sedikit kerjasama dan hubungan antara personal. Kondisi ekstrim
seperti yang Turnbull (1972) gambarkan diantara orang-orang Ik sungguh sulit
untuk membayangkannya apalagi menemukannya. Jadi, kolom sebelah kiri adalah
tipe ideal [artinya sangat langka terjadi], dan sebaliknya di kolom sebelah
kanan adalah situasi modal sosial maksimum yang juga sama langkanya. Bahkan
masyarakat “Itury Pigmies” yang paling “jinak” yang didokumentasikan oleh
Turnbull (1961) tidak sepenuhnya mencapai level solidaritas seperti ini.
Kebanyakana situasi ada diantara dua
ekstrim ini, yaitu kontinum diantara dua kolom di tengah tabel 2. Jika orang-orang tidak secara penuh
peduli pada kesejahteraan orang lain, maka masyarakat itu berada pada kisaran
kolom yang kedua. Motivasi dapat menjadi sangat berperan dan hanya untuk
melayani diri sendiri. Kerjasama yang dilakukan hanya bertujuan untuk
memperluas manfaat bagi diri sendiri. Akan tetapi, kerjasama disini dapat juga
menghasilkan penjumlahan manfaat positif bagi orang lain seperti bagi dirinya
sendiri (Axelrod 1984), sehingga dapat mendorong hubungan sosial ke arah – atau
bahkan bisa melampaui – kolom ketiga.
Tabel
3. Kontinum Modal Sosial
Modal
Sosial Minimum
|
Modal
Sosial Dasar
|
Modal
Sosial Substansial
|
Modal
Sosial Maksimum
|
Tidak tertarik dengan kesejahteraan orang lain,
memaksimalkan kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang
lain
|
Utamanya tertarik pada kesejahteraan diri sendiri,
kerjasama dilakukan hanya sampai pata batas jika itu menguntungkan dirinya
sendiri
|
Komitmen untuk usaha bersama, kerjasama dilakukan
untuk memperbesar manfaat yang juga dirasakan oleh orang lain
|
Komitmen untuk kesejahteraan orang lain, kerjasama
tidak terbatas pada pencarian keuntungan pribadi, kepedulian untuk kebaikan
publik
|
Nilai –nilai :
Menghormati kebesaran diri
|
Efisiensi kerjasama
|
Efektivitas kerjasama
|
Altruisme, sesuatu yang sudah baik di dalam
dirinya sendiri
|
Isu-Isu :
Mementingkan diri
sendiri
– bagaimana sifat ini dapat disimpan karena secara sosial cukup merusak?
|
Biaya transaksi – bagaimana agar ini
dapat dikurangi untuk dapat meningkatkan manfaat bagi orang-orang?
|
Tindakan koletkif – bagaimana kerjasama
(pernyatuan sumber daya) dapat berhasil dan berkelanjutan?
|
Pengorbanan diri/mengundang
resiko untuk diri sendiri
– seberapan jauh hal semacam ini dapat diambil, sebagai contoh : patriotisme?
Fanatisme agama?
|
Strategi :
Otonomi
|
Kerjasama taktis
|
Strategi kerjasama
|
Pernggabungan atau penenggelaman kepentingan
individu
|
Manfaat bersama :
Tidak dianggap
|
Instrumental
|
Terlembaga
|
Transenden
|
Pilihan-pilihan :
Keluar ketika mengecewakan
|
Bersuara, mencoba untuk melakukan perubahan
|
Bersuara, mencoba untuk meningkatkan keseluruhan
produktivitas
|
Loyalitas, menerima hasil jika baik untuk semuanya
|
Teori permainan :
Zero-sum, tetapi ketika
kompetisi dibiarkan bebas/tidak dibatasi, maka dapat menghasilkan
jumlah-negatif/negative-sum
|
Zero-sum, pertukaran yang
dimaksudkan untuk memaksimalkan manfaat bagi diri sendiri dapat pula
menghasilkan jumlah-positif
|
Positive-sum, tujuannya untuk
memaksimalkan kepentingan diri sendiri dan orang lain agar diperoleh
keuntungan bersama
|
Positive-sum, tujuannya untuk
memaksimalkan kepentingan umum diatas kepentingan diri sendiri
|
Fungsi-kegunaan :
Saling tergantung, dengan pertimbangan
utama untuk kegunaan diri sendiri
|
Tidak tergantung, dengan kegunaan bagi
diri sendiri yang semakin maju melalui kerjasama
|
Saling tergantung
secara positif,
dengan pertimbangan utama untuk memberikan manfaat bagi orang lain
|
Saling tergantung
secara positif,
mengutamakan manfaat untuk orang lain daripada untuk diri sendiri
|
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete