23 January 2015

9 Hari di India (Bag-3)



Cuaca Ahmedabad pukul 13 siang waktu india cukup bersahabat. Cerah. Di bandara Ahmedabad yang tidak begitu luas tetapi bersih dan nyaman, kami beranjak keluar sambil bertanya kepada petugas bandara dimana lokasi IIM dan hotel terdekat. Petugas dengan ramah memberikan informasi dan bahkan menawarkan HP nya if you want to call someone? Kami menolak karena sungkan tetapi dia sudah terlebih dahulu memencet nomor di hp nya untuk menghubungi kantor IIM. Sebuah pemandangan yang berbeda dengan Delhi tentunya. 

Tidak ada yang mengangkat. Lupa kalau hari ini adalah hari minggu. Akhirnya kami disarankan untuk naik taksi resmi bandara untuk mencari hotel dan menuju IIM. Petugas tiket taxi bandara langsung menunjukkan daftar tarif resmi dari bandara ke berbagai titik di provinsi Gujarat ini. 600 rupee, itulah ongkos menuju Vastrapur, semacam kecamatan dimana IIM berada. Kami sepakat dan membuat skenario untuk melihat lokasi kegiatan di kampus IIM terlebih dahulu siapa tahu sudah disiapkan dormitori untuk bertemu panitia dan kemudian mencari penginapan yang terdekat.  Rahul, nama sopir taxi kami yang masih muda dan tidak berbicara bahasa inggris. Berkali-kali kami mencoba bertanya dan tidak ada feedback yang memuaskan. Coba bayangkan sebuah percakapan yang maksa banget dengan bahasa inggris kami acakadut dan Rahul meresponnya dengan geleng-geleng dan geleng-geleng. Menyenangkan sekali ada yang menganggap kami bisa bahasa inggris :D



Dari bandara ahmedabad menuju IIM kurang lebih sekitar 20 menit saja, dengan kecepatan berkendara rata-rata driver di India. Akselerasinya dalam menembus lalu lintas dan lampu merah patut diacungi jempol. Meski sempat salah masuk gerbang kampus, kami selamat sampai IIM. Namun kami kaget, tidak ada spanduk atau apa pun yang nampak dari luar maupun dalam kampus. Suasana masih sepi. Tidak terlihat orang yang bisa diindikasikan sebagai panitia untuk ditanyai. “gimana bro?” tanyaku pada Yusuf yang mencari informasi. “Gak ada apa-apa bro. Jadi nggak nih acaranya?” kata Yusuf. “Sudahlah, kita cari hotel saja, bagaimana besok aja” sepakat kami.

Rahul menelepon bos nya di bandara. Dugaan kami dia lapor dan menanyakan berapa tambahan yang harus diminta kepada kami karena harus berkeliling mencari hotel. Betul saja, begitu kami minta tolong diantar berkelliling mencari hotel, dia langsung bilang minta tambahan 200 rupee. Oke, gak masalah, yang penting dapet hotel dulu. Sudah dua hari semalam kami belum mandi. Badan terasa remuk redam dan minta diguyur segera. Dengan yakin Rahul membawa kami ke hotel pertama. Coba tebak, kemana Rahul membawa kami? dia membawa kami ke hotel Hyatt di seberang alfa mall, Gujarat! Gila aja, bisa nggak pulang kita kalau tidur disini. Gak kira-kira si Rahul ini, kata kami. Setelah menanyakan tarif kamarnya yang mencapai 9000 rupee per malam kami angkat dagu setinggi-tingginya sambil bilang, “wait a minutes Sir, we will discuss it for a moment”. 

Good Bye Hyatt!

Rahul pun membawa kami ke hotel berikutnya setelah kami beritahu kisaran hotel 2000 rupee saja maksimal. Kali ini dia ngangguk. Angkat telpon lagi. Sepertinya dia sopir baru karena selalu nanya. Betul saja, di tengah jalan ia berhenti dan bertanya pada sekumpulan anak muda mencari sebuah hotel. Tak jauh dari situ ternyata. Sebuah hotel yang berada di lantai 4 sebuah Ruko. Yusuf masuk ke dalam dan aku menunggu di taksi. Tapi dasar di Rahul, dia parkir sembarangan menutupi jalan mobil lainnya. Jadi saat dia masuk ke dalam, si pemilik mobil datang dan bilang mau keluar. Untung si bapak baik dan bisa berhasa inggris dengan fasih. Akhirnya aku terangkan kami darimana, soprinya dimana dan tak lupa minta maaf. Dia maklum. 15 menit kemudian Rahul keluar dengan Yusuf dan nampaknya deal. Kami menginap di hotel pertama kami yang cukup menarik posisinya.

Petugas hotel sangat ramah dengan wajah lebih mirip orang Arab atau Pakistan. Mereka memeriksa paspor kami. Memfoto wajah kami menggunakan web cam. Meminta kami mengisi formulir untuk orang asing yang menginap. Menanyakan keperluan kami berada di Ahmedabad. Menanyakan kontak kami selama di Ahmedabad. Banyak sekali yang ditanyakan tapi semua dilakukan dengan ramah dan santai, jadi tidak ada perasaan tertekan meskipun tetap deg deg-an jika ada sesuatu yang kurang pas atau tidak tepat. Yang jelas kami tidak ingin berurusan dengan masalah hukum di negeri orang. So far semua lancar dan kami bisa tidur, mandi dan menikmati hari ini hingga jelang welcoming dinner yang entah kami bisa datang atau tidak.
....
(to be continued)

No comments:

Post a Comment