Sekitar
3 jam kami terlelap di kamar hotel. Belum sempat mandi karena keburu penat menerjang
dan harus ditaklukkan dengan tidur sore. Tetiba pintu kamar kami diketuk.
Petugas hotel memberitahukan kami ada telepon dari IIM yang akan menjemmput
kami malam itu untuk mengikuti welcoming dinner pukul 19.30. Okelah, karena
dijemput kita datang. Sudah terbayang olehku welcoming dinner bakal dijalankan
di sebuah ruangan seluas auditorium dengan ritual ala table manner eropa. Bawa jas juga untuk itu. Setelah mandi dan
berdandan wangi, kami bersiap di loby hotel yang tak seberapa luas tapi nyaman
dengan sofa besar nan empuk. Seorang pemuda india berperawakan tinggi nampak
sibuk menelepon kesana kemari. Kami pikir dia tamu, ternyata dia adalah Mr.
Gulshan, panitia yang ditugaskan menjemput kami. Ia menjabat erat tangan kami
dan memperkenalkan diri. Bahasa inggrisnya fasih dengan dialek khas India.
Jemputan mobil? Begitu bayangan kami. No! Bukan mobil. Ternyata Mr. Gulshan
mengantarkan kami menaiki sebuah Oto dan bicara dengan bahasa Hindi kepada driver
oto agar kami diantarkan ke kampus IIM.
Setelah
negosiasi ongkos antar berakhir, kami pun diantarkan by oto dan Mr. Gulshan
berpamitan untuk menjemput peserta yang lain.
Sebelumnya ia menelepon seseorang dan mengatakan bahwa kami sedang
berangkat. Benar saja, 15 menit kemudian, di gerbang kampus IIM, begitu kaki
turun dari oto kami sudah diterima oleh panitia lainnya, Mr. Anshul. Sama
seperti Gulshan, ia juga dengan cekatan memperkenalkan diri, mengajak kami
berkeliling dan menunjukkan dimana lokasi dinner akan dilaksanakan. Cepat dan
Efisien! Itulah kesan pertama yang kami peroleh dari cara kerja Mr. Gulshan dan
Mr. Anshul. Dengan cara seperti itu ia bisa dengan cepat mengumpulkan peserta
dari berbagai negara yang tersebar di berbagai hotel berbeda dalam waktu
singkat serta memastikan mereka hadir dalam welcoming
dinner malam ini. Belakangan kami tahu bahwa mereka adalah salah satu dari
staf NIF, National Innovation
Foundation-India. Lembaga yang kemudian banyak menolong kami selama di
Ahmedabad.
Bukan gedung atau auditorium
lokasi dinner yang kami tuju, tetapi sebuah taman terbuka seluas lapangan
badminton dengan beberapa lampu sorot yang menerangi taman. Ya, pesta kebun.
Semacam pesta kebun dengan penuh keramahan yang nampak. Beberapa kursi
diletakkan membentuk huruf L, sementara di sudut lainnya beberapa meja makanan
untuk menjamu telah disiapkan dengan petugas catering berjaga. Satu persatu
orang yang baru datang menyalami seseorang yang nampak tidak asing wajahnya
karena kami sering browsing di Internet. Lelaki berjenggot panjang putih,
berkacamata, berbaju lengan panjang khas India berwarna krem itulah Prof. Anil
Gupta. Founder Honey Bee Network yang
juga melahirkan Sristi, NIF, Gian dan lembaga pendukung grassroots innovation-nya lainnya.
Kami pun ikut antrian untuk bersalaman dengannya. Prof. Gupta menyalami
semua peserta, menanyakan darimana, bagaimana perjalanannya dan pertanyan penuh
keakraban lainnya. Lalu ia persilakan semua peserta untuk menikmati hidangan
khas India yang telah disediakan.
Ada roti puri, kari khas India,
manisan yang saya lupa namanya apa, teh tarik dan yang pasti semuanya adalah
menu vegetarian. Jadi tidak ada kekhawatiran soal halal dan haram, dijamin
halal. Semua menu adalah sayuran dan buah yang diolah sedemikian rupa menjadi
banyak varian menu. Cita rasa bumbunya tidak dapat terlupakan, indian taste! Meskipun
sejurjurnya sangat tidak cocok untuk selera kami tapi apa daya, semua harus
dinikmati. Kami berkenalan dengan sebagian peserta yang hadir hingga waktu
menunjukkan pukul 21 malam. Udara dingin dan kabut mulai mendominasi. Satu per
satu peserta berpamitan dan pulang. Kami pun segera berpamitan dan mencoba
menemui Dr. Vipin Kumar, direktur NIF, sambil menanyakan kembali apakah
dormitori untuk penginapan kami selanjutnya sudah ada. Diluar dugaan, ia
bertanya “di hotel mana kalian sekarang?”
kami jawab dan ia bertanya lagi “berapa
harga kamar disana”. Kami jawab lagi apa adanya, “2400 rupee per malam, Sir”. “Sudah,
besok pagi kalian check out dari sana. Gulshon akan mencarikan kalian hotel
yang lebih nyaman dan kalian tidak usah membayarnya. Menginap disana sampai
konferensi ini selesai, ok” Demikian Mr. Vipin bilang pada kami. Takut
salah pengertian, kami pun bilang. “Tapi
Sir, kami bukan perlu hotel yang mahal lho, dormitori is Ok?”. “Sudah, sudah, tenang saja, gulshon akan
mengurusnya. Ok?” jawabnya sambil menatap penuh instruktif pada Mr.
Gulshon. “Ok, thank you very much, Sir”.
Lega rasanya malam itu kepastian dimana kami besok akan menginap sudah
terpecahkan. Alhamdulillah, minta
dormitori malah diberi hotel.
Gujarat malam itu dipeluk
dingin yang menusuk, tapi hati kami
bagaikan terseduh moccacino rasa
vanila : manis dan hangat.
(to be continue)
"Gujarat malam itu dipeluk dingin yang menusuk, tapi hati kami bagaikan terseduh moccacino rasa vanila : manis dan hangat." Hahaha.. Funny >_<
ReplyDeletehahaha...Thank you so much for your comment and kind notes! one moccacino please....:)
Delete