27 January 2015

9 Hari di India (Bag-4)



Sekitar 3 jam kami terlelap di kamar hotel. Belum sempat mandi karena keburu penat menerjang dan harus ditaklukkan dengan tidur sore. Tetiba pintu kamar kami diketuk. Petugas hotel memberitahukan kami ada telepon dari IIM yang akan menjemmput kami malam itu untuk mengikuti welcoming dinner pukul 19.30. Okelah, karena dijemput kita datang. Sudah terbayang olehku welcoming dinner bakal dijalankan di sebuah ruangan seluas auditorium dengan ritual ala table manner eropa. Bawa jas juga untuk itu. Setelah mandi dan berdandan wangi, kami bersiap di loby hotel yang tak seberapa luas tapi nyaman dengan sofa besar nan empuk. Seorang pemuda india berperawakan tinggi nampak sibuk menelepon kesana kemari. Kami pikir dia tamu, ternyata dia adalah Mr. Gulshan, panitia yang ditugaskan menjemput kami. Ia menjabat erat tangan kami dan memperkenalkan diri. Bahasa inggrisnya fasih dengan dialek khas India. Jemputan mobil? Begitu bayangan kami. No! Bukan mobil. Ternyata Mr. Gulshan mengantarkan kami menaiki sebuah Oto dan bicara dengan bahasa Hindi kepada driver oto agar kami diantarkan ke kampus IIM.


Setelah negosiasi ongkos antar berakhir, kami pun diantarkan by oto dan Mr. Gulshan berpamitan untuk menjemput peserta yang lain.  Sebelumnya ia menelepon seseorang dan mengatakan bahwa kami sedang berangkat. Benar saja, 15 menit kemudian, di gerbang kampus IIM, begitu kaki turun dari oto kami sudah diterima oleh panitia lainnya, Mr. Anshul. Sama seperti Gulshan, ia juga dengan cekatan memperkenalkan diri, mengajak kami berkeliling dan menunjukkan dimana lokasi dinner akan dilaksanakan. Cepat dan Efisien! Itulah kesan pertama yang kami peroleh dari cara kerja Mr. Gulshan dan Mr. Anshul. Dengan cara seperti itu ia bisa dengan cepat mengumpulkan peserta dari berbagai negara yang tersebar di berbagai hotel berbeda dalam waktu singkat serta memastikan mereka hadir dalam welcoming dinner malam ini. Belakangan kami tahu bahwa mereka adalah salah satu dari staf NIF, National Innovation Foundation-India. Lembaga yang kemudian banyak menolong kami selama di Ahmedabad.

Bukan gedung atau auditorium lokasi dinner yang kami tuju, tetapi sebuah taman terbuka seluas lapangan badminton dengan beberapa lampu sorot yang menerangi taman. Ya, pesta kebun. Semacam pesta kebun dengan penuh keramahan yang nampak. Beberapa kursi diletakkan membentuk huruf L, sementara di sudut lainnya beberapa meja makanan untuk menjamu telah disiapkan dengan petugas catering berjaga. Satu persatu orang yang baru datang menyalami seseorang yang nampak tidak asing wajahnya karena kami sering browsing di Internet. Lelaki berjenggot panjang putih, berkacamata, berbaju lengan panjang khas India berwarna krem itulah Prof. Anil Gupta. Founder Honey Bee Network yang juga melahirkan Sristi, NIF, Gian dan lembaga pendukung grassroots innovation-nya lainnya.  Kami pun ikut antrian untuk bersalaman dengannya. Prof. Gupta menyalami semua peserta, menanyakan darimana, bagaimana perjalanannya dan pertanyan penuh keakraban lainnya. Lalu ia persilakan semua peserta untuk menikmati hidangan khas India yang telah disediakan. 

Ada roti puri, kari khas India, manisan yang saya lupa namanya apa, teh tarik dan yang pasti semuanya adalah menu vegetarian. Jadi tidak ada kekhawatiran soal halal dan haram, dijamin halal. Semua menu adalah sayuran dan buah yang diolah sedemikian rupa menjadi banyak varian menu. Cita rasa bumbunya tidak dapat terlupakan, indian taste! Meskipun sejurjurnya sangat tidak cocok untuk selera kami tapi apa daya, semua harus dinikmati. Kami berkenalan dengan sebagian peserta yang hadir hingga waktu menunjukkan pukul 21 malam. Udara dingin dan kabut mulai mendominasi. Satu per satu peserta berpamitan dan pulang. Kami pun segera berpamitan dan mencoba menemui Dr. Vipin Kumar, direktur NIF, sambil menanyakan kembali apakah dormitori untuk penginapan kami selanjutnya sudah ada. Diluar dugaan, ia bertanya “di hotel mana kalian sekarang?” kami jawab dan ia bertanya lagi “berapa harga kamar disana”. Kami jawab lagi apa adanya, “2400 rupee per malam, Sir”. “Sudah, besok pagi kalian check out dari sana. Gulshon akan mencarikan kalian hotel yang lebih nyaman dan kalian tidak usah membayarnya. Menginap disana sampai konferensi ini selesai, ok” Demikian Mr. Vipin bilang pada kami. Takut salah pengertian, kami pun bilang. “Tapi Sir, kami bukan perlu hotel yang mahal lho, dormitori is Ok?”. “Sudah, sudah, tenang saja, gulshon akan mengurusnya. Ok?” jawabnya sambil menatap penuh instruktif pada Mr. Gulshon. “Ok, thank you very much, Sir”. Lega rasanya malam itu kepastian dimana kami besok akan menginap sudah terpecahkan. Alhamdulillah, minta dormitori malah diberi hotel. 

Gujarat malam itu dipeluk dingin  yang menusuk, tapi hati kami bagaikan terseduh moccacino rasa vanila : manis dan hangat.

(to be continue)

2 comments:

  1. "Gujarat malam itu dipeluk dingin yang menusuk, tapi hati kami bagaikan terseduh moccacino rasa vanila : manis dan hangat." Hahaha.. Funny >_<

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha...Thank you so much for your comment and kind notes! one moccacino please....:)

      Delete