Oleh: Yanu Endar Prasetyo
Tyler Bare (27) mungkin tidak pernah menyangka bahwa kini ia bisa bekerja layaknya orang sehat. Ia memiliki pekerjaan yang sangat bagus sebagai seorang akuntan di Kantor Pendapatan Daerah di Springfield, salah satu kota kecil di negara bagian Missouri, Amerika Serikat. Karier cemerlang sebagai akuntan ini sebelumnya sempat terkubur ketika pada Mei 2009 yang lalu, ia dinyatakan mengalami gangguan tulang belakang (spinal cord injury) oleh dokter yang mengharuskannya duduk di kursi roda untuk waktu yang tidak pasti. Kemungkinan untuk selamanya. Saat itu ia baru saja duduk di bangku akhir sekolah menengah atas. Tak terbayangkan betapa frustasi, terpukul, dan tertekannya jiwa seorang anak muda yang harus menyandang predikat sebagai penyandang disabilitas pada usia yang masih sangat belia.
Tyler Bare (27) mungkin tidak pernah menyangka bahwa kini ia bisa bekerja layaknya orang sehat. Ia memiliki pekerjaan yang sangat bagus sebagai seorang akuntan di Kantor Pendapatan Daerah di Springfield, salah satu kota kecil di negara bagian Missouri, Amerika Serikat. Karier cemerlang sebagai akuntan ini sebelumnya sempat terkubur ketika pada Mei 2009 yang lalu, ia dinyatakan mengalami gangguan tulang belakang (spinal cord injury) oleh dokter yang mengharuskannya duduk di kursi roda untuk waktu yang tidak pasti. Kemungkinan untuk selamanya. Saat itu ia baru saja duduk di bangku akhir sekolah menengah atas. Tak terbayangkan betapa frustasi, terpukul, dan tertekannya jiwa seorang anak muda yang harus menyandang predikat sebagai penyandang disabilitas pada usia yang masih sangat belia.
Beruntung ia akhirnya mendapatkan bantuan rehabilitasi dari Springfield
North Vocational Rehabilitation (VR) Office. Ia pun mendaftar dari sekolahnya
dan berkesempatan untuk mendapatkan program pendampingan dalam
bentuk layanan transisi dan perencanaan karier. Program ini bertujuan
untuk menjembatani dan mengarahkan potensi penyandang disabilitas
yang masih duduk di SMA agar siap menempuh pendidikan lanjutan ke
perguruan tinggi, atau masuk dunia kerja. Ia pun mendapatkan bantuan
dari program VR dalam bentuk uang pendidikan, uang buku, dan biaya-
biaya penunjang lainnya untuk melanjutkan kuliah di Ozarks Technical
Community College (OTC) dan kemudian transfer ke program akuntansi di
Missouri State University (MSU).
Program VR yang diterimanya tidak hanya berhenti pada pemberian bantuan finansial, namun juga memberikan akses bagi Tyler untuk dapat bekerja sebagai mahasiswa magang (internship) di O’Reilly Auto Parts, sebuah perusahaan otomotif di Springfield. Sebagai mahasiswa magang, Ia pun mendapatkan upah dari pekerjaannya sebagai staf akuntan. Dengan berpengalaman bekerja 25 jam per minggu sebagai akuntan di O’Reilly, setelah lulus S-1 pada tahun 2016, ia pun melamar sebagai akuntan di Department of Revenue dan diterima pada posisinya saat ini. Kini, ia adalah akuntan tetap yang menerima gaji, asuransi kesehatan, tunjangan, dan jaminan sosial lainnya sesuai standar dunia kerja umumnya di Missouri.
Tentu saja Tyler bukanlah satu-satunya penyandang disabilitas yang beruntung mendapatkan pendampingan dan pekerjaan dari program VR ini. Ia hanyalah satu dari ratusan, bahkan ribuan penyandang disabilitas lainnya yang mampu mewujudkan masa depan yang lebih cerah berkat intervensi program pemerintah di Amerika Serikat ini.
***
Tulisan lengkap dapat dibaca pada salah satu bab di buku "Pedoman Pelatihan Vokasi Untuk Pemangku Kepentingan: Studi Kasus Indonesia dan Internasional"
Program VR yang diterimanya tidak hanya berhenti pada pemberian bantuan finansial, namun juga memberikan akses bagi Tyler untuk dapat bekerja sebagai mahasiswa magang (internship) di O’Reilly Auto Parts, sebuah perusahaan otomotif di Springfield. Sebagai mahasiswa magang, Ia pun mendapatkan upah dari pekerjaannya sebagai staf akuntan. Dengan berpengalaman bekerja 25 jam per minggu sebagai akuntan di O’Reilly, setelah lulus S-1 pada tahun 2016, ia pun melamar sebagai akuntan di Department of Revenue dan diterima pada posisinya saat ini. Kini, ia adalah akuntan tetap yang menerima gaji, asuransi kesehatan, tunjangan, dan jaminan sosial lainnya sesuai standar dunia kerja umumnya di Missouri.
Tentu saja Tyler bukanlah satu-satunya penyandang disabilitas yang beruntung mendapatkan pendampingan dan pekerjaan dari program VR ini. Ia hanyalah satu dari ratusan, bahkan ribuan penyandang disabilitas lainnya yang mampu mewujudkan masa depan yang lebih cerah berkat intervensi program pemerintah di Amerika Serikat ini.
***
Tulisan lengkap dapat dibaca pada salah satu bab di buku "Pedoman Pelatihan Vokasi Untuk Pemangku Kepentingan: Studi Kasus Indonesia dan Internasional"
No comments:
Post a Comment