03 December 2011

1 HARI MAHIR MENULIS ARTIKEL


1 HARI MAHIR MENULIS ARTIKEL[1]

Oleh :
M. Alie Humaedi[2]
Yanu Endar Prasetyo[3]


“…ternyata tidak terjadi perubahan dari budaya lisan ke budaya tulis, sehingga wajarlah jika kita masih dianggap sebagai bangsa yang kehilangan ilmu pengetahuan (lost science in the third world) karena jarang bangsa lain yang mengetahui (membaca) penemuan-penemuan ilmiah kita”
(Wibowo, 2011:68)




A.  Apa Itu Artikel?
Artikel bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Setiap kali membaca majalah, surat kabar, atau berselancar (surfing) di internet, kita pasti menemukan artikel. Pada dasarnya artikel adalah sebuah karangan utuh yang membahas tentang topik tertentu. Mungkin cara termudah mendefinisikan artikel ini adalah dengan cara mengenali perbedaannya dengan bentuk karangan lainnya. Misalnya, bentuk dan penulisan artikel berbeda dengan berita (news), terutama dari sisi aktualitasnya. Sebuah berita dituntut memuat informasi tentang peristiwa terkini (up to date) dengan cepat, sehingga sebuah berita dapat menjadi basi jika berisi informasi yang telah lama berlalu. Tidak demikian dengan sebuah artikel. Ia tidak mengenal istilah kadaluarsa. Salah satu daya tarik artikel adalah ia dapat dibaca kapan saja, karena topik yang diangkat tidak harus peristiwa terbaru, melainkan juga bisa mengangkat peristiwa di masa lalu (refleksi), masalah yang sedang terjadi (reaksi/deskripsi) dan bahkan sesuatu yang mungkin akan terjadi di masa mendatang (prediksi). Artikel juga berbeda dengan cerita pendek (cerpen), novel, roman atau karangan fiksi lainnya karena artikel bukanlah rekaan. Kualitas isi dan nilai pengetahuan yang terkandung di dalam artikel itulah yang terpenting.
Dalam kenyataan, artikel ini dapat hadir dalam beragam bentuk, bisa berupa opini, catatan perjalanan, dan lain sebagainya yang mengandung ilmu pengetahuan. Isinya tidak lain adalah perpaduan antara fakta, narasi, argumentasi dan opini penulisnya. Di dalam artikel juga terdapat unsur ilmiah dan populer sekaligus. Artikel dapat berbentuk karangan panjang atau pendek, tergantung pada tujuan penulisan dan saluran media yang digunakan. Artikel-artikel di dalam majalah National Geographic, misalnya, biasanya ditulis dengan panjang lebar karena terkait dengan temuan ilmiah yang memerlukan penjelasan mendalam. Selain itu, artikel hasil investigasi terhadap kasus hukum tertentu, biasanya juga ditulis panjang lebar karena harus memuat kronologi dan fakta-fakta temuannya. Sebaliknya, artikel-artikel di media dot com biasanya cenderung dibuat pendek-pendek (3-5 paragraf) saja, karena redaktur ingin memperkaya isi (content) website-nya dengan beragam topik informasi yang berbeda. Content is the king, konon demikian rumus agar sebuah website eksis di dunia maya.

Tabel 1. Perbedaan pengertian dan ciri-ciri pokok antara tulisan berita, features dan artikel
Berita
Features
Artikel
Cerita atau laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang faktual, baru, dan bersifat luar biasa.
Tulisan yang membicarakan tentang sesuatu yang ada kaitannya dengan sumber berita, disajikan dengan gaya yang khas, sehingga mengandung nilai berita dan estetika.
Tulisan “lengkap” yang dimuat dalam surat kabar atau majalah. Lengkap disini berarti tulisan itu memiliki judul, pendahuluan, penyajian masalah, pembahasan, dan penutup/kesimpulan.

Artikel Semi Ilmiah/ilmiah populer = tulisan yang mengandung kadar keilmiahan, objektif, menggunakan pemikiran mendalam (penelitian lapangan maupun kepustakaan) namun disajikan dengan menggunakan terminologi/peristilahan umum (bukan istilah teknis)
Artikel Ilmiah = tulisan yang berisi informasi faktual dan objektif yang dapat digunakan pembaca untuk melakukan tindakan, menjadi pegangan, bahan perbandingan dan untuk menambah pengetahuan
Ciri pokok :
§ Berisi fakta (peristiwa yang benar-benar terjadi)
§ Peristiwa baru terjadi
§ Memiliki nilai kejutan
§ Bukan kejadian rutin (diluar kebiasaan)
§ Melibatkan orang penting dan ternama
§ Ditulis oleh jurnalis atau wartawan (profesional)
§ Sumber berita : resmi dan tidak resmi
Ciri Pokok :
§ Unsur peristiwa nyata
§ Dekat dengan pembaca
§ Menarik perhatian pembaca
§ Tidak terikat dengan teknik penulisan berita (5W 1H)
§ Mempunyai hubungan bentuk dengan karya sastra
§ Mengandung informasi, hiburan dan pendidikan
§ Ringan, tidak kaku, dan subjektif




Ciri Pokok :
§ Isinya menambah pengetahuan, keterampilan, kearifan, dan dapat memberikan nasehat bagi penyempurnaan kualitas hidup kepada pembaca
§ Penulis tidak dibatasi, boleh siapa saja
§ Artikel yang dipublikasikan melalui koran atau majalah disebut artikel semi ilmiah
§ Artikel ilmiah hanya dimuat dalam majalah ilmiah.
Sumber : Semi, 1995:11, 155, 192

B.  Untuk Apa Menulis Artikel?
Membaca artikel barangkali memang sudah tidak asing lagi, karena kita sering dan terbiasa melakukannya. Akan tetapi, bagaimana dengan menulis artikel? mungkin hal inilah yang tidak semua orang merasa pernah dan bisa melakukannya. Padahal ketika kita duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi kita sering membuat artikel atau karangan dan bahkan karya tulis ilmiah. Akan tetapi begitu keluar dari dunia pendidikan dan memasuki dunia kerja, kita malah meninggalkan aktivitas itu sama sekali. Sehingga sering muncul kembali pertanyaan bagaimana cara menulis artikel yang baik dan benar? Bagaimana tips agar artikel kita dapat dimuat di media? Darimana harus memulai menulis artikel? dan lain sebagainya. Harap maklum. Mungkin inilah mengapa budaya literasi bangsa kita rendah. Minat membaca saja memprihatinkan, apalagi minat menulis. Ditambah dengan minimnya kultur berbagi dan kultur mendokumentasi semakin menjauhkan kita dari budaya menulis, khususnya menulis artikel.
Padahal, menulis artikel ini memiliki banyak manfaat. Secara personal, bagi mereka yang memang ingin menekuni dunia penelitian, pendidikan, jurnalistik, bisnis hingga pemerintahan akan sangat terbantu jika memiliki keahlian dalam menulis artikel. seseorang dapat menunjukkan kemampuan dan kompetensi dirinya melalui artikel-artikel yang dibuatnya. Semakin banyak, luas dan mendalam artikel-artikel yang kita tulis dengan topik khusus tertentu, pada akhirnya akan menjadikan kita ahli – atau minimal dianggap ahli – di bidang tersebut. Dalam dunia penelitian dan akademis, menulis artikel ilmiah maupun populer yang dipublikasikan juga akan mendatangkan angka kredit yang dapat membantu jenjang karir si penulis.
Sementara itu, kemampuan menulis artikel di bidang bisnis juga akan sangat membantu dalam upaya promosi dan perluasan pasar, lebih-lebih di era digital sekarang ini dimana media sosial tumbuh dengan pesat. Melalui beragam media sosial itulah artikel-artikel penunjang bisnis dapat kita dipublikasikan. Di bidang pemerintahan, kemampuan aparatur pemerintahan menulis artikel juga akan sangat membantu mendorong implementasi e-government (e-gov). E-government ini adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain, sehingga dihasilkan hubungan-hubungan baru seperti G2C (Government to Citizen), G2B (Government to Business Enterprises) dan G2G (Inter-agency relationship) (Rahardjo, 2009:205-206).
Beberapa implementasi e-government diatas dapat dilakukan ke dalam beberapa bentuk, misalnya (1) penyediaan informasi yang sering dicari oleh masyarakat, misalnya melalui internet. Dalam konteks ini, maka tidak hanya data-data tentang publik saja yang dapat ditampilkan, melainkan juga dibutuhkan berbagai artikel untuk menambah pengetahuan publik itu sendiri. (2) penyediaan mekanisme akses informasi yang tersedia di kantor pemerintahan maupun tempat umum (kesetaraan akses). (3) e-procurement, dimana pemerintah dapat melakukan tender secara online dan transparan. Dengan demikian, pelayanan kepada publik menjadi semakin prima dengan tersedianya informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

C.  Kendala-Kendala dalam Menulis Artikel?
Setiap orang pastilah memiliki pengetahuan, informasi dan bahkan data-data terkait hal tertentu. Kebanyakan orang juga dengan mudah untuk menceritakan kembali informasi yang dimilikinya itu secara lisan, misalnya ketika rapat, diskusi, atau ngobrol-ngobrol di warung kopi. Akan tetapi, tidak banyak yang kemudian mencoba untuk “mengabadikan”-nya melalui sebuah tulisan atau artikel. Selain karena budaya menulis itu belum mendarah daging, kebanyakan juga merasa kesulitan dalam menyusun sebuah artikel yang menarik. Padahal rumus utama dalam menulis hanyalah satu, yaitu dengan menulis itu sendiri. Sebuah artikel tidak akan selesai hanya jika diangan-angankan, tetapi harus benar-benar diwujudkan dalam bentuk nyata. Mulailah menulis draft pertama anda, lalu selesaikanlah hingga kalimat terakhir!
Beberapa kendala yang sering dihadapi oleh penulis “pemula” antara lain :

1.    No idea. Tidak ada ide yang muncul di kepala. Hal ini biasanya lebih disebabkan oleh input dan kepekaan akan gejala atau fenomena yang juga rendah. Seperti dalam “filosofi teko”, bagaimana mungkin teko dapat mengeluarkan air jika sebelumnya ia tidak pernah diisi? Untuk mendapatkan menuangkan air (ide) kita juga harus banyak mengisi teko (kepala) dengan beragam bacaan dan ilmu yang dapat dihasilkan dari bermacam-macam cara, seperti membaca buku, koran, majalah, internet, mengikuti seminar, mendengarkan radio, menonton film dan lain sebagainya

2.    Bingung memulai darimana? Ide sudah ada, bahkan banyak sekali yang ingin dituangkan. Tetapi harus dimulai darimana? Hal ini biasanya terjadi karena mind mapping yang belum terlatih. Kerumitan ini dapat diurai dengan berlatih memetakan ide dan masalah secara sistematis, misalnya dengan memilah dan memilih informasi yang terkait dan membuang yang tidak perlu, mencoba berpikir kronologis, dan memilih masalah utama dengan tepat. Dengan demikian, penulis dapat membayangkan hasil akhir dari artikelnya sebelum artikel tersebut jadi, yaitu dengan menyusun outline atau kerangka artikel yang berisi ide-ide pokok yang akan ditulis secara sistematis.

3.    Kurang percaya diri. Seringkali draft artikel sudah jadi atau hampir jadi tetapi urung dipublikasikan. Penulis merasa kurang percaya diri dan selalu menganggap ada yang kurang dari karyanya. Perlu ditekankan bahwa tidak pernah ada artikel – apalagi baru pertama – yang benar-benar sempurna. Menulis artikel membutuhkan “jam terbang”. Semakin terlatih, maka akan semakin bagus pula artikel buatan kita. Mempublikasikan artikel yang kemudian dikritik banyak pihak akan menjadi pengalaman sangat berharga. Dari kritikan itu justru kita bisa belajar dengan lebih cepat. Barangkali untuk sekedar mengurangi kecemasan perihal layak tidaknya artikel yang kita tulis, penulis bisa meminta pendapat orang lain untuk memberi masukan sebelum dipublikasikan. Dengan konsisten berproses, maka percaya diri itu akan datang dengan sendirinya. Percayalah!

4.    Terlalu njlimet. Prinsip dasarnya, artikel (populer atau semi ilmiah) yang baik adalah yang dapat dipahami dan dinikmati oleh khalayak dengan beragam latar belakang dan tingkat pendidikan. Oleh karena itu, penulis harus bisa mengesampingkan ego-nya dengan tidak perlu memakai istilah-istilah teknis secara berlebihan. Penyakit penulis adalah selalu ingin karyanya dianggap hebat dan canggih, sehingga cenderung melupakan latar belakang pembaca yang beragam. Penggunaan istilah-istilah teknis yang terlalu detail justru akan menyusahkan pembaca dan menghambat tersampaikannya pesan utama. Penulis sendiri akan kehilangan fokus karena terlalu sibuk menjelaskan setiap istilah “asing” yang digunakannya sendiri. Sebaliknya, kehebatan seorang penulis justru adalah pada kemampuannya menyederhanakan masalah yang rumit sehingga mudah dimengerti oleh pembaca.
D.  Proses Penulisan Artikel



















Sumber : Wiradi, 2009:91-95

E. Fokus Perhatian Penulisan


Bagaimanapun, keunggulan bukanlah kepandaian. Keunggulan adalah semangat yang menguasai kehidupan dan jiwa kita. Keunggulan adalah proses yang tak pernah berakhir yang memberikan kepuasan tersendiri. Keunggulan adalah hasil dari kemampuan belajar kita, kemampuan menanggapi keadaan sekeliling dalam cara-cara yang produktif.
Sistem manajemen kualitas. MBPE (Malcolm Baldridge Performance Excellence)

Apakah mudah menuangkan pikiran dan fakta dalam bentuk tulisan yang sederhana? Alhasil, tulisan itu bisa dimuat dalam media; baik online maupun cetak? Fakta yang tidak terbantahkan, banyak tulisan (opini, teropong, resensi), apalagi laporan kinerja yang dikirim oleh lembaga-lembaga departemen dan non-profit hanya memenuhi kotak para editor media massa. Masalahnya, ternyata banyak tulisan kita atau laporan itu memang tidak memenuhi standar; teknis dan subtansi, media massa.

Padahal, hampir semua institusi berkepentingan supaya kinerjanya dan kebijakan mereka bisa terpublikasikan di media massa dengan baik. Selain menyangkut public awareness, hal itu juga terkait dengan strategi public relations dan daya tawar kelembagaan. Di sisi lain, sesungguhnya media massa atau pengelola media juga sangat membutuhkan pasokan berita, yang antara lain dipenuhi oleh laporan kinerja dari berbagai institusi itu. Jurang inilah yang hendak dipersempit dengan workshop penulisan ini. Harapannya, sedikitnya muncul motivasi menulis lebih baik laporan kinerja, dan menyakini bahwa aktivitas menulis itu mudah; tulisan pun akan bersifat praktis, fokus, dan efektif, sehingga laporan kinerja kita akan menjadi pilihan sumber berita bagi para editor media massa terkemuka, baik di dalam maupun luar negeri.

Soal substansi
Jenis-jenis artikel selalu didasarkan dari siapa yang menulis dan fungsi atau kepentingannya (Tartono 2005: 85-86). Berdasarkan penulisnya, ada artikel redaksi dan artikel umum. Artikel redaksi ialah tulisan yang digarap oleh redaksi di bawah tema tertentu yang menjadi isi penerbitan. Sementara itu, artikel umum merupakan tulisan yang ditulis oleh umum (bukan redaksi). Sedangkan dari segi fungsi atau kepentingannya, ada artikel khusus dan artikel sponsor. Artikel khusus adalah nama lain dari artikel redaksi; dan artikel sponsor ialah artikel yang membahas atau memperkenalkan sesuatu, baik produk ataupun kebijakan dan program perusahaan atau instansi pemerintah.

Selain pembagian di atas artikel dapat dibagi menjadi beberapa jenis: 1. Eksploratif, adalah artikel yang mengungkapkan fakta-fakta berdasarkan kajian penulis artikel. Artikel ini lebih tepat untuk mengungkapkan penemuan-penemuan baru. 2. Eksplanatif, artinya menerangkan. Artikel ini biasanya berisi menerangkan sesuatu untuk dipahami pembaca 3. Deskriptif, adalah artikel yang menggambarkan permasalahan yang terjadi di masyarakat sehingga dapat mengetahui apa sebenarnya yang terjadi. 4. Predikatif, adalah artikel yang berisi perhitungan atau ramalan yang akan terjadi berdasarkan perhitungan penulis. 5. Prespektif, adalah artikel yang memberikan tuntunan kepada pembaca untuk melakukan sesuatu sehingga tidak mengalami kekeliruan atau kesalahan. Pertanyaannya, artikel jenis mana yang paling tepat dipilih untuk melaporkan kegiatan, hasil kinerja, dan analisis dari Kementerian ESDM?

Soal teknis
Selain soal substansi isi, penulisan artikel di media on line, apalagi di media cetak, perhatian juga harus ditujukan ke aspek penggunaan bahasa tulis. Bahasa tulis akan selalu berbeda dengan bahasa verbal. Artinya, bila bahasa verbal bisa bebas tanpa terkait dengan kaidah walaupun akan mudah dimengerti orang, bahasa tulis lebih bersifat baku bahkan kaku. Namun kekakuan atau kebakuan bahasa itu bukan serta merta tulisan kita sulit untuk dibaca dan dipahami. Aspek bahasa selalu terkait dengan target pembaca, yang umumnya adalah khalayak umum. Artikel resmi sebenarnya bisa saja ditulis dalam bahasa populer yang mudah dimengerti dan enak dibaca; walaupun kesan popularitas harus dikurangi agar laporan itu tetap bersifat ”istimewa”.

Artikel kinerja, sebenarnya menjadi sumber penting untuk menjadi bahan data tulisan ilmiah. Oleh karena itu, ia tidak mesti ditulis dalam bahasa-bahasa ilmiah yang kental. Artikel tersebut bersifat ilmiah, namun disajikan dengan cara penuturan yang mudah dimengerti. Alangkah baiknya kalau mengambil model tengah; antara bahasa populer dengan  bahasa ilmiah, dan dikemas dengan tepat. Kata-kata populer merupakan kata-kata yang selalu akan dipakai dalam komunikasi sehari-hari, baik antara mereka yang berada di lapisan atas maupun di lapisan bawah, demikian sebaliknya. Tapi ingat, bukan bahasa SMS loh...? apalagi SMS anak-anak SMP....SMA....? wkkw,,wkwkk, jln..g ngerti; mo stv....hah bingung ah...dst.

Sedangkan kata-kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, diskusi-diskusi khusus disebut kata-kata ilmiah (Keraf 2004: 105-106). Agar artikel lebih berkualitas, Penulis hendaknya menggunakan bahasa yang baik dan benar. Mustakim (1994: 21-22) mengatakan bahwa yang dimaksud bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya sesuai dengan situasi dan sekaligus sesuai dengan kaidah yang berlaku. Atas dasar konsep tersebut dapat diperoleh suatu kejelasan bahwa yang dimaksud bahasa Indonesia yang baik belum tentu merupakan bahasa Indonesia yang benar, sebaliknya bahasa Indonesia yang benar belum tentu merupakan bahasa Indonesia yang baik.

Sementara itu, kebakuan bahasa juga perlu diperhatikan. Bahasa baku adalah variasi bahasa yang menjadi dasar penulisan media massa dan buku-buku. Bahasa baku memiliki kaidah-kaidah paling lengkap yang diperikan jika dibandingkan variasi bahasa lain. Bahasa baku dijadikan tolok ukur bagi pemakaian bahasa yang benar. Ekowardono (1995: 20-21) mengatakan bahwa benar tidaknya kalimat tidak semata-mata ditentukan oleh kesesuaiannya dengan kaidah, tetapi juga oleh keternalaranya atau kelogisan apa yang dinyatakannya. Pada tataran kalimat tidak mungkin untuk menganggap benar kalimat yang gagasannya tidak bernalar meskipun kalimat itu memenuhi syarat tata bahasa. Bahasa baku didefinisikan sebagai bahasa yang tunduk pada ketetapan yang telah dibuat dan disepakati bersama mengenai ejaan, tatabahasa, kosakata, dan istilah. Bisa juga diartikan sebagai bahwa bahasa yang penggunaannya memenuhi syarat-syarat kebahasaan, keselarasan logika, dan keselarasan etika.

F. Langkah-Langkah dalam Menulis Artikel
Pembaca merupakan topik sentral dalam dunia media. tanpa pembaca, sebuah media tentu tidak ada artinya. Oleh karena itu, media massa – apapun bentuknya – akan selalu mempertimbangkan aspek pembaca maupun calon pembacanya. Tak terkecuali dalam menulis artikel, faktor media sekaligus pembaca itu harus pula menjadi pertimbangan utama sebagai penulis. Sebuah artikel akan diterbitkan redaktur media jika ia memenuhi persyaratan tertentu, utamanya adalah artikel itu dianggap dapat memenuhi selera pembacanya. Berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menulis artikel (Semi, 1995:199-200) yang baik dan benar serta menyesuaikannya dengan selera sasaran pembaca kita.

1.    Pilihlah topik atau gagasan secara cermat
Topik artikel yang disukai pembaca biasanya adalah hal-hal yang berhubungan dengan manusia (human interest), tentang drama kehidupan (dramatisasi), tentang hal-hal yang aneh atau ganjil, dan hal-hal yang mempunyai nilai guna atau efek kepada pembaca.

2.    Pahami siapa pembaca kita?
Dengan mengetahui dan memahami pembaca media kita maka penulis dapat memilih kata atau istilah yang tepat dan sesuai. Jika kita menulis tanpa mempertimbangkan karakteristik pembaca, maka ada kemungkinan artikel kita tidak komunikatif, sulit dipahami, atau justru dianggap terlalu ringan bagi pembaca.

3.    Pelajari segi teknis penerbitan
Beberapa teknis penerbitan yang harus penulis pahami misalnya terkait berapa panjang artikel yang dikehendaki? Bagaimana gaya penyajian yang disukai dewan redaksi? Bagaimana sistem penulisan judul yang disukai? Dan lainnya. Cara terbaik mengetahui semua itu adalah dengan melihat dan mempelajari beberapa artikel terbitan terakhir.

4.    Mulailah menulis outline
Menulis tanpa membuat outline ibarat arsitek membangun rumah tanpa menggambarnya terlebih dahulu. Boleh jadi rumah yang dihasilkan tetap bisa digunakan atau dinikmati, tetapi bakal terasa kurang rapi dan terlihat tanpa rencana. Dengan menyusun outline maka penulis akan terhindar dari pemborosan waktu, lebih fokus dan tidak ada sub topik yang tertinggal atau lupa dicantumkan.

5.    Bukalah tulisan dengan paragraf yang berbobot
Kunci agar pembaca membaca tuntas artikel kita adalah menarik tidaknya paragraf pertama. Gaya penulisan yang kuat dan menyentuh akan membuat pembaca yakin bahwa pada paragraf-paragraf selanjutnya mereka akan mendapatkan sesuatu yang berarti. Ada beberapa teknik dalam membuka tulisan artikel, antara lain (1) dengan ringkasan (2) dengan kutipan pendapat (3) menggunakan pesan langsung (4) menggunakan anekdot (5) dengan deskripsi atau pelukisan (6) dengan mengajukan pertanyaan (7) menggunakan pernyataan yang mengagetkan.

6.    Sajikan gagasan pokok secara eksplisit
Uraikan fakta secara bertahap dari yang kurang penting kepada yang lebih penting, dari yang umum kepada yang lebih khusus. Sehingga pembaca tidak akan berhenti sampai dengan membaca kesimpulan kita. Kita harus berpegang teguh pada ide pokok sehingga tidak meluas atau menyimpang. Meskipun inti pembahasan biasanya disampaikan terakhir, tetap penting untuk mengemukakan masalah di awal tulisan supaya pembaca tidak kehilangan semangat dalam membaca.

7.    Berikan ilustrasi yang segar dan menarik
Untuk melengkapi artikel kita dapat ditambahkan ilustrasi terkait fakta yang dekat dengan keseharian pembaca, sehingga menjadi lebih segar dan menarik. Tetap sampaikan ilustrasi dalam bahasa yang kongkrit dan spesifik. Namun, kita tetap harus menghindari generalisasi yang dapat menyebabkan pembaca tidak percaya dengan apa yang kita tulis. Kata-kata atau istilah yang ambigu (mungkin, barangkali, entahlah) juga sebisa mungkin dihindari, terutama ketika menulis artikel ilmiah dan ilmiah populer.

8.    Gunakan bahasa yang hidup dan segar
Bahasa yang hidup dan segar artinya gaya uraian yang mengalir lincah, hidup, lancar, dan enak dibaca. Perlu diingat, bahasa tulis berbeda dengan bahasa lisan. Di dalam bahasa tulis terdapat berbagai aturan, termasuk ejaan, singkatan, tanda baca dan lain sebagainya yang kadang-kadang mengesankan kekakuan. Penulis harus pintar-pintar menyiasati masalah tersebut. selain itu, gaya bahasa yang kita gunakan seyogyanya bersifat “netral”, yaitu tidak memihak, tidak emosional, dan tidak bombastis.

9.    Tutup tulisan dengan paragraf yang kuat
Terkadang banyak pembaca yang langsung membaca paragraf terakhir dari sebuah artikel, karena ia ingin tahu apa sebenarnya ide yang ingin disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menutup artikel dengan efektif. Jika artikel dimulai dengan hipotesis, maka di paragraf terakhir kita harus menunjukkan jawaban dari hipotesis tersebut. Jangan sampai kita menutup artikel dengan kalimat-kalimat yang meragukan dan menunjukkan kelemahan, seperti :
“…demikian yang dapat Saya sampaikan, pembaca boleh percaya boleh tidak.”
Atau
“…sampai disini uraian saya, mudah-mudahan ada gunanya bagi pembaca.”
10.     Sunting tulisan dengan teliti
Satu hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah menyunting atau mengedit ulang draft artikel Anda. Sepintar-pintarnya manusia, tetap saja ia tak luput dari kesalahan. Dalam menyunting ulang tersebut lakukan dengan detail dan teliti, sehingga kita dapat menghasilkan artikel yang berkualitas dan minim kesalahan.

11.     Pilih judul yang benar-benar menarik
Judul tidak harus dibuat di awal, bisa juga dilakukan ketika artikel telah selesai. Saking pentingnya, judul ini harus dipikirkan dengan masak. Sebagai kepala artikel, judul minimal harus memenuhi dua syarat, pertama, mewakili topik tulisan dan kedua, menarik perhatian pembaca.

Contoh judul Buku:
1. Segoro & Negoro: Kemiskinan Tak Terpatahkan
2. Lembaga Tradisi: Reduksi dan Reproduksi Kemiskinan
3. Ekspedisi Menuju Tuhan

Judul Artikel:
1. Candi Boko; Nasibmu Kini
2. Musim Kawinan, Musim Berhutang
3. Harga Minyak Naik, Turun Kualitas Hidup

G. Mengenal Macam-Macam Struktur Alinea
Lazimnya, sebuah alinea terdiri atas alinea pembuka, alinea tubuh, dan alinea penutup (Wibowo, 2011:155). Alinea pembuka adalah alinea yang diletakkan di awal tulisan yang berisi pengantar gagasan utama penulis. Oleh sebab itu, alinea pertama ini harus disusun sedemikian rupa menimbulkan rasa penasaran dan mengundang pembaca untuk terus membacanya. Beberapa model penulisan alinea pembuka ini antara lain :

1.    Model 5W 1H
Dengan model ini kita dapat memilih salah satu dari unsur 5W 1H (where, what, why, when, who dan how) tersebut yang paling menarik untuk ditekankan lebih awal. Contoh :

     “Di Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, masyarakat memakan belalang goreng sebagai lauk. Masyarakat Papua mengonsumsi ulat sagu. Di Samosir, Sumatera Utara, capung pernah dikenal sebagai makanan yang lezat. Orang Jawa mengenal laron yang gurih. Masihkah kita berpikir pangan itu tergolong pangan ekstrim, aneh dan menjijikkan? Sebuah festival makanan di Richmond, Virginia, Amreika Serikat, mungkin bisa menginspirasi untuk memanfaatkan serangga.”

(Maryoto, “Serangga Sumber Pangan Masa Depan” dalam Jejak Pangan : Sejarah, Silang Budaya dan Masa Depan, 2009:225)

2.    Model kisahan
Ciptakan suasana yang membuat pembaca seolah-olah terlibat di dalamnya. Contoh :
           
Ikan lele merupakan salah satu komoditi perikanan darat yang saat ini makin digemari masyarakat. Dahulu, banyak stigma negatif tentang lele, seperti budidaya-nya yang dianggap jorok, dagingnya berbau amis dan lumpur yang menyengat, hingga anggapan daging lele tidak sehat karena banyak memakan limbah. Akan tetapi, lambat laun stigma tersebut terkikis dengan semakin meluasnya penerapan budidaya lele yang lebih terpola dan sehat, misalnya dengan penggunaan pakan buatan dan kolam-kolam dengan sirkulasi air yang relatif memadai. Menjamurnya warung makan pecel lele di pinggir-pinggir jalan makin menambah semarak konsumsi ikan lele ini. Bahkan, tidak sulit menemukan menu ikan lele yang variatif di restoran atau rumah makan kelas menengah ke atas.”
(Prasetyo, Apa Kabar Petani Lele Pantura?, Pasundan Ekspres, 18/03/2011)

3.    Model pertanyaan
Sodorkan pertanyaan yang menggelitik, unik, menarik, kreatif dan merangsang rasa ingin tahu pembaca. Contoh :

“Saat ini banyak sekali kita jumpai kegiatan, usaha, gagasan atau produk yang diberi penanda ‘eco’ atau ‘green’, misalnya ‘ecodevelopment’, ‘green industry’, ‘green party’, ‘green banking’, ‘greenomics’, ‘ecoport’, ‘ecopolitics’, ‘green product’ dan lain sebagainya. Mengapa dalam dua dekade terakhir ini istilah ‘eco’ atau ‘green’ digunakan secara meluas? Atau dengan kata lain, mengapa ekologi kini menjadi tren dan gaya hidup?”
(Prasetyo, Gaya Hidup Green, Koran Jakarta, 18/02/2011)

Kapan? Ini adalah pertanyaan yang menggiring dua dari sekian banyak peneliti gunung api terkemuka di dunia menuju jantung benua Afrika. Pertanyaan yang menghantui sebuah tim ahli seismologi Kongo. Pertanyaan yang mungkin menentukan nasib hampir satu juta orang. Kapankah Nyiragongo akan meletus?
(Finkel, National Geographic. April 2011:78)

4.    Model kutipan langsung
Dengan model ini kita dapat mengutip secara ringkas pendapat seorang tokoh, narasumber atau objek tulisan. Contoh :

“Pencerahan merupakan upaya manusia meruntuhkan mitos” ujar Max Horkheimer. Mitos adalah sesuatu yang dianggap benar, namun tidak diakui sebagai benar. Sementara itu, pencerahan adalah kebangkitan manusia dari ketidakmatangannya sendiri dalam menggunakan akal”
(Wibowo, Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah, 2011:157)

5.    Model deskriptif
Hadirkan suatu keadaan atau peristiwa dalam pikiran pembicara sehingga seolah-olah pembaca mengalami peristiwa tersebut. contoh :

“Akhir-akhir ini, tidak sulit rasanya menemukan supermarket atau minimarket untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga. Sebab, minimarket sebagai sebuah bentuk swalayan modern ini telah tumbuh bak cendawan di musim hujan. Hampir di setiap sudut strategis di kota atau daerah dimana kita tinggal dapat kita temui minimarket dengan berbagai nama. Sebagian besar minimarket yang ada memang merupakan franchise atau waralaba yang telah ternama dan dikelola dengan manajemen profesional serta modern. Tidak heran jika kemudian minimarket menjadi pilihan tempat berbelanja yang digemari oleh masyarakat.”
(Prasetyo, Adu Cerdik dengan Minimarket. Tribun Jabar, 2/03/2011)

6.    Model menuding
Gunakan komunikasi langsung bernada akrab kepada pembaca. Contoh :

“Inilah ‘rumah’ Dewi dengan keempat anaknya; sebuah ruangan berukuran 1,5 kali tiga meter, beralas dan berdinding kayu bekas. Tinggi ruangan itu sekitar 150cm. pemandangannya langsung ke sungai Ciliwung yang arinya mengalir deras, berwarna coklat tua”

(Jakarta Memilih : Pilkada dan Pembelajaran Demokrasi. 2007, penerbit Kompas hal 14)

Alinea tubuh berisi uraian dari gagasan utama. Mengembangkan alinea tubuh harus dilakukan dengan efektif dan efisien, tidak bertele-tele dan tetap menjaga unsur pembentukan alinea yang baik dan menarik. Beberapa model penyusunan alinea tubuh antara lain sebagai berikut :
1.    Model spiral
Rinci gagasan utama di alenia pembuka ke dalam alinea-alinea berikutnya, sehingga diperoleh gambaran persoalan yang komprehensif.

2.    Model rekatan
Gunakan kalimat penghubung atau penegas yang dapat merekatkan ide antar alinea secara kohesif. Misalnya, “sehubungan dengan hal diatas”, “oleh karena itu”, berdasarkan uraian diatas”, “akan tetapi” dan lain sebagainya.

3.    Model tematik
Pokok-pokok pikiran pada alinea pertama diulang kembali dan dijelaskan secara lebih mendalam di setiap alinea.

4.    Model kronologis
Merinci dan mengembangkan aliena tubuh dengan mendeskripsikan sebab-akibat dari suatu peristiwa atau objek yang ditulis.

Alinea penutup berfungsi untuk menyimpulkan gagasan dalam tulisan yang telah kita uraikan sebelumnya. Penulis tidak perlu berpanjang-panjang dalam menyimpulkan, tetapi bagaimana membuat kesimpulan yang mengesankan bagi pembaca. Beberapa model alinea penutup antara lain :
1.    Model simpulan
Rumuskan antiklimaks dari keseluruhan persoalan yang telah diteliti atau dibahas.

“Kelemahan sistem ini (pendidikan vocasional di Jerman) adalah sangat tergantungnya sistem pendidikan dengan perkembangan ekonomi. Pada masa krisis, perusahaan dan industri tidak akan memiliki keinginan untuk banyak menerima siswa praktik. Sementara pada masa pertumbuhan ekonomi yang baik, perusahaan tidak akan memperoleh siswa praktik dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan”

(Ismail, 2009. Sistem Pendidikan Vocasional Jerman, Proceedings Vocational Education in IT Polytechnic : to meet the industrial requirement with campus, hal 159)

2.    Model menggantung
Model ini dapat kita pilih jika kita ingin mengajak pembaca ikut berpikir dan terlibat dengan permasalahan yang kita bahas.

“Bukti-bukti di atas menunjukkan nelayan masih belum dianggap pilar penting bangsa bahari, sehingga terus dibiarkan bergelut dengan kemiskinannya. Atau, jangan-jangan kita sudah lupa bahwa kita bangsa bahari?”

(Satria, Negeri Bahari yang Melupakan Nelayan, Kompas, 09/06/2008 dalam Satria, 2009:31)
3.    Model ringkasan
Model ini dapat kita pilih untuk meringkas seluruh uraian yang telah kita buat sesuai dengan gagasan utama yang kita tulis di awal artikel.

“Di samping itu, perempuan pendatang yang menikah dengan penduduk lokal ternyata cenderung lebih ulet dalam mengelola usaha mikro di Kabupaten Belu. Sementara perempuan lokal, karena berbagai faktor (adat, keluarga, motivasi, gengsi) cenderung mengalami banyak hambatan ketika menekuni usaha mikro pengolahan hasil pertanian”.

(Hidajat & Prasetyo, Partisipasi Perempuan dalam Usaha Mikro Pengolahan Hasil Pertanian : Studi Kasus di Daerah Perbatasan NTT-Timor Leste, Yogyakarta : PSW UGM)
H. Etika Penulisan Artikel
Asal kata etika adalah dari bahasa Yunani, Ethikos, yang berarti moral dan Ethos yang bermakna karakter. Etika mengatur tentang pandangan-pandangan mengenai apa yang dianggap baik dan pantas serta mana yang dianggap tidak baik dan tidak pantas (Wiradi, 2009:14). Di dalam etika terdapat dua pandangan umum, yaitu yang ebrsifat absolutisme dan relativisme. Golongan absolutisme menganggap adanya suatu standar norma dan nilai yang berlaku universal. Sebaliknya, golongan relitivisme membantah hal tersebut dengan mengatakan bahwa sistem etika itu hasil dari konsensus atau kesepakatan, sehingga tidak ada yang benar-benar universal (berlaku sama di semua tempat). Dalam kaitan dengan penulisan artikel, etika utama yang penting untuk diperhatikan misalnya terkait penyebutan sumber dan penulisan parafrase atau kutipan. Sekalipun artikel kita berjenis populer, tetap saja dengan mematuhi etika tersebut kita akan terhindar dari “kejahatan penulisan” seperti plagiarisme.

Plagiarisme berasal dari bahasa Latin yaitu Plagiarus, artinya penculik atau perampok atau pencuri naskah. Kata ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi plagiary (perbuatannya) dan plagiarist (pelakunya). Di dalam bahasa Indonesia perbuatan ini dikenal dengan istilah “penjiplakan” (Wiradi, 2009:54-63). Bentuk-bentuk plagiarisme ini antara lain (1) plagiat kata per kata (verbatim plagiarism), yaitu berupa penjiplakan yang sama persis, baik kata-kata maupun kalimatnya dan tidak dituliskan sumbernya. Atau penjiplakan yang sama persis tetapi penjiplak mengganti satu dua kata dengan kata lain yang bermakna sama. (2) patchwork plagiarism, yaitu dengan merubah susunan kalimat saja, seolah-olah berbeda padahal masih sama. (3) plagiat “kata kunci” atau “frase kunci”, yaitu dengan merubah sebagian besar kata-kata dan susunan kalimat, akan tetapi tetap memakai kata kunci dan frase kunci dari yang dikutip. (4) plagiat struktur gagasan, yaitu penulis tidak menjiplak kata, kalimat atau frase, melainkan meniru persis pola argumentasi orang lain.

I. Menulis Artikel Untuk Media Online (Website)
Menulis artikel di media online sebenarnya tidak berbeda jauh dengan menulis artikel di media cetak. Persyaratan dan ciri-ciri artikel di media cetak dan online juga hampir mirip, karena media online profesional biasanya juga menerapkan etika jurnalistik seperti di media massa cetak lainnya. Perbedaan utama barangkali adalah pada ciri media online yang lebih up to date, lebih global, dan lebih dinamis. Lebih up to date maksudnya media online tidak lagi berganti isi sehari sekali, tetapi bahkan setiap menit selalu ada pembaharuan atau berita baru yang ditampilkan. Media online saling bersaing satu sama lain untuk menjadi yang tercepat dalam mengabarkan.

Lebih global karena media online menggunakan internet sebagai basis media, sehingga informasi dari media online dapat diakses siapa saja, dimana saja dan kapan saja di seluruh penjuru dunia (selama ia terkoneksi dengan jaringan internet). Penggunaan telepon genggam yang telah menjadi “barang primer” bagi setiap orang juga makin memperluas daya jelajah media online itu sendiri. Jika kita menulis artikel di media online maka akan ada jutaan orang yang mungkin membaca dan mengaksesnya. Lebih-lebih, persoalan bahasa sudah tidak lagi menjadi kendala dengan adanya alat-alat penerjemah multibahasa yang juga tersedia di internet. Dengan kondisi ini pula media online menjadi semakin dinamis dengan milyaran informasi yang terus berseliweran setiap harinya, dahsyat bukan?

Dengan hadirnya gudang informasi yang hampir tak terbatas di internet ini, maka pembaca media online pun memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembaca surat kabar atau majalah biasa. Para pemburu informasi di media online adalah orang-orang yang juga sama dinamis-nya dengan media online itu sendiri. Mereka orang-orang yang paham betapa dunia berubah setiap detik, sehingga waktu menjadi sangat berharga bagi mereka. Pengelola media online pun paham benar hal ini. Oleh karena itu kita bisa melihat bagaimana isi informasi dari sebuah media online yang demikian kaya, variatif, beragam, dan lengkap. Sebagai penulis artikel, kita pun juga harus memahami dan beradaptasi dengan dinamika ini.

1.      Karakteristik Pembaca Media Online
a)    Sebagian besar Pembaca kurang suka dengan artikel yang panjang karena akan menghabiskan banyak waktu dan cepat lelah (mata)
b)   Pembaca ingin langsung kepada “intinya apa?” atau “kesimpulannya bagaimana?
c)    Artikel yang pendek akan memancing pembaca untuk membaca artikel lain yang tersedia.
d)   Artikel pendek akan lebih mudah diingat
e)    Artikel pendek membuat pembaca tidak cepat bosan.
f)    Artikel pendek dengan kata kunci yang tepat akan lebih efektif dan efisien bagi pembaca
g)   Sangat efektif menyampaikan pesan kepada pejabat yang berkepentingan, untuk menindaklanjuti persoalan yang sesuai gugus tugasnya
h)   Pembedaan artikel pendek di online dengan policy brief
2.      Tujuan Menulis Artikel di Media Online
 Content is King”, jika artikel yang Kita buat berkualitas, otomatis pengunjung yang datang akan menjadi pengunjung setia blog/website Kita.
a) Membangun Kredibilitas
b) Pembentukan Opini Publik
c) Pencitraan Positif
d) Meningkatkan Kunjungan Pembaca
e) Sosialisasi Agenda
f) Memancing munculnya kebijakan baru
g) Menjadi bahan diskusi dan arah program ke depan
3.      Cara Membuat Artikel Pendek
Jika Kita berhasil menarik perhatian pembaca dengan artikel pendek yang kita buat, maka mereka akan penasaran untuk mencari informasi lebih banyak dari website utama kita. Cara ini digunakan jika Anda menggunakan artikel direktori untuk menulis artikel pendek Anda.

a)   Pemilihan dan Penempatan Kata Kunci
Pemilihan kata kunci harus menjadi pertimbangan utama dalam membuat artikel, baik itu kata kunci yang pendek maupun yang panjang. Pemilihan kata kunci yang tepat mempunyai pengaruh terhadap posisi artikel Anda di mesin pencari. Penempatan kata kunci biasanya tersebar di seluruh bagian artikel. Usahakan Anda menggunakan kata kunci utama di judul, paragraf pertama dan terakhir suatu artikel.

b)   Fokus Pada Poin Penting
Ketika menulis artikel pendek, keluarkan point yang penting saja. Konsisten pada topik yang hendak dikemukakan. Fokus sangat penting untuk menghindari penyimpangan alur penulisan.
c)    Pembukaan-Isi-Penutup
Ada 3 bagian dasar dalam membuat sebuah artikel yaitu bagian pembukaan, isi dan penutup. Cara ini bisa kita gunakan untuk membuat artikel pendek. Masing-masing bagian kita usahakan langsung pada inti. Jangan terlalu bertele-tele. Buat sesingkat mungkin namun tetap padat dan jelas. Kalimat pertama dalam paragraf pertama harus menjadi poin utama yang paling menarik, misalnya :

"semua padang rumput dan hutan belukar, semua gunung besar dan kecil merupakan rumah besar obat dunia. Hanya kesadaran rahasia alamlah yang membuat orang menjadi seorang dokter sejati”

(Humaedi, Ekspedisi Mencari Tuhan 1, Yogyakarta 2011)
kalimat pertama itulah yang akan membuat rasa penasaran pembaca untuk terus membaca kalimat-kalimat berikutnya.

d)   Padat Berisi
Ingat, pendek tidak berarti tanpa isi. Ketika Kita menulis artikel pendek, buat artikel yang lebih menitik beratkan pada inti dan kesimpulan dari pesan yang ingin kita sampaikan. Pendek juga bukan berarti mendistorsi kata-kata dengan kosakata yang tidak dikenal dan baku. Pemilihan kata yang tepat adalah kuncinya.

e)    Efektif dan Efisien
Jangan mengulangi kalimat yang sama. Buat kalimat maksimal sepanjang 1,5 baris. Usahakan setiap kalimat koheren, aktif dan mengalir lancar.

f)    Menabung Kosa Kata
Perbanyak “jam terbang” menulis dan membaca beragam media akan secara otomatis memperkaya tabungan kosa kata kita.


J. Ikhtisar
I. Bagian-bagian Artikel:
1. Judul atau Fokus; hal yang menjadi perhatian utama dalam penulisan artikel.
2. Leader; kutipan menjadi pengantar sebuah artikel. Bagian ini tidak selalu ada dalam artikel.
3. Latar; hal, masalah, atau peristiwa yang mendasari tulisan artikel.
4. Angle; sudut pandang penulis dalam menyoroti masalah yang dibicarakan.
5. Simpulan, biasanya berisi himbauan, ajakan, refleksi atau intisari yang disampaikan.

II. Tips Sederhana Menyusun Artikel:
1. Memilih topik; memilih topik sebenarnya tidaklah terlalu sulit. Hanya saja, bagi penulis pemula memilih topik sama beratnya dengan membuat judul atau isi tulisan. Padahal, tema atau topik yang bisa diangkat menjadi tulisan begitu banyak dan mudah kita dapatkan;
2. Membuat kerangka tulisan; Ada baiknya memang membuat kerangka tulisan. Istilah kerangka tulisan sering disebut membuat outline. Alasannya, kerangka tulisan berguna untuk membatasi apa yang harus kita tulis;
3. Menabung kosa kata; untuk menjadi penulis, bolehlah kita mencoba untuk menabung kosa kata. Mengumpulkan setiap hari lima saja;
4. Buatlah judul yang menarik; pembaca akan mudah tertarik untuk membaca sebuah tulisan, jika judulnya juga menarik. Anggap saja judul itu sebagai pancingan. Itu sebabnya, membuat judul perlu ‘keterampilan’ khusus;
5. Pastikan membuat subjudul; Subjudul amat menolong kita untuk menggolongkan dan membatasi pembahasan dalam sebuah tulisan jenis artikel dan berita;
6. Lead; menggoda. Lead, alias teras berita adalah sebuah tulisan pembuka yang menjadi titik penting bagi pembaca. Lead yang menarik, sangat boleh jadi akan merangsang pembaca untuk terus membaca isi berita atau artikel yang kita buat. 

K. Penutup

Menulis artikel, ilmiah maupun populer, memiliki kaidah-kaidah yang berbeda dengan bentuk karangan lainnya. Akan tetapi, dibalik penerapan seluruh kaidah tersebut, sebuah artikel tetaplah hasil karya seni dan intelektual dari seorang penulis. Di dalamnya bukan hanya terkandung informasi, data dan ilmu pengetahuan, tetapi juga terkandung unsur estetika yang menyentuh. Artikel adalah media dialog, sarana berbagi, dan alat pencerahan bagi kehidupan dan peradaban manusia yang lebih baik.  





PUSTAKA ACUAN

Buku :
Humaedi, M. Alie. 2011. Ekspedisi Mencari Tuhan. Yogyakarta: Surau Tua Institute.
Maryoto, Andreas. 2009. Jejak Pangan : Sejarah, Silang Budaya, dan Masa Depan. Jakarta : Penerbit Kompas
Rahardjo, Ir. Budi, M.Sc, Ph.D. 2009. Diary Budi Rahardjo : Kumpulan Catatan Tentang Teknologi Informasi. Bandung : Penerbit Oase Media
Satria, Arif. 2009. Pesisir dan Laut untuk Rakyat. Bogor : IPB Press
Semi, Prof. Drs. M. Atar. 1995. Teknik Penulisan Berita, Features, dan Artikel. Bandung : Penerbit Mugantara
Tanuredja, Budiman (editor). 2007. Jakarta Memilih : Pilkada dan Pembelajaran Demokrasi. Jakarta : Penerbit Kompas
Wibowo, Wahyu. 2011. Cara Cerdas Menulis Artikel. Jakarta : Penerbit Kompas
Wiradi, Gunawan. 2009. Etika Penulisan Karya Ilmiah : Beberapa Butir Prinsip Dasar. Bandung : Yayasan Akatiga

Prosiding :
Ismail, Setia Juli Irzal. 2009. Sistem Pendidikan Vocasional Jerman. Proceedings Vocational Education in IT Polytechnic : To Meet the Industrial Requirement with Campus. Bandung : Polytechnic Telkom, 17 Desember 2009, hal 156-159
Hidajat, Elok Wahyu & Yanu Endar Prasetyo. 2009. Partisipasi Perempuan dalam Usaha Mikro Pengolahan Hasil Pertanian : Studi Kasus di Daerah Perbatasan NTT-Timor Leste, dalam prodising seminar “Kepemimpinan Berperspektif Gender”, Yogyakarta : PSW UGM, hal 99-108

Artikel :
Prasetyo, Yanu Endar. 2008. Berbagi Lumpur di Balong. Kompas, 14 Agustus 2008
Prasetyo, Yanu Endar. 2011. Gaya Hidup Green. Koran Jakarta, Selasa, 18 Januari 2011
Prasetyo, Yanu Endar. 2011. Adu Cerdik dengan Minimarket. Tribun Jabar, Rabu 2 Maret 2011
Prasetyo, Yanu Endar. 2011. Apa Kabar Petani Lele Pantura? Pasundan Ekspres, Jumat, 18 Maret 2011
Humaedi, M. Alie. 2011. Restorasi Masjid Keindonesiaan, dalam www.OCHA-Indonesia.org
-----------. 2011. Peran Masjid dalam Tanggap Darurat dalam www.islamicreliefindonesia.org
-----------. 2010. Candi Boko; Nasibmu Kini dalam Kompas, Januari.
-----------. 2009. Nelayan dan Kemiskinan yang Tidak Pernah Pupus. Kompas. Juli
Sakhiyya, Zulfa & M. Alie Humaedi, Restoring the mosque to its original role. Jakarta Post. 2011.

Majalah :
Finkel, Michael. 2011. Gunung Api di Pelupuk Mata : Para Ilmuwan Menuruni Danau Lava yang Ganas guna Melindungi Sebuah Kota di Kongo. National Geographic, April 2011. Hal 74-89



[1] Makalah ini disampaikan dalam workshop “Penulisan Artikel untuk Website” di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE), pada tanggal 2 Desember 2011, di Hotel Topaz, Jl. DR. Djundjunan No. 153, Bandung 40173, Bandung
[2] Penulis dan Peneliti di Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya (PMB) – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). E-mail : aliehumaedi@yahoo.com
[3] Penulis dan Peneliti di Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG)- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). E-mail : duniaidealku@yahoo.com

4 comments:

  1. Terima kasih banyak ya informasinya, sangat membantu..
    Tetapi bagaimana cara mengirim artikel ke media cetak?

    ReplyDelete
  2. Terima kasih banyak, informasinya cukup komplit. senang bacanya. semoga bisa segera sy pahami dan terapkan! Semangat Menulis. Menulis adalah cara untuk mengikat ilmu (lupa ulama siapa yg punya quotes begini, kalau tdk salah Imam Syafi'i)

    ReplyDelete
  3. Terimakasih banyak,telah berbagi ilmu untuk pemula.

    ReplyDelete