1
HARI MAHIR MENULIS ARTIKEL[1]
Oleh :
M. Alie
Humaedi[2]
Yanu Endar
Prasetyo[3]
“…ternyata
tidak terjadi perubahan dari budaya lisan ke budaya tulis, sehingga wajarlah
jika kita masih dianggap sebagai bangsa yang kehilangan ilmu pengetahuan (lost
science in the third world) karena jarang bangsa lain yang mengetahui (membaca)
penemuan-penemuan ilmiah kita”
(Wibowo, 2011:68)
A. Apa Itu
Artikel?
Artikel
bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Setiap kali membaca majalah, surat
kabar, atau berselancar (surfing) di
internet, kita pasti menemukan artikel. Pada dasarnya artikel adalah sebuah
karangan utuh yang membahas tentang topik tertentu. Mungkin cara termudah
mendefinisikan artikel ini adalah dengan cara mengenali perbedaannya dengan
bentuk karangan lainnya. Misalnya, bentuk dan penulisan artikel berbeda dengan
berita (news), terutama dari sisi
aktualitasnya. Sebuah berita dituntut memuat informasi tentang peristiwa
terkini (up to date) dengan cepat, sehingga
sebuah berita dapat menjadi basi jika berisi informasi yang telah lama berlalu.
Tidak demikian dengan sebuah artikel. Ia tidak mengenal istilah kadaluarsa.
Salah satu daya tarik artikel adalah ia dapat dibaca kapan saja, karena topik
yang diangkat tidak harus peristiwa terbaru, melainkan juga bisa mengangkat
peristiwa di masa lalu (refleksi), masalah yang sedang terjadi
(reaksi/deskripsi) dan bahkan sesuatu yang mungkin akan terjadi di masa
mendatang (prediksi). Artikel juga berbeda dengan cerita pendek (cerpen),
novel, roman atau karangan fiksi lainnya karena artikel bukanlah rekaan.
Kualitas isi dan nilai pengetahuan yang terkandung di dalam artikel itulah yang
terpenting.
Dalam
kenyataan, artikel ini dapat hadir dalam beragam bentuk, bisa berupa opini,
catatan perjalanan, dan lain sebagainya yang mengandung ilmu pengetahuan.
Isinya tidak lain adalah perpaduan antara fakta, narasi, argumentasi dan opini
penulisnya. Di dalam artikel juga terdapat unsur ilmiah dan populer sekaligus.
Artikel dapat berbentuk karangan panjang atau pendek, tergantung pada tujuan
penulisan dan saluran media yang digunakan. Artikel-artikel di dalam majalah National Geographic, misalnya, biasanya
ditulis dengan panjang lebar karena terkait dengan temuan ilmiah yang
memerlukan penjelasan mendalam. Selain itu, artikel hasil investigasi terhadap
kasus hukum tertentu, biasanya juga ditulis panjang lebar karena harus memuat
kronologi dan fakta-fakta temuannya. Sebaliknya, artikel-artikel di media dot com biasanya cenderung dibuat pendek-pendek
(3-5 paragraf) saja, karena redaktur ingin memperkaya isi (content) website-nya
dengan beragam topik informasi yang berbeda. Content is the king, konon demikian rumus agar sebuah website eksis di dunia maya.
Tabel 1. Perbedaan pengertian dan
ciri-ciri pokok antara tulisan berita, features dan artikel
Berita
|
Features
|
Artikel
|
Cerita
atau laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang faktual, baru, dan
bersifat luar biasa.
|
Tulisan
yang membicarakan tentang sesuatu yang ada kaitannya dengan sumber berita,
disajikan dengan gaya yang khas, sehingga mengandung nilai berita dan
estetika.
|
Tulisan
“lengkap” yang dimuat dalam surat kabar atau majalah. Lengkap disini berarti
tulisan itu memiliki judul, pendahuluan, penyajian masalah, pembahasan, dan
penutup/kesimpulan.
Artikel Semi Ilmiah/ilmiah populer
= tulisan yang mengandung kadar keilmiahan, objektif, menggunakan pemikiran
mendalam (penelitian lapangan maupun kepustakaan) namun disajikan dengan
menggunakan terminologi/peristilahan umum (bukan istilah teknis)
Artikel Ilmiah
= tulisan yang berisi informasi faktual dan objektif yang dapat digunakan
pembaca untuk melakukan tindakan, menjadi pegangan, bahan perbandingan dan
untuk menambah pengetahuan
|
Ciri pokok :
§ Berisi
fakta (peristiwa yang benar-benar terjadi)
§ Peristiwa
baru terjadi
§ Memiliki
nilai kejutan
§ Bukan
kejadian rutin (diluar kebiasaan)
§ Melibatkan
orang penting dan ternama
§ Ditulis
oleh jurnalis atau wartawan (profesional)
§ Sumber
berita : resmi dan tidak resmi
|
Ciri Pokok :
§ Unsur
peristiwa nyata
§ Dekat
dengan pembaca
§ Menarik
perhatian pembaca
§ Tidak
terikat dengan teknik penulisan berita (5W 1H)
§ Mempunyai
hubungan bentuk dengan karya sastra
§ Mengandung
informasi, hiburan dan pendidikan
§ Ringan,
tidak kaku, dan subjektif
|
Ciri Pokok :
§ Isinya
menambah pengetahuan, keterampilan, kearifan, dan dapat memberikan nasehat
bagi penyempurnaan kualitas hidup kepada pembaca
§ Penulis
tidak dibatasi, boleh siapa saja
§ Artikel
yang dipublikasikan melalui koran atau majalah disebut artikel semi ilmiah
§ Artikel
ilmiah hanya dimuat dalam majalah ilmiah.
|
Sumber
: Semi, 1995:11, 155, 192
|
B. Untuk Apa
Menulis Artikel?
Membaca
artikel barangkali memang sudah tidak asing lagi, karena kita sering dan
terbiasa melakukannya. Akan tetapi, bagaimana dengan menulis artikel? mungkin hal
inilah yang tidak semua orang merasa pernah dan bisa melakukannya. Padahal
ketika kita duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi kita sering
membuat artikel atau karangan dan bahkan karya tulis ilmiah. Akan tetapi begitu
keluar dari dunia pendidikan dan memasuki dunia kerja, kita malah meninggalkan
aktivitas itu sama sekali. Sehingga sering muncul kembali pertanyaan bagaimana
cara menulis artikel yang baik dan benar? Bagaimana tips agar artikel kita
dapat dimuat di media? Darimana harus memulai menulis artikel? dan lain
sebagainya. Harap maklum. Mungkin inilah mengapa budaya literasi bangsa kita
rendah. Minat membaca saja memprihatinkan, apalagi minat menulis. Ditambah
dengan minimnya kultur berbagi dan kultur mendokumentasi semakin menjauhkan
kita dari budaya menulis, khususnya menulis artikel.
Padahal,
menulis artikel ini memiliki banyak manfaat. Secara personal, bagi mereka yang
memang ingin menekuni dunia penelitian, pendidikan, jurnalistik, bisnis hingga
pemerintahan akan sangat terbantu jika memiliki keahlian dalam menulis artikel.
seseorang dapat menunjukkan kemampuan dan kompetensi dirinya melalui
artikel-artikel yang dibuatnya. Semakin banyak, luas dan mendalam
artikel-artikel yang kita tulis dengan topik khusus tertentu, pada akhirnya
akan menjadikan kita ahli – atau minimal dianggap ahli – di bidang tersebut.
Dalam dunia penelitian dan akademis, menulis artikel ilmiah maupun populer yang
dipublikasikan juga akan mendatangkan angka kredit yang dapat membantu jenjang
karir si penulis.
Sementara itu,
kemampuan menulis artikel di bidang bisnis juga akan sangat membantu dalam
upaya promosi dan perluasan pasar, lebih-lebih di era digital sekarang ini
dimana media sosial tumbuh dengan pesat. Melalui beragam media sosial itulah
artikel-artikel penunjang bisnis dapat kita dipublikasikan. Di bidang
pemerintahan, kemampuan aparatur pemerintahan menulis artikel juga akan sangat
membantu mendorong implementasi e-government
(e-gov). E-government ini adalah
penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara
pemerintah dan pihak-pihak lain, sehingga dihasilkan hubungan-hubungan baru
seperti G2C (Government to Citizen), G2B (Government to Business Enterprises)
dan G2G (Inter-agency relationship) (Rahardjo, 2009:205-206).
Beberapa implementasi
e-government diatas dapat dilakukan
ke dalam beberapa bentuk, misalnya (1) penyediaan informasi yang sering dicari
oleh masyarakat, misalnya melalui internet. Dalam konteks ini, maka tidak hanya
data-data tentang publik saja yang dapat ditampilkan, melainkan juga dibutuhkan
berbagai artikel untuk menambah pengetahuan publik itu sendiri. (2) penyediaan
mekanisme akses informasi yang tersedia di kantor pemerintahan maupun tempat
umum (kesetaraan akses). (3) e-procurement,
dimana pemerintah dapat melakukan tender secara online dan transparan. Dengan
demikian, pelayanan kepada publik menjadi semakin prima dengan tersedianya
informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
C. Kendala-Kendala
dalam Menulis Artikel?
Setiap orang
pastilah memiliki pengetahuan, informasi dan bahkan data-data terkait hal
tertentu. Kebanyakan orang juga dengan mudah untuk menceritakan kembali
informasi yang dimilikinya itu secara lisan, misalnya ketika rapat, diskusi,
atau ngobrol-ngobrol di warung kopi.
Akan tetapi, tidak banyak yang kemudian mencoba untuk “mengabadikan”-nya
melalui sebuah tulisan atau artikel. Selain karena budaya menulis itu belum
mendarah daging, kebanyakan juga merasa kesulitan dalam menyusun sebuah artikel
yang menarik. Padahal rumus utama dalam menulis hanyalah satu, yaitu dengan
menulis itu sendiri. Sebuah artikel tidak akan selesai hanya jika
diangan-angankan, tetapi harus benar-benar diwujudkan dalam bentuk nyata.
Mulailah menulis draft pertama anda, lalu selesaikanlah hingga kalimat
terakhir!
Beberapa
kendala yang sering dihadapi oleh penulis “pemula” antara lain :
1.
No idea.
Tidak ada ide yang muncul di kepala. Hal ini biasanya lebih disebabkan oleh
input dan kepekaan akan gejala atau fenomena yang juga rendah. Seperti dalam
“filosofi teko”, bagaimana mungkin teko dapat mengeluarkan air jika sebelumnya
ia tidak pernah diisi? Untuk mendapatkan menuangkan air (ide) kita juga harus
banyak mengisi teko (kepala) dengan beragam bacaan dan ilmu yang dapat
dihasilkan dari bermacam-macam cara, seperti membaca buku, koran, majalah,
internet, mengikuti seminar, mendengarkan radio, menonton film dan lain
sebagainya
2.
Bingung
memulai darimana? Ide sudah
ada, bahkan banyak sekali yang ingin dituangkan. Tetapi harus dimulai darimana?
Hal ini biasanya terjadi karena mind
mapping yang belum terlatih. Kerumitan ini dapat diurai dengan berlatih
memetakan ide dan masalah secara sistematis, misalnya dengan memilah dan
memilih informasi yang terkait dan membuang yang tidak perlu, mencoba berpikir
kronologis, dan memilih masalah utama dengan tepat. Dengan demikian, penulis
dapat membayangkan hasil akhir dari artikelnya sebelum artikel tersebut jadi,
yaitu dengan menyusun outline atau
kerangka artikel yang berisi ide-ide pokok yang akan ditulis secara sistematis.
3. Kurang
percaya diri. Seringkali draft artikel sudah
jadi atau hampir jadi tetapi urung dipublikasikan. Penulis merasa kurang
percaya diri dan selalu menganggap ada yang kurang dari karyanya. Perlu
ditekankan bahwa tidak pernah ada artikel – apalagi baru pertama – yang
benar-benar sempurna. Menulis artikel membutuhkan “jam terbang”. Semakin
terlatih, maka akan semakin bagus pula artikel buatan kita. Mempublikasikan
artikel yang kemudian dikritik banyak pihak akan menjadi pengalaman sangat
berharga. Dari kritikan itu justru kita bisa belajar dengan lebih cepat.
Barangkali untuk sekedar mengurangi kecemasan perihal layak tidaknya artikel
yang kita tulis, penulis bisa meminta pendapat orang lain untuk memberi masukan
sebelum dipublikasikan. Dengan konsisten berproses, maka percaya diri itu akan
datang dengan sendirinya. Percayalah!
4.
Terlalu
njlimet. Prinsip dasarnya, artikel
(populer atau semi ilmiah) yang baik adalah yang dapat dipahami dan dinikmati
oleh khalayak dengan beragam latar belakang dan tingkat pendidikan. Oleh karena
itu, penulis harus bisa mengesampingkan ego-nya dengan tidak perlu memakai
istilah-istilah teknis secara berlebihan. Penyakit penulis adalah selalu ingin
karyanya dianggap hebat dan canggih, sehingga cenderung melupakan latar
belakang pembaca yang beragam. Penggunaan istilah-istilah teknis yang terlalu
detail justru akan menyusahkan pembaca dan menghambat tersampaikannya pesan
utama. Penulis sendiri akan kehilangan fokus karena terlalu sibuk menjelaskan
setiap istilah “asing” yang digunakannya sendiri. Sebaliknya, kehebatan seorang
penulis justru adalah pada kemampuannya menyederhanakan masalah yang rumit
sehingga mudah dimengerti oleh pembaca.
D. Proses Penulisan Artikel
Sumber :
Wiradi, 2009:91-95
E. Fokus Perhatian Penulisan
Bagaimanapun, keunggulan
bukanlah kepandaian. Keunggulan adalah semangat yang menguasai kehidupan dan
jiwa kita. Keunggulan adalah
proses yang tak pernah berakhir yang memberikan kepuasan tersendiri. Keunggulan
adalah hasil dari kemampuan belajar kita, kemampuan menanggapi keadaan
sekeliling dalam cara-cara yang produktif.
Sistem
manajemen kualitas. MBPE (Malcolm Baldridge Performance Excellence)
Apakah mudah
menuangkan pikiran dan fakta dalam bentuk tulisan yang sederhana? Alhasil,
tulisan itu bisa dimuat dalam media; baik online maupun cetak? Fakta yang tidak
terbantahkan, banyak tulisan (opini, teropong, resensi), apalagi laporan
kinerja yang dikirim oleh lembaga-lembaga departemen dan non-profit hanya
memenuhi kotak para editor media massa. Masalahnya, ternyata banyak tulisan
kita atau laporan itu memang tidak memenuhi standar; teknis dan subtansi, media
massa.
Padahal, hampir
semua institusi berkepentingan supaya kinerjanya dan kebijakan mereka bisa
terpublikasikan di media massa dengan baik. Selain menyangkut public
awareness, hal itu juga terkait dengan strategi public relations dan
daya tawar kelembagaan. Di sisi lain, sesungguhnya media massa atau pengelola
media juga sangat membutuhkan pasokan berita, yang antara lain dipenuhi oleh
laporan kinerja dari berbagai institusi itu. Jurang inilah yang hendak
dipersempit dengan workshop penulisan ini. Harapannya, sedikitnya muncul
motivasi menulis lebih baik laporan kinerja, dan menyakini bahwa aktivitas
menulis itu mudah; tulisan pun akan bersifat praktis, fokus, dan efektif,
sehingga laporan kinerja kita akan menjadi pilihan sumber berita bagi para
editor media massa terkemuka, baik di dalam maupun luar negeri.
Soal substansi
Jenis-jenis
artikel selalu didasarkan dari siapa yang menulis dan fungsi atau
kepentingannya (Tartono 2005: 85-86). Berdasarkan penulisnya, ada artikel
redaksi dan artikel umum. Artikel redaksi ialah tulisan yang digarap oleh
redaksi di bawah tema tertentu yang menjadi isi penerbitan. Sementara itu,
artikel umum merupakan tulisan yang ditulis oleh umum (bukan redaksi).
Sedangkan dari segi fungsi atau kepentingannya, ada artikel khusus dan artikel
sponsor. Artikel khusus adalah nama lain dari artikel redaksi; dan artikel
sponsor ialah artikel yang membahas atau memperkenalkan sesuatu, baik produk ataupun
kebijakan dan program perusahaan atau instansi pemerintah.
Selain pembagian
di atas artikel dapat dibagi menjadi beberapa jenis: 1. Eksploratif, adalah
artikel yang mengungkapkan fakta-fakta berdasarkan kajian penulis artikel.
Artikel ini lebih tepat untuk mengungkapkan penemuan-penemuan baru. 2.
Eksplanatif, artinya menerangkan. Artikel ini biasanya berisi menerangkan
sesuatu untuk dipahami pembaca 3. Deskriptif, adalah artikel yang menggambarkan
permasalahan yang terjadi di masyarakat sehingga dapat mengetahui apa
sebenarnya yang terjadi. 4. Predikatif, adalah artikel yang berisi perhitungan
atau ramalan yang akan terjadi berdasarkan perhitungan penulis. 5. Prespektif,
adalah artikel yang memberikan tuntunan kepada pembaca untuk melakukan sesuatu
sehingga tidak mengalami kekeliruan atau kesalahan. Pertanyaannya, artikel jenis mana yang paling tepat dipilih untuk
melaporkan kegiatan, hasil kinerja, dan analisis dari Kementerian ESDM?
Soal teknis
Selain soal substansi isi, penulisan artikel di media on line, apalagi di
media cetak, perhatian juga harus ditujukan ke aspek penggunaan bahasa tulis.
Bahasa tulis akan selalu berbeda dengan bahasa verbal. Artinya, bila bahasa
verbal bisa bebas tanpa terkait dengan kaidah walaupun akan mudah dimengerti
orang, bahasa tulis lebih bersifat baku bahkan kaku. Namun kekakuan atau
kebakuan bahasa itu bukan serta merta tulisan kita sulit untuk dibaca dan
dipahami. Aspek bahasa selalu terkait dengan target pembaca, yang umumnya
adalah khalayak umum. Artikel resmi sebenarnya bisa saja ditulis dalam bahasa
populer yang mudah dimengerti dan enak dibaca; walaupun kesan popularitas harus
dikurangi agar laporan itu tetap bersifat ”istimewa”.
Artikel kinerja, sebenarnya menjadi sumber penting untuk menjadi bahan data
tulisan ilmiah. Oleh karena itu, ia tidak mesti ditulis dalam bahasa-bahasa
ilmiah yang kental. Artikel tersebut bersifat ilmiah, namun disajikan dengan
cara penuturan yang mudah dimengerti. Alangkah baiknya kalau mengambil model
tengah; antara bahasa populer dengan
bahasa ilmiah, dan dikemas dengan tepat. Kata-kata populer merupakan
kata-kata yang selalu akan dipakai dalam komunikasi sehari-hari, baik antara
mereka yang berada di lapisan atas maupun di lapisan bawah, demikian
sebaliknya. Tapi ingat, bukan bahasa SMS loh...? apalagi SMS anak-anak
SMP....SMA....? wkkw,,wkwkk, jln..g ngerti; mo stv....hah bingung ah...dst.
Sedangkan kata-kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam
tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, diskusi-diskusi khusus
disebut kata-kata ilmiah (Keraf 2004: 105-106). Agar artikel lebih berkualitas,
Penulis hendaknya menggunakan bahasa yang baik dan benar. Mustakim (1994:
21-22) mengatakan bahwa yang dimaksud bahasa Indonesia yang baik dan benar
adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya sesuai dengan situasi dan sekaligus
sesuai dengan kaidah yang berlaku. Atas dasar konsep tersebut dapat diperoleh
suatu kejelasan bahwa yang dimaksud bahasa Indonesia yang baik belum tentu
merupakan bahasa Indonesia yang benar, sebaliknya bahasa Indonesia yang benar
belum tentu merupakan bahasa Indonesia yang baik.
Sementara itu, kebakuan bahasa juga perlu diperhatikan. Bahasa baku adalah
variasi bahasa yang menjadi dasar penulisan media massa dan buku-buku. Bahasa
baku memiliki kaidah-kaidah paling lengkap yang diperikan jika dibandingkan
variasi bahasa lain. Bahasa baku dijadikan tolok ukur bagi pemakaian bahasa
yang benar. Ekowardono (1995: 20-21) mengatakan bahwa benar tidaknya kalimat
tidak semata-mata ditentukan oleh kesesuaiannya dengan kaidah, tetapi juga oleh
keternalaranya atau kelogisan apa yang dinyatakannya. Pada tataran kalimat
tidak mungkin untuk menganggap benar kalimat yang gagasannya tidak bernalar
meskipun kalimat itu memenuhi syarat tata bahasa. Bahasa baku didefinisikan
sebagai bahasa yang tunduk pada ketetapan yang telah dibuat dan disepakati
bersama mengenai ejaan, tatabahasa, kosakata, dan istilah. Bisa juga diartikan
sebagai bahwa bahasa yang penggunaannya memenuhi syarat-syarat kebahasaan,
keselarasan logika, dan keselarasan etika.
F. Langkah-Langkah
dalam Menulis Artikel
Pembaca
merupakan topik sentral dalam dunia media. tanpa pembaca, sebuah media tentu
tidak ada artinya. Oleh karena itu, media massa – apapun bentuknya – akan
selalu mempertimbangkan aspek pembaca maupun calon pembacanya. Tak terkecuali
dalam menulis artikel, faktor media sekaligus pembaca itu harus pula menjadi
pertimbangan utama sebagai penulis. Sebuah artikel akan diterbitkan redaktur
media jika ia memenuhi persyaratan tertentu, utamanya adalah artikel itu
dianggap dapat memenuhi selera pembacanya. Berikut ini beberapa langkah yang
dapat dilakukan untuk menulis artikel (Semi, 1995:199-200) yang baik dan benar
serta menyesuaikannya dengan selera sasaran pembaca kita.
1.
Pilihlah
topik atau gagasan secara cermat
Topik artikel
yang disukai pembaca biasanya adalah hal-hal yang berhubungan dengan manusia (human interest), tentang drama kehidupan
(dramatisasi), tentang hal-hal yang aneh atau ganjil, dan hal-hal yang
mempunyai nilai guna atau efek kepada pembaca.
2.
Pahami
siapa pembaca kita?
Dengan
mengetahui dan memahami pembaca media kita maka penulis dapat memilih kata atau
istilah yang tepat dan sesuai. Jika kita menulis tanpa mempertimbangkan
karakteristik pembaca, maka ada kemungkinan artikel kita tidak komunikatif,
sulit dipahami, atau justru dianggap terlalu ringan bagi pembaca.
3.
Pelajari
segi teknis penerbitan
Beberapa
teknis penerbitan yang harus penulis pahami misalnya terkait berapa panjang
artikel yang dikehendaki? Bagaimana gaya penyajian yang disukai dewan redaksi?
Bagaimana sistem penulisan judul yang disukai? Dan lainnya. Cara terbaik
mengetahui semua itu adalah dengan melihat dan mempelajari beberapa artikel
terbitan terakhir.
4.
Mulailah
menulis outline
Menulis tanpa
membuat outline ibarat arsitek
membangun rumah tanpa menggambarnya terlebih dahulu. Boleh jadi rumah yang
dihasilkan tetap bisa digunakan atau dinikmati, tetapi bakal terasa kurang rapi
dan terlihat tanpa rencana. Dengan menyusun outline
maka penulis akan terhindar dari pemborosan waktu, lebih fokus dan tidak ada
sub topik yang tertinggal atau lupa dicantumkan.
5.
Bukalah
tulisan dengan paragraf yang berbobot
Kunci agar
pembaca membaca tuntas artikel kita adalah menarik tidaknya paragraf pertama.
Gaya penulisan yang kuat dan menyentuh akan membuat pembaca yakin bahwa pada
paragraf-paragraf selanjutnya mereka akan mendapatkan sesuatu yang berarti. Ada
beberapa teknik dalam membuka tulisan artikel, antara lain (1) dengan ringkasan
(2) dengan kutipan pendapat (3) menggunakan pesan langsung (4) menggunakan
anekdot (5) dengan deskripsi atau pelukisan (6) dengan mengajukan pertanyaan
(7) menggunakan pernyataan yang mengagetkan.
6.
Sajikan
gagasan pokok secara eksplisit
Uraikan fakta
secara bertahap dari yang kurang penting kepada yang lebih penting, dari yang
umum kepada yang lebih khusus. Sehingga pembaca tidak akan berhenti sampai
dengan membaca kesimpulan kita. Kita harus berpegang teguh pada ide pokok
sehingga tidak meluas atau menyimpang. Meskipun inti pembahasan biasanya
disampaikan terakhir, tetap penting untuk mengemukakan masalah di awal tulisan
supaya pembaca tidak kehilangan semangat dalam membaca.
7.
Berikan
ilustrasi yang segar dan menarik
Untuk
melengkapi artikel kita dapat ditambahkan ilustrasi terkait fakta yang dekat
dengan keseharian pembaca, sehingga menjadi lebih segar dan menarik. Tetap
sampaikan ilustrasi dalam bahasa yang kongkrit dan spesifik. Namun, kita tetap
harus menghindari generalisasi yang dapat menyebabkan pembaca tidak percaya
dengan apa yang kita tulis. Kata-kata atau istilah yang ambigu (mungkin, barangkali, entahlah) juga
sebisa mungkin dihindari, terutama ketika menulis artikel ilmiah dan ilmiah
populer.
8.
Gunakan
bahasa yang hidup dan segar
Bahasa yang
hidup dan segar artinya gaya uraian yang mengalir lincah, hidup, lancar, dan
enak dibaca. Perlu diingat, bahasa tulis berbeda dengan bahasa lisan. Di dalam
bahasa tulis terdapat berbagai aturan, termasuk ejaan, singkatan, tanda baca
dan lain sebagainya yang kadang-kadang mengesankan kekakuan. Penulis harus pintar-pintar
menyiasati masalah tersebut. selain itu, gaya bahasa yang kita gunakan
seyogyanya bersifat “netral”, yaitu tidak memihak, tidak emosional, dan tidak
bombastis.
9.
Tutup
tulisan dengan paragraf yang kuat
Terkadang
banyak pembaca yang langsung membaca paragraf terakhir dari sebuah artikel,
karena ia ingin tahu apa sebenarnya ide yang ingin disampaikan oleh penulis.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menutup artikel dengan efektif.
Jika artikel dimulai dengan hipotesis, maka di paragraf terakhir kita harus
menunjukkan jawaban dari hipotesis tersebut. Jangan sampai kita menutup artikel
dengan kalimat-kalimat yang meragukan dan menunjukkan kelemahan, seperti :
“…demikian
yang dapat Saya sampaikan, pembaca boleh percaya boleh tidak.”
Atau
“…sampai
disini uraian saya, mudah-mudahan ada gunanya bagi pembaca.”
10.
Sunting
tulisan dengan teliti
Satu hal yang
tidak boleh ditinggalkan adalah menyunting atau mengedit ulang draft artikel
Anda. Sepintar-pintarnya manusia, tetap saja ia tak luput dari kesalahan. Dalam
menyunting ulang tersebut lakukan dengan detail dan teliti, sehingga kita dapat
menghasilkan artikel yang berkualitas dan minim kesalahan.
11.
Pilih
judul yang benar-benar menarik
Judul tidak
harus dibuat di awal, bisa juga dilakukan ketika artikel telah selesai. Saking
pentingnya, judul ini harus dipikirkan dengan masak. Sebagai kepala artikel,
judul minimal harus memenuhi dua syarat, pertama,
mewakili topik tulisan dan kedua,
menarik perhatian pembaca.
Contoh judul
Buku:
1. Segoro
& Negoro: Kemiskinan Tak Terpatahkan
2. Lembaga
Tradisi: Reduksi dan Reproduksi Kemiskinan
3. Ekspedisi
Menuju Tuhan
Judul Artikel:
1. Candi
Boko; Nasibmu Kini
2. Musim
Kawinan, Musim Berhutang
3. Harga
Minyak Naik, Turun Kualitas Hidup
G. Mengenal
Macam-Macam Struktur Alinea
Lazimnya,
sebuah alinea terdiri atas alinea
pembuka, alinea tubuh, dan alinea penutup (Wibowo, 2011:155). Alinea
pembuka adalah alinea yang diletakkan di awal tulisan yang berisi pengantar
gagasan utama penulis. Oleh sebab itu, alinea pertama ini harus disusun
sedemikian rupa menimbulkan rasa penasaran dan mengundang pembaca untuk terus
membacanya. Beberapa model penulisan alinea pembuka ini antara lain :
1.
Model
5W 1H
Dengan model ini kita dapat
memilih salah satu dari unsur 5W 1H (where,
what, why, when, who dan how) tersebut yang paling menarik untuk ditekankan
lebih awal. Contoh :
“Di Semanu,
Kabupaten Gunung Kidul, masyarakat memakan belalang goreng sebagai lauk.
Masyarakat Papua mengonsumsi ulat sagu. Di Samosir, Sumatera Utara, capung
pernah dikenal sebagai makanan yang lezat. Orang Jawa mengenal laron yang
gurih. Masihkah kita berpikir pangan itu tergolong pangan ekstrim, aneh dan
menjijikkan? Sebuah festival makanan di Richmond, Virginia, Amreika Serikat,
mungkin bisa menginspirasi untuk memanfaatkan serangga.”
(Maryoto,
“Serangga Sumber Pangan Masa Depan” dalam Jejak Pangan : Sejarah, Silang Budaya
dan Masa Depan, 2009:225)
2.
Model
kisahan
Ciptakan suasana yang membuat
pembaca seolah-olah terlibat di dalamnya. Contoh :
“Ikan
lele merupakan salah satu komoditi perikanan darat yang saat ini makin digemari
masyarakat. Dahulu, banyak stigma negatif tentang lele, seperti budidaya-nya
yang dianggap jorok, dagingnya berbau amis dan lumpur yang menyengat, hingga
anggapan daging lele tidak sehat karena banyak memakan limbah. Akan tetapi,
lambat laun stigma tersebut terkikis dengan semakin meluasnya penerapan
budidaya lele yang lebih terpola dan sehat, misalnya dengan penggunaan pakan
buatan dan kolam-kolam dengan sirkulasi air yang relatif memadai. Menjamurnya
warung makan pecel lele di pinggir-pinggir jalan makin menambah semarak
konsumsi ikan lele ini. Bahkan, tidak sulit menemukan menu ikan lele yang
variatif di restoran atau rumah makan kelas menengah ke atas.”
(Prasetyo, Apa Kabar Petani Lele Pantura?,
Pasundan Ekspres, 18/03/2011)
3.
Model
pertanyaan
Sodorkan pertanyaan yang
menggelitik, unik, menarik, kreatif dan merangsang rasa ingin tahu pembaca.
Contoh :
“Saat
ini banyak sekali kita jumpai kegiatan, usaha, gagasan atau produk yang diberi
penanda ‘eco’ atau ‘green’, misalnya ‘ecodevelopment’, ‘green industry’, ‘green
party’, ‘green banking’, ‘greenomics’, ‘ecoport’, ‘ecopolitics’, ‘green
product’ dan lain sebagainya. Mengapa dalam dua dekade terakhir ini istilah
‘eco’ atau ‘green’ digunakan secara meluas? Atau dengan kata lain, mengapa
ekologi kini menjadi tren dan gaya hidup?”
(Prasetyo, Gaya
Hidup Green, Koran Jakarta, 18/02/2011)
Kapan?
Ini adalah pertanyaan yang menggiring dua dari sekian banyak peneliti gunung
api terkemuka di dunia menuju jantung benua Afrika. Pertanyaan yang menghantui
sebuah tim ahli seismologi Kongo. Pertanyaan yang mungkin menentukan nasib
hampir satu juta orang. Kapankah Nyiragongo akan meletus?
(Finkel,
National Geographic. April 2011:78)
4.
Model
kutipan langsung
Dengan model ini kita dapat
mengutip secara ringkas pendapat seorang tokoh, narasumber atau objek tulisan.
Contoh :
“Pencerahan
merupakan upaya manusia meruntuhkan mitos” ujar Max Horkheimer. Mitos adalah
sesuatu yang dianggap benar, namun tidak diakui
sebagai benar. Sementara itu, pencerahan adalah kebangkitan manusia dari
ketidakmatangannya sendiri dalam menggunakan akal”
(Wibowo,
Cara Cerdas Menulis Artikel
Ilmiah, 2011:157)
5.
Model
deskriptif
Hadirkan suatu keadaan atau
peristiwa dalam pikiran pembicara sehingga seolah-olah pembaca mengalami
peristiwa tersebut. contoh :
“Akhir-akhir
ini, tidak sulit rasanya menemukan supermarket atau minimarket untuk berbelanja
kebutuhan rumah tangga. Sebab, minimarket sebagai sebuah bentuk swalayan modern
ini telah tumbuh bak cendawan di musim hujan. Hampir di setiap sudut strategis
di kota atau daerah dimana kita tinggal dapat kita temui minimarket dengan
berbagai nama. Sebagian besar minimarket yang ada memang merupakan franchise atau waralaba yang telah
ternama dan dikelola dengan manajemen profesional serta modern. Tidak heran
jika kemudian minimarket menjadi pilihan tempat berbelanja yang digemari oleh
masyarakat.”
(Prasetyo, Adu
Cerdik dengan Minimarket. Tribun Jabar, 2/03/2011)
6.
Model
menuding
Gunakan komunikasi langsung
bernada akrab kepada pembaca. Contoh :
“Inilah
‘rumah’ Dewi dengan keempat anaknya; sebuah ruangan berukuran 1,5 kali tiga
meter, beralas dan berdinding kayu bekas. Tinggi ruangan itu sekitar 150cm.
pemandangannya langsung ke sungai Ciliwung yang arinya mengalir deras, berwarna
coklat tua”
(Jakarta
Memilih : Pilkada dan Pembelajaran Demokrasi. 2007, penerbit Kompas hal 14)
Alinea tubuh
berisi uraian dari gagasan utama. Mengembangkan alinea tubuh harus dilakukan
dengan efektif dan efisien, tidak bertele-tele dan tetap menjaga unsur
pembentukan alinea yang baik dan menarik. Beberapa model penyusunan alinea
tubuh antara lain sebagai berikut :
1.
Model
spiral
Rinci gagasan utama di alenia
pembuka ke dalam alinea-alinea berikutnya, sehingga diperoleh gambaran
persoalan yang komprehensif.
2.
Model
rekatan
Gunakan kalimat penghubung atau
penegas yang dapat merekatkan ide antar alinea secara kohesif. Misalnya, “sehubungan dengan hal diatas”, “oleh karena
itu”, berdasarkan uraian diatas”, “akan tetapi” dan lain sebagainya.
3.
Model
tematik
Pokok-pokok pikiran pada alinea
pertama diulang kembali dan dijelaskan secara lebih mendalam di setiap alinea.
4.
Model
kronologis
Merinci dan mengembangkan aliena
tubuh dengan mendeskripsikan sebab-akibat dari suatu peristiwa atau objek yang
ditulis.
Alinea penutup
berfungsi untuk menyimpulkan gagasan dalam tulisan yang telah kita uraikan
sebelumnya. Penulis tidak perlu berpanjang-panjang dalam menyimpulkan, tetapi
bagaimana membuat kesimpulan yang mengesankan bagi pembaca. Beberapa model
alinea penutup antara lain :
1.
Model
simpulan
Rumuskan antiklimaks dari
keseluruhan persoalan yang telah diteliti atau dibahas.
“Kelemahan
sistem ini (pendidikan vocasional di Jerman) adalah sangat tergantungnya sistem
pendidikan dengan perkembangan ekonomi. Pada masa krisis, perusahaan dan
industri tidak akan memiliki keinginan untuk banyak menerima siswa praktik.
Sementara pada masa pertumbuhan ekonomi yang baik, perusahaan tidak akan
memperoleh siswa praktik dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan”
(Ismail,
2009. Sistem Pendidikan Vocasional Jerman, Proceedings Vocational Education in
IT Polytechnic : to meet the industrial requirement with campus, hal 159)
2.
Model
menggantung
Model ini dapat kita pilih jika
kita ingin mengajak pembaca ikut berpikir dan terlibat dengan permasalahan yang
kita bahas.
“Bukti-bukti
di atas menunjukkan nelayan masih belum dianggap pilar penting bangsa bahari,
sehingga terus dibiarkan bergelut dengan kemiskinannya. Atau, jangan-jangan
kita sudah lupa bahwa kita bangsa bahari?”
(Satria,
Negeri Bahari yang Melupakan Nelayan, Kompas, 09/06/2008 dalam Satria, 2009:31)
3.
Model
ringkasan
Model ini dapat kita pilih untuk
meringkas seluruh uraian yang telah kita buat sesuai dengan gagasan utama yang
kita tulis di awal artikel.
“Di
samping itu, perempuan pendatang yang menikah dengan penduduk lokal ternyata
cenderung lebih ulet dalam mengelola usaha mikro di Kabupaten Belu. Sementara
perempuan lokal, karena berbagai faktor (adat, keluarga, motivasi, gengsi)
cenderung mengalami banyak hambatan ketika menekuni usaha mikro pengolahan
hasil pertanian”.
(Hidajat
& Prasetyo, Partisipasi Perempuan dalam Usaha Mikro Pengolahan Hasil
Pertanian : Studi Kasus di Daerah Perbatasan NTT-Timor Leste, Yogyakarta : PSW
UGM)
H. Etika
Penulisan Artikel
Asal kata
etika adalah dari bahasa Yunani, Ethikos,
yang berarti moral dan Ethos yang
bermakna karakter. Etika mengatur tentang pandangan-pandangan mengenai apa yang
dianggap baik dan pantas serta mana yang dianggap tidak baik dan tidak pantas
(Wiradi, 2009:14). Di dalam etika terdapat dua pandangan umum, yaitu yang
ebrsifat absolutisme dan relativisme. Golongan absolutisme menganggap adanya
suatu standar norma dan nilai yang berlaku universal. Sebaliknya, golongan
relitivisme membantah hal tersebut dengan mengatakan bahwa sistem etika itu
hasil dari konsensus atau kesepakatan, sehingga tidak ada yang benar-benar
universal (berlaku sama di semua tempat). Dalam kaitan dengan penulisan
artikel, etika utama yang penting untuk diperhatikan misalnya terkait
penyebutan sumber dan penulisan parafrase atau kutipan. Sekalipun artikel kita
berjenis populer, tetap saja dengan mematuhi etika tersebut kita akan terhindar
dari “kejahatan penulisan” seperti plagiarisme.
Plagiarisme
berasal dari bahasa Latin yaitu Plagiarus, artinya penculik atau
perampok atau pencuri naskah. Kata ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris menjadi plagiary
(perbuatannya) dan plagiarist (pelakunya).
Di dalam bahasa Indonesia perbuatan ini dikenal dengan istilah “penjiplakan” (Wiradi, 2009:54-63).
Bentuk-bentuk plagiarisme ini antara lain (1) plagiat kata per kata (verbatim
plagiarism), yaitu berupa penjiplakan yang sama persis, baik kata-kata
maupun kalimatnya dan tidak dituliskan sumbernya. Atau penjiplakan yang sama
persis tetapi penjiplak mengganti satu dua kata dengan kata lain yang bermakna
sama. (2) patchwork plagiarism, yaitu dengan merubah susunan kalimat
saja, seolah-olah berbeda padahal masih sama. (3) plagiat “kata kunci” atau
“frase kunci”, yaitu dengan merubah sebagian besar kata-kata dan susunan
kalimat, akan tetapi tetap memakai kata kunci dan frase kunci dari yang
dikutip. (4) plagiat struktur gagasan, yaitu penulis tidak menjiplak kata,
kalimat atau frase, melainkan meniru persis pola argumentasi orang lain.
I. Menulis
Artikel Untuk Media Online (Website)
Menulis
artikel di media online sebenarnya tidak berbeda jauh dengan menulis artikel di
media cetak. Persyaratan dan ciri-ciri artikel di media cetak dan online juga
hampir mirip, karena media online profesional biasanya juga menerapkan etika
jurnalistik seperti di media massa cetak lainnya. Perbedaan utama barangkali
adalah pada ciri media online yang lebih up
to date, lebih global, dan lebih
dinamis. Lebih up to date maksudnya
media online tidak lagi berganti isi sehari sekali, tetapi bahkan setiap menit
selalu ada pembaharuan atau berita baru yang ditampilkan. Media online saling
bersaing satu sama lain untuk menjadi yang tercepat dalam mengabarkan.
Lebih global
karena media online menggunakan internet sebagai basis media, sehingga
informasi dari media online dapat diakses siapa saja, dimana saja dan kapan
saja di seluruh penjuru dunia (selama ia terkoneksi dengan jaringan internet).
Penggunaan telepon genggam yang telah menjadi “barang primer” bagi setiap orang
juga makin memperluas daya jelajah media online itu sendiri. Jika kita menulis
artikel di media online maka akan ada jutaan orang yang mungkin membaca dan
mengaksesnya. Lebih-lebih, persoalan bahasa sudah tidak lagi menjadi kendala
dengan adanya alat-alat penerjemah multibahasa yang juga tersedia di internet.
Dengan kondisi ini pula media online menjadi semakin dinamis dengan milyaran
informasi yang terus berseliweran setiap harinya, dahsyat bukan?
Dengan
hadirnya gudang informasi yang hampir tak terbatas di internet ini, maka
pembaca media online pun memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembaca
surat kabar atau majalah biasa. Para pemburu informasi di media online adalah
orang-orang yang juga sama dinamis-nya dengan media online itu sendiri. Mereka
orang-orang yang paham betapa dunia berubah setiap detik, sehingga waktu
menjadi sangat berharga bagi mereka. Pengelola media online pun paham benar hal
ini. Oleh karena itu kita bisa melihat bagaimana isi informasi dari sebuah
media online yang demikian kaya, variatif, beragam, dan lengkap. Sebagai
penulis artikel, kita pun juga harus memahami dan beradaptasi dengan dinamika
ini.
1.
Karakteristik Pembaca Media Online
a)
Sebagian besar Pembaca kurang suka dengan artikel yang
panjang karena akan menghabiskan banyak waktu dan cepat lelah (mata)
b)
Pembaca ingin langsung kepada “intinya apa?” atau
“kesimpulannya bagaimana?”
c)
Artikel yang pendek akan memancing pembaca untuk membaca
artikel lain yang tersedia.
d)
Artikel pendek akan lebih mudah diingat
e)
Artikel pendek membuat pembaca tidak cepat bosan.
f)
Artikel pendek dengan kata kunci yang tepat akan lebih
efektif dan efisien bagi pembaca
g)
Sangat efektif menyampaikan pesan kepada pejabat yang
berkepentingan, untuk menindaklanjuti persoalan yang sesuai gugus tugasnya
h)
Pembedaan artikel pendek di online dengan policy brief
2.
Tujuan Menulis Artikel di Media Online
“Content is King”,
jika artikel yang Kita buat berkualitas, otomatis pengunjung yang datang akan
menjadi pengunjung setia blog/website Kita.
a)
Membangun Kredibilitas
b)
Pembentukan Opini Publik
c)
Pencitraan Positif
d)
Meningkatkan Kunjungan Pembaca
e)
Sosialisasi Agenda
f)
Memancing munculnya kebijakan baru
g)
Menjadi bahan diskusi dan arah program ke depan
3.
Cara Membuat Artikel Pendek
Jika Kita berhasil menarik perhatian pembaca
dengan artikel pendek yang kita buat, maka mereka akan penasaran untuk mencari
informasi lebih banyak dari website
utama kita. Cara ini digunakan jika Anda menggunakan artikel direktori untuk
menulis artikel pendek Anda.
a)
Pemilihan dan Penempatan Kata Kunci
Pemilihan kata kunci harus menjadi pertimbangan
utama dalam membuat artikel, baik itu kata kunci yang pendek maupun yang
panjang. Pemilihan kata kunci yang tepat mempunyai pengaruh terhadap posisi
artikel Anda di mesin pencari. Penempatan kata kunci biasanya tersebar di
seluruh bagian artikel. Usahakan Anda menggunakan kata kunci utama di judul,
paragraf pertama dan terakhir suatu artikel.
b)
Fokus Pada Poin Penting
Ketika menulis artikel pendek, keluarkan point
yang penting saja. Konsisten pada topik yang hendak dikemukakan. Fokus sangat
penting untuk menghindari penyimpangan alur penulisan.
c)
Pembukaan-Isi-Penutup
Ada 3 bagian dasar dalam membuat sebuah artikel
yaitu bagian pembukaan, isi dan penutup. Cara ini bisa kita gunakan untuk
membuat artikel pendek. Masing-masing bagian kita usahakan langsung pada inti.
Jangan terlalu bertele-tele. Buat sesingkat mungkin namun tetap padat dan
jelas. Kalimat pertama dalam paragraf pertama harus menjadi poin utama yang
paling menarik, misalnya :
"semua
padang rumput dan hutan belukar, semua gunung besar dan kecil merupakan rumah
besar obat dunia. Hanya kesadaran rahasia alamlah yang membuat orang menjadi
seorang dokter sejati”
(Humaedi, Ekspedisi Mencari Tuhan 1, Yogyakarta
2011)
kalimat pertama itulah yang akan membuat rasa penasaran pembaca untuk terus
membaca kalimat-kalimat berikutnya.
d)
Padat Berisi
Ingat, pendek tidak berarti tanpa isi. Ketika Kita
menulis artikel pendek, buat artikel yang lebih menitik beratkan pada inti dan
kesimpulan dari pesan yang ingin kita sampaikan. Pendek juga bukan berarti
mendistorsi kata-kata dengan kosakata yang tidak dikenal dan baku. Pemilihan
kata yang tepat adalah kuncinya.
e)
Efektif dan Efisien
Jangan mengulangi kalimat yang sama. Buat kalimat
maksimal sepanjang 1,5 baris. Usahakan setiap kalimat koheren, aktif dan
mengalir lancar.
f)
Menabung Kosa Kata
Perbanyak “jam terbang” menulis dan membaca
beragam media akan secara otomatis memperkaya tabungan kosa kata kita.
J.
Ikhtisar
I. Bagian-bagian Artikel:
1. Judul atau Fokus; hal yang
menjadi perhatian utama dalam penulisan artikel.
2. Leader; kutipan menjadi
pengantar sebuah artikel. Bagian ini tidak selalu ada dalam artikel.
3. Latar;
hal, masalah, atau peristiwa yang mendasari tulisan artikel.
4. Angle;
sudut pandang penulis dalam menyoroti masalah yang dibicarakan.
5. Simpulan,
biasanya berisi himbauan, ajakan, refleksi atau intisari yang disampaikan.
II. Tips Sederhana
Menyusun Artikel:
1. Memilih
topik; memilih topik sebenarnya tidaklah terlalu sulit. Hanya saja, bagi
penulis pemula memilih topik sama beratnya dengan membuat judul atau isi
tulisan. Padahal, tema atau topik yang bisa diangkat menjadi tulisan begitu
banyak dan mudah kita dapatkan;
2. Membuat
kerangka tulisan; Ada baiknya memang membuat kerangka tulisan. Istilah
kerangka tulisan sering disebut membuat outline. Alasannya, kerangka tulisan
berguna untuk membatasi apa yang harus kita tulis;
3. Menabung kosa
kata; untuk menjadi penulis, bolehlah kita mencoba untuk menabung kosa kata.
Mengumpulkan setiap hari lima saja;
4. Buatlah judul
yang menarik; pembaca akan mudah tertarik untuk membaca sebuah tulisan,
jika judulnya juga menarik. Anggap saja judul itu sebagai pancingan. Itu
sebabnya, membuat judul perlu ‘keterampilan’ khusus;
5. Pastikan
membuat subjudul; Subjudul amat menolong kita untuk menggolongkan dan
membatasi pembahasan dalam sebuah tulisan jenis artikel dan berita;
6. Lead;
menggoda. Lead, alias teras berita adalah sebuah tulisan pembuka yang
menjadi titik penting bagi pembaca. Lead yang menarik, sangat boleh jadi akan
merangsang pembaca untuk terus membaca isi berita atau artikel yang kita
buat.
K. Penutup
Menulis
artikel, ilmiah maupun populer, memiliki kaidah-kaidah yang berbeda dengan
bentuk karangan lainnya. Akan tetapi, dibalik penerapan seluruh kaidah
tersebut, sebuah artikel tetaplah hasil karya seni dan intelektual dari seorang
penulis. Di dalamnya bukan hanya terkandung informasi, data dan ilmu
pengetahuan, tetapi juga terkandung unsur estetika yang menyentuh. Artikel
adalah media dialog, sarana berbagi, dan alat pencerahan bagi kehidupan dan
peradaban manusia yang lebih baik.
PUSTAKA
ACUAN
Buku
:
Humaedi, M.
Alie. 2011. Ekspedisi Mencari Tuhan. Yogyakarta: Surau Tua Institute.
Maryoto,
Andreas. 2009. Jejak Pangan : Sejarah, Silang Budaya, dan Masa Depan. Jakarta :
Penerbit Kompas
Rahardjo, Ir.
Budi, M.Sc, Ph.D. 2009. Diary Budi Rahardjo : Kumpulan Catatan Tentang
Teknologi Informasi. Bandung : Penerbit Oase Media
Satria, Arif.
2009. Pesisir dan Laut untuk Rakyat. Bogor : IPB Press
Semi, Prof.
Drs. M. Atar. 1995. Teknik Penulisan Berita, Features, dan Artikel. Bandung :
Penerbit Mugantara
Tanuredja,
Budiman (editor). 2007. Jakarta Memilih : Pilkada dan Pembelajaran Demokrasi.
Jakarta : Penerbit Kompas
Wibowo, Wahyu.
2011. Cara Cerdas Menulis Artikel. Jakarta : Penerbit Kompas
Wiradi,
Gunawan. 2009. Etika Penulisan Karya Ilmiah : Beberapa Butir Prinsip Dasar.
Bandung : Yayasan Akatiga
Prosiding :
Ismail, Setia
Juli Irzal. 2009. Sistem Pendidikan Vocasional Jerman. Proceedings Vocational Education in IT Polytechnic : To Meet the
Industrial Requirement with Campus. Bandung : Polytechnic Telkom, 17
Desember 2009, hal 156-159
Hidajat, Elok
Wahyu & Yanu Endar Prasetyo. 2009. Partisipasi Perempuan dalam Usaha Mikro
Pengolahan Hasil Pertanian : Studi Kasus di Daerah Perbatasan NTT-Timor Leste,
dalam prodising seminar “Kepemimpinan Berperspektif Gender”, Yogyakarta : PSW
UGM, hal 99-108
Artikel
:
Prasetyo, Yanu
Endar. 2008. Berbagi Lumpur di Balong. Kompas, 14 Agustus 2008
Prasetyo, Yanu
Endar. 2011. Gaya Hidup Green. Koran Jakarta, Selasa, 18 Januari 2011
Prasetyo, Yanu
Endar. 2011. Adu Cerdik dengan Minimarket. Tribun Jabar, Rabu 2 Maret 2011
Prasetyo, Yanu
Endar. 2011. Apa Kabar Petani Lele Pantura? Pasundan Ekspres, Jumat, 18 Maret
2011
Humaedi, M.
Alie. 2011. Restorasi Masjid Keindonesiaan, dalam www.OCHA-Indonesia.org
-----------.
2011. Peran Masjid dalam Tanggap Darurat dalam www.islamicreliefindonesia.org
-----------.
2010. Candi Boko; Nasibmu Kini dalam Kompas, Januari.
-----------.
2009. Nelayan dan Kemiskinan yang Tidak Pernah Pupus. Kompas. Juli
Sakhiyya, Zulfa
& M. Alie Humaedi, Restoring the mosque to its original role. Jakarta Post.
2011.
Majalah :
Finkel,
Michael. 2011. Gunung Api di Pelupuk Mata : Para Ilmuwan Menuruni Danau Lava
yang Ganas guna Melindungi Sebuah Kota di Kongo. National Geographic, April
2011. Hal 74-89
[1] Makalah
ini disampaikan dalam workshop “Penulisan
Artikel untuk Website” di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE),
pada tanggal 2 Desember 2011, di Hotel Topaz, Jl. DR. Djundjunan No.
153, Bandung 40173, Bandung
[2] Penulis
dan Peneliti di Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya (PMB) – Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). E-mail : aliehumaedi@yahoo.com
[3] Penulis
dan Peneliti di Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG)- Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). E-mail : duniaidealku@yahoo.com
Terima kasih banyak ya informasinya, sangat membantu..
ReplyDeleteTetapi bagaimana cara mengirim artikel ke media cetak?
Terima kasih banyak, informasinya cukup komplit. senang bacanya. semoga bisa segera sy pahami dan terapkan! Semangat Menulis. Menulis adalah cara untuk mengikat ilmu (lupa ulama siapa yg punya quotes begini, kalau tdk salah Imam Syafi'i)
ReplyDeleteTerimakasih banyak,telah berbagi ilmu untuk pemula.
ReplyDeletePanjang sekali artikelnya...
ReplyDelete