03 May 2013

Berharap Pada Pilkada Subang


Pasundan Ekspres, Kamis 2 Mei 2013

Perhelatan politik akbar di kabupaten subang semakin dekat. Suhu politik semakin hangat dengan makin maraknya kegiatan yang dihelat oleh para calon dan tim suksesnya. Spanduk, baliho, poster hingga kalender berhias potret wajah bertebaran di sudut-sudut jalan, termasuk di gang-gang kecil hingga pelosok desa. Namun sayang, gencarnya sosialisasi para calon kepala daerah maupun anggota dewan ini belum dibarengi dengan visi serta potret keberpihakan yang jelas dan terarah. Setiap kandidat masih sibuk untuk mendulang popularitas, belum menawarkan gagasan-gagasan cerdas.

Memang betul bahwa salah satu peluang utama untuk menang di pilkada adalah tingkat popularitas dan Keterpilihan calon yang tinggi. Akan tetapi dua hal itu tidak akan bermakna apapun ketika tidak dibarengi oleh dua hal penting lainnya, yaitu visi-keberpihakan dan rekam jejak sang calon. Dua hal terakhir inilah yang sebenarnya ditunggu-tunggu dari para 'pemain' dalam Pilkada Subang September nanti, mau dibawa kemana Subang lima tahun mendatang? Pada apa dan siapa pemimpin baru kita itu akan berpihak?


Meningkatkan popularitas dan elektabilitas calon barangkali bisa dilakukan dengan cara instan, seperti menebar baliho, poster, blusukan ke kampung-kampung hingga menggelar event massal dengan hadiah yang menggiurkan. Akan tetapi merancang visi yang mengena, tajam dan realistis tidaklah sesederhana itu. Visi bukanlah sekedar jargon atau redaksional pendamping foto calon saja, tetapi visi ini jika mampu diterjemahkan secara cerdas dapat menjadi senjata pemikat yang signifikan.

Ambillah contoh visi Jakarta Baru yang diusung dengan sangat kuat dan cantik oleh Jokowi-Ahok di Pilgub Jakarta dan berhasil memikat para pemilih. Visi tersebut begitu powerfull karena sinkron dengan rekam jejak sang calon yang memang lebih bersih, muda, berprestasi dan lebih baru (tidak terkait rezim sebelumnya) dibanding dengan petahana. Dengan demikian, ketepatan visi serta jargon yang diusung terhadap rekam jejak calon menjadi perlu digarisbawahi. Jika bertolak belakang, maka akibatnya bisa seperti Partai Demokrat yang tersandera oleh visinya sendiri (''katakan tidak pada korupsi'') yang ternyata jauh panggang dari api.

Seperti kita tahu, permasalahan tata kelola di kabupaten Subang ini sebenarnya masih banyak yang harus dibenahi. Gamblang kita lihat sehari-hari bagaimana pembangunan infrastruktur yang jauh dari berkualitas, rekruitmen dan mutasi pegawai yang jauh dari prinsip ''right man on the right place'', tata ruang dan wilayah yang jauh dari tertata, alih fungsi lahan dan pemanfaatan sumberdaya yang jauh dari terkendali, fasilitas pendidikan dan kesehatan yang jauh dari merata dan banyak persoalan lainnya yang makin hari makin tidak jelas ujung pangkal dan muara penyeleseiannya.

Dalam kondisi semacam ini, kita membutuhkan pemimpin yang tidak hanya populer, tetapi juga ber-visi jelas dan memiliki rekam jejak yang benar-benar positif dalam karir maupun kepemimpinannya ditengah-tengah masyarakat. Saya yakin, tidak mudah mencari pemimpin semacam ini, apalagi ketika nama-nama yang beredar selama ini adalah mereka yang banyak ''tersandera'' oleh masa lalu.

Tetapi kita sebagai masyarakat tidak boleh patah arang lalu apatis, karena sosok pemimpin itu - dalam demokrasi - merupakan cerminan dari masyarakatnya. Jika ingin pemimpin kita berubah lebih baik, maka masyarakat juga harus mau berubah. Diantara perubahan itu adalah tidak lagi mudah terbeli oleh janji-janji kosong atau materi yang tak seberapa. Pilihlah pemimpin yang tidak hanya berpihak pada golongannya sendiri, tetapi berpihak pada kemajuan dan kesejahteraan masyarakat subang seluruhnya.   

No comments:

Post a Comment