Pasundan Ekspres, Kamis 2 Mei 2013
Perhelatan politik akbar di kabupaten subang
semakin dekat. Suhu politik semakin hangat dengan makin maraknya kegiatan yang
dihelat oleh para calon dan tim suksesnya. Spanduk, baliho, poster hingga
kalender berhias potret wajah bertebaran di sudut-sudut jalan, termasuk di
gang-gang kecil hingga
pelosok desa. Namun sayang, gencarnya sosialisasi para calon kepala daerah
maupun anggota dewan ini belum dibarengi dengan visi serta potret keberpihakan
yang jelas dan terarah. Setiap kandidat masih sibuk untuk mendulang
popularitas, belum menawarkan gagasan-gagasan cerdas.
Memang betul bahwa salah satu peluang utama untuk
menang di pilkada adalah tingkat popularitas dan Keterpilihan calon yang
tinggi. Akan tetapi dua hal itu tidak akan bermakna apapun ketika tidak
dibarengi oleh dua hal penting lainnya, yaitu visi-keberpihakan dan rekam jejak
sang calon. Dua hal terakhir inilah yang sebenarnya ditunggu-tunggu dari para
'pemain' dalam Pilkada Subang September nanti, mau dibawa kemana Subang lima
tahun mendatang? Pada apa dan siapa pemimpin baru kita itu akan berpihak?
Meningkatkan popularitas dan elektabilitas calon
barangkali bisa dilakukan dengan cara instan, seperti menebar baliho, poster,
blusukan ke kampung-kampung hingga menggelar event massal dengan hadiah yang menggiurkan. Akan tetapi merancang
visi yang mengena, tajam dan realistis tidaklah sesederhana itu. Visi bukanlah
sekedar jargon atau redaksional pendamping foto calon saja, tetapi visi ini
jika mampu diterjemahkan secara cerdas dapat menjadi senjata pemikat yang
signifikan.
Ambillah contoh visi Jakarta Baru yang diusung
dengan sangat kuat dan cantik oleh Jokowi-Ahok di Pilgub Jakarta dan berhasil
memikat para pemilih. Visi tersebut begitu powerfull
karena sinkron dengan rekam jejak sang calon yang memang lebih bersih, muda,
berprestasi dan lebih baru (tidak terkait rezim sebelumnya) dibanding dengan
petahana. Dengan demikian, ketepatan visi serta jargon yang diusung terhadap
rekam jejak calon menjadi perlu digarisbawahi. Jika bertolak belakang, maka
akibatnya bisa seperti Partai Demokrat yang tersandera oleh visinya sendiri
(''katakan tidak pada korupsi'') yang ternyata jauh panggang dari api.
Seperti kita tahu, permasalahan tata kelola di
kabupaten Subang ini sebenarnya masih banyak yang harus dibenahi. Gamblang kita
lihat sehari-hari bagaimana pembangunan infrastruktur yang jauh dari
berkualitas, rekruitmen dan mutasi pegawai yang jauh dari prinsip ''right man on the right place'', tata
ruang dan wilayah yang jauh dari tertata, alih fungsi lahan dan pemanfaatan
sumberdaya yang jauh dari terkendali, fasilitas pendidikan dan kesehatan yang
jauh dari merata dan banyak persoalan lainnya yang makin hari makin tidak jelas
ujung pangkal dan muara penyeleseiannya.
Dalam kondisi semacam ini, kita membutuhkan
pemimpin yang tidak hanya populer, tetapi juga ber-visi jelas dan memiliki
rekam jejak yang benar-benar positif dalam karir maupun kepemimpinannya ditengah-tengah
masyarakat. Saya yakin, tidak mudah mencari pemimpin semacam ini, apalagi
ketika nama-nama yang beredar selama ini adalah mereka yang banyak
''tersandera'' oleh masa lalu.
Tetapi kita sebagai masyarakat tidak boleh patah
arang lalu apatis, karena sosok pemimpin itu - dalam demokrasi - merupakan
cerminan dari masyarakatnya. Jika ingin pemimpin kita berubah lebih baik, maka
masyarakat juga harus mau berubah. Diantara perubahan itu adalah tidak lagi
mudah terbeli oleh janji-janji kosong atau materi yang tak seberapa. Pilihlah
pemimpin yang tidak hanya berpihak pada golongannya sendiri, tetapi berpihak
pada kemajuan dan kesejahteraan masyarakat subang seluruhnya.
No comments:
Post a Comment