Yanu Endar Prasetyo
email: yepw33@mail.missouri.edu
Agent-Based Modeling (ABM)[1] merupakan metode komputasi yang memungkinkan
peneliti untuk membuat, menganalisa, dan mencoba berbagai model yang didalamnya
berisi interaksi atau simulasi antara “agen” dan “lingkungan”. Meskipun sudah
cukup dikenal pada bidang ilmu sains, ABM dapat dikatakan sebagai metode yang relatif
baru dalam penelitian-penelitian ilmu sosial di Indonesia.
Sebagai sebuah metode komputasi (computational social science) maka ABM
dibangun dengan bantuan perangkat komputer. Ide dasarnya berangkat dari
keinginan ilmuwan sosial untuk membuat model yang bisa menjadi representasi fenomena
sosial yang sedang diteliti. Membangun “replika” dari realitas sosial yang
kompleks menjadi menjadi tujuan dari simulasi ABM ini. Jika para pilot pesawat
mengenal “flight simulator” untuk
berlatih berbagai kemungkinan terbangnya pesawat, maka ABM adalah alat
simulator bagi para peneliti ilmu sosial untuk melihat berbagai kemungkinan
perilaku agen atau individu dalam fenomena sosial tertentu.
Seperti halnya program komputer pada
umumnya, simulai ABM juga memiliki masukan (input)
dan keluaran (output) yang dibangun
berdasarkan teori-teori sosial maupun hipotesis yang terlebih dahulu
dikumpulkan dan dibangun oleh peneliti. Sebagai perumpamaan, Input dalam ABM dapat disetarakan dengan
variabel independen dan output-nya sebagai
variable dependen dalam penelitian kuantitatif atau analisis statistik. Dalam
perkembangannya, ABM juga dikenal sebagai metode alternatif dengan sebutan
sebagai metode generatif, dimana ia tidak hanya bersifat deduktif (menguji teori
dengan data-data empiris) atau induktif (mengumpulkan data-data empiris untuk
membangun teori) saja, melainkan interaksi kompleks antar keduanya (deduktif dan induktif, mikro dan
makro, global dan lokal) pada lingkungan lokal yang spesifik.
Agen dan Lingkungan
ABM merupakan metode yang digunakan
untuk memahami dunia sosial nyata melalui model artifisial/maya. Pendekatan modeling dalam ilmu sosial sebenarnya
bukan hal yang baru, terutama pada bidang ilmu ekonomi dan demografi. Kita juga
sudah banyak mengenal berbagai teknik modeling, baik yang bersifat scale models, analogical models, maupun mathematical atau equation-based model. Lalu, apa yang unik dan berbeda dari ABM ini?
Permodelan dalam ABM mengenal
istilah agen untuk merepresentasikan
aktor sosial, baik itu individu,
organisasi, atau sebuah kesatuan seperti negara misalnya. Agen dalam ABM
dibentuk untuk mampu berinteraksi
dengan agen-agen lainnya. Dalam interaksi tersebut, agen juga memiliki
kemampuan untuk menyalurkan atau melakukan transmisi
informasi/pesan kepada agen lainnya (information
flow).
Lokasi dimana para agen itu
berinteraksi Itulah yang disebut dengan lingkungan
(environment), yaitu dunia virtual
dimana semua agen dan tindakannya dapat disimulasikan. Umumnya, lingkungan
dalam ABM ini diasosiasikan dengan ruang geografis atau ruang fisik (misalnya
kota, area hutan, perumahan, peta antar negara, gedung dan atau bangunan
lainnya). Model yang melibatkan lingkungan fisik dan geografis seperti ini
biasa dikenal sebagai lingkungan spasial.
Tapi ABM tidak hanya untuk
menggambarkan interaksi agen dalam lingkungan spasial, ia juga dapat digunakan
untuk simulasi model dimana lingkungan tersebut dapat juga berupa ruang pengetahuan (knowledge space), contohnya adalah apabila kita ingin menggambarkan
jejaring antar aktor/individu dimana titik yang menunjukkan posisi individu
bukanlah koordinat geografis, melainkan posisinya dalam jejaring sosial itu
sendiri.
Berikut ini adalah contoh-contoh ABM
dalam fenomena sosial dan lingkungan spesifik tertentu yang akan memudahkan
bagi kita untuk memahami perbedaan atau dinamika antara agen, lingkungan, dan
interaksi yang dihasilkan di dalamnya (input
dan output).
Bersambung ke artikel Selanjutnya:
Merancang Agent-Based Model (ABM): Wolf Sheep Simple Model (Bag 1)
Memodelkan Dinamika Opini Politik
Memodelkan Perilaku Konsumen
Memodelkan Jejaring Industrial
Memodelkan Manajemen Rantai Pasok
Memodelkan Pasar dan Pasokan
Listrik
Memodelkan Manajemen Pengelolaan
Sumber Daya Alam
[1] Susunan
materi mengikuti sistematika dari buku Nigel Gilbert (2008) berjudul “Agent-Based Models” (Series Quantitative
Applications in the Social Sciences), Sage Publications.
No comments:
Post a Comment