Perawakan yang kurus itu dibalut dengan kulit hitam, mendekati legam, membuatnya tampak berbeda diantara temanku lainnya. Kebiasaannya yang paling kuingat adalah hobinya mengemut batang korek api. Kadang-kadang, batang korek api itu dimain-mainkannya. Sebentar di dalam mulut, sebentar kemudian dikeluarkan lagi. Sepertinya dia sangat terinspirasi dengan akting bintang film mandarin kala itu, yang sambil berjudi mereka memainkan batang korek api di mulutnya. Budiono, nama teman sebangkuku ini.
Dengan postur yang tidak terlalu tinggi, rambut pendek namun tebal, dan – maaf – bekas kudis yang menandai beberapa bagian tubuhnya, sungguh tidak memperlihatkan bahwa dia adalah orang yang berpunya. Dan memang demikian kenyataannya. Sekali-kalinya kulihat budiono membawa tas ke sekolah itu pun bukan tas yang bagus, kalau tidak dibilang bekas. Tas satu tali warna biru jeans yang sudah mbulak (luntur dan berwarna keputih-putihan). Jika kita menaruh bolpoint di dalam tas itu, kemungkinan besar akan hilang terjatuh, karena kedua ujung bawah tasnya itu sudah jebol. Lebih sering dia hanya membawa satu atau dua buku tulis yang diselipkannya ke celana bagian belakang. Kadang-kadang, jika dia membawa tas keresek ke sekolah, itu tandanya ia sedang membawa buku yang lumayan banyak. Bukan karena dia bergaya, tapi sungguh temanku ini orang yang tak berpunya.