24 December 2009

BALADA PENARI RONGGENG


Tulisan ini juga dikontribusikan untuk web komunitas kami www.bloggersubang.com



Dulu, waktu saya kecil, di kampung nenek saya di Nganjuk dan juga di kampung kelahiran saya di Blitar, sering digelar hiburan kesenian tradisional yang meriah, namanya Tayub atau Tayuban. Gambaran saya tentang seni rakyat mungkin diawali dengan perkenalan terhadap dunia “seni joged” ini, selain dengan jaranan (kuda lumping), ludruk, dan ketoprak. Akan tetapi, kesenian tayub yang selalu menghadirkan penari wanita (ledhek) itu, kini perlahan mulai pudar, atau mungkin telah bermutasi dalam bentuknya yang lain. 

read more...


16 December 2009

BANYAK HAJI TIDAK MENGURANGI KORUPSI (?)


 
Artikel ini juga dikontribusikan untuk web komunitas kami : www.bloggersubang.com 

Selamat datang kembali ke tanah air untuk para jamaah haji Indonesia. Tidak ada doa paling besar selain semoga perjalanan ibadah yang sakral itu membawa kemaslahatan bagi yang berhaji maupun bagi lingkungan sekitar. Tentu saja, kebanggaan telah menunaikan ibadah haji bukan hanya milik personal, melainkan juga menjadi kebanggaan dan keharuan kolektif. Anak, istri, saudara, tetangga, dan kerabat tentu turut bangga meskipun hanya sekedar ikut mendengar cerita, meminum oleh-oleh berupa air zam-zam, atau hanya ikut mencicipi sebutir kurma arab. Kesempatan untuk berhaji juga cukup langka, selain persoalan “panggilan” dari Tuhan untuk menggerakkan hati, juga biaya naik haji yang benar-benar hanya orang mampu yang sanggup membayarnya. Selain itu, sejak keberangkatan hingga kepulangan seorang jamaah haji, merupakan perpaduan ritus religi dan sosial yang unik dan luar biasa. Intinya, berhaji adalah suatu keistimewaan, baik secara spiritual maupun sosial.
Read more... 

13 December 2009

Oops, Hamil Lagi ???

Beberapa hari terakhir, di kantor sedang ramai diperbincangkan topik "hamil lagi". seorang teman mengaku telah kecolongan karena istrinya "hamil lagi", padahal anak keduanya baru berusia 5 bulan. seorang teman perempuan yang lain juga sudah "isi" lagi katanya, padahal anak pertamanya baru menginjak usia setahun-an. mendengar itu, saya pun dag dig dug, soalnya ada indikasi istri juga curiga sudah terisi lagi. padahal, putra pertama kali baru saja lewat 4 bulan. nah lho...
read more...

12 December 2009

PUDARNYA TRADISI "NYIRIH"



Tulisan ini juga dikontribusikan untuk web komunitas kami : www.bloggersubang.com

Pada medio 2009, penulis berkesempatan untuk berkunjung ke kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Selama berada di Belu, penulis berkesempatan berjalan-jalan ke Kobalima untuk melihat perbatasan RI-Timor Leste yang ada di sebelah selatan (motamasin). Saat mengunjungi Kobalima inilah, penulis mengobrol dengan beberapa mama (panggilan untuk ibu-ibu) yang ternyata sebagian besar adalah eks pengungsi Timtim. Kisahnya, syahdan, mereka telah terusir dari tanah kelahirannya dan terpisah dengan keluarganya karena memilih mengikuti suami mereka yang kebetulan pro-integrasi (pro-Indonesia). Setelah melewati masa-masa suram dan berdarah pada saat itu, akhirnya sekarang mereka resmi menjadi “warga baru” NTT dan menempati lahan berpasir di bibir pantai yang dijadikan tempat tinggal atas seijin pemerintah daerah setempat.  
Mama theresia, tuan rumah yang ramah dan baik itu, menyambut kami dengan obrolan ringan bersama mama-mama yang lain. Sampai suatu ketika, ada salah satu mama yang sudah sangat renta, bungkuk, namun masih kelihatan bugar datang di sela-sela obrolan kami. Yang membuat saya tertarik – meskipun tidak terlalu kaget – adalah mulutnya yang terus mengunyah sesuatu. Bibirnya nampak merah kekuning-kuningan, dan setiap menit selalu meludah ke tanah. Tangan kanannya memegang tongkat untuk berjalan, sementara tangan kirinya menggenggam kotak kecil yang terbuat dari anyaman bambu. Para mama bilang si nenek tidak bisa berbahasa indonesia. Saya coba bertanya kepada mama yang lain apa isi kotak yang dipegangnya? “itu sirih pinang” jawab mereka dengan senyum yang mengembang, dan baru saya sadari gigi mereka ternyata juga merah semua, sama seperti si nenek!
read more....

10 December 2009

Man Jadda Wajada !


Alam Pikir Manusia Tentang Ikhtiar dan Takdir

Oleh : Yanu Endar Prasetyo


Membicarakan persoalan misterius seperti jodoh, takdir, hari akhir, atau hal-hal ghaib lainnya tentu bukan hal yang mudah. Perlu wawasan yang luas dan mendalam sebelum kita ambil bagian untuk bicara tentang persoalan itu. Rujukan-rujukan yang kuat dan mantap juga perlu disiapkan, mulai dari kitab suci, tradisi leluhur, hingga kalau perlu mendatangkan orang “pintar” sebagai perantara dan penerima pesan dari dunia lain. Tak heran, jika kemudian banyak orang “pintar” yang hadir dalam beragam bentuknya dihadapan kita. sambil menonton TV kita bisa mengetik “REG spasi Jodoh spasi nama, dan kirimkan ke 99**” maka kita akan tahu apakah kita berjodoh dengan pasangan kita atau tidak?

Bud, Kamu Dimana?


Perawakan yang kurus itu dibalut dengan kulit hitam, mendekati legam, membuatnya tampak berbeda diantara temanku lainnya. Kebiasaannya yang paling kuingat adalah hobinya mengemut batang korek api. Kadang-kadang, batang korek api itu dimain-mainkannya. Sebentar di dalam mulut, sebentar kemudian dikeluarkan lagi. Sepertinya dia sangat terinspirasi dengan akting bintang film mandarin kala itu, yang sambil berjudi mereka memainkan batang korek api di mulutnya. Budiono, nama teman sebangkuku ini.

Dengan postur yang tidak terlalu tinggi, rambut pendek namun tebal, dan – maaf – bekas kudis yang menandai beberapa bagian tubuhnya, sungguh tidak memperlihatkan bahwa dia adalah orang yang berpunya. Dan memang demikian kenyataannya. Sekali-kalinya kulihat budiono membawa tas ke sekolah itu pun bukan tas yang bagus, kalau tidak dibilang bekas. Tas satu tali warna biru jeans yang sudah mbulak (luntur dan berwarna keputih-putihan). Jika kita menaruh bolpoint di dalam tas itu, kemungkinan besar akan hilang terjatuh, karena kedua ujung bawah tasnya itu sudah jebol. Lebih sering dia hanya membawa satu atau dua buku tulis yang diselipkannya ke celana bagian belakang. Kadang-kadang, jika dia membawa tas keresek ke sekolah, itu tandanya ia sedang membawa buku yang lumayan banyak. Bukan karena dia bergaya, tapi sungguh temanku ini orang yang tak berpunya.